Pemilu 2014 mendatang diharapkan bisa mengakhiri "zaman Jahiliah" yang kini berlaku di Indonesia. Banyak yang pergi ke mesjid, ke gereja dan tempat-tempat ibadah tapi kelakuan elitnya jahiliah. Pengelolaan kekayaan alam yang melimpah diserahkan kepada asing, bukan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
"Saya yakin Indonesia tidak akan Jahiliah terus. Mudah-mudahan kita punya pemimpin yang berani dan punya karakter yang kuat seperti Bung Karno. Bung Karno menasionalisasi 180 perusahaan milik Belanda dan asing jadi BUMN," ujar tokoh oposisi nasional DR. Rizal Ramli.
Rizal yang juga Ketua Aliansi Rakyat Untuk Perubahan menegaskan hal itu di sela acara Sarasehan "Trisakti Bung Karno dan Masa Depan Indonesia", di kediaman salah satu tokoh masyarakat Jawa Tengah, Sugeng Setiadi, Kubangan, Kelurahan Bumi, Lawean, Surakarta. Saresehan digelar dalam rangka memperingati Haul Bung Karno. Acara yang digelar Komunitas Marhaenis Surakarta Jumat (21/6) malam ini dihadiri sejumlah sesepuh dan kaum muda Marhaenis dan aktivis mahasiswa dari berbagai organisasi dan pelajar di Surakarta.
Ekonom senior yang kini menjadi penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa Bangsa ini yakin perubahan akan datang. Indonesia akan mampu bangkit dan pemimpin Jahiliah bisa diakhiri. Untuk itu dia mengajak kita harus bangkit bersama-sama membangun Indonesia yang rakyatnya sejahtera dan berkeadilan.
"Kalau kita mau bangkit, kita mesti tahu dulu di mana salahnya. Tidak mungkin kita mau ubah Indonesia tapi tidak tahu kemana arahnya," tuturnya.
Dia mengatakan sejak zaman Soeharto dan sekarang, Indonesia makin lama makin ditarik terlalu ke "kanan", artinya terlalu neoliberal. Semua diukur dengan uang. Banyak rumah sakit mewah tapi rakyat tak bisa menikmati pelayananya. Masuk perguruan tinggi negeri kini perlu uang puluhan juta karena pendidikan dikelola seperti bisnis. Di lain pihak sumber-sumber ekonomi seperti ladang gas Tangguh di Papua, Blok Cepu, Blok Natuna dan ladang minyak lain yang bernilai ratusan miliar dolar diserahkan pengelolaannya kepada Asing. Perusahaan asing bisa menguasai sumber daya alam, perbankan dan sektor lainnya hingga 60 persen lebih.
"Tugas kita mengembalikan ini ke tengah, kembali ke relnya yaitu Konstitusi. Sehingga nanti kita bisa berdaulat," tegas capres paling reformis menurut Lembaga Pemilih Indonesia ini.
Lebih lanjut Rizal mengatakan membangun Indonesia sesuai Konstitusi tidak bisa terjadi selama pemimpinnya bermental "Inlander" seperti saat ini. Kekayaan alam ditukar murah dengan kaleng penghargaan. Undang-undang dan peraturan yang membela kepentingan asing banyak dibuat karena ditukar dengan pinjaman asing. Undang-undang dibuat hanya karena ditukar dengan pinjaman oleh lembaga-lembaga asing.
"Bung Karno dulu katakan ini mental inlander. Kalau pemimpinnya inlander, jangan mimpi Indonesia bisa jadi negara hebat," demikian Rizal yang di kalangan Nahdliyin dikenal Gus Romli.
[dem]