Berita

Politik

Harusnya BBM Tak Lagi Masalah Sejak 2005

SABTU, 15 JUNI 2013 | 15:53 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EN-LMND) menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) karena akan menciptakan beban tanggungan yang menumpuk bagi anak cucu bangsa ke depan.

"Sebesar 63 persen buruh Indonesia yang kini mendapat upah di bawah upah minimum adalah diantara yang harus menanggung beban kenaikan harga BBM. Pemerintah tidak menganggap mereka termasuk di dalam 15,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) penerima progam kompensasi," ujar Ketua Umum EN LMND, Lamen Hendra Saputra, dalam keterangan yang diterima redaksi, Sabtu (15/6).

Selain itu, kata dia, kenaikan harga BBM dalam waktu dekat akan menimbulkan gejolak kenaikan harga kebutuhan pokok di tengah rendahnya tingkat daya beli masyarakat. Sebab, 68 juta pengguna sepeda motor di Indonesia yang akan menanggung kenaikan harga BBM.


"Semestinya persoalan kebutuhan BBM dalam negeri yang telah diketahui sejak kenaikan harga BBM pada 2005 sudah dapat diselesaikan Pemerintah melalui penguasaan dan peningkatan produksi minyak dan gas, penyediaan konversi BBM ke gas yang cadangannya cukup melimpah serta penyediaan sarana transportasi publik secara massal," katanya.

Lebih lanjut Lamen mengatakan, saat ini penguasaan asing terhadap migas nasional mencapai sekitar 80% dari total produksi dan tidak ada tanda-tanda akan berkurang. Meskipun kemampuan produksi tambang-tambang migas asing tersebut cenderung terus menurun, tapi biaya pemulihan (cost recovery) yang menjadi beban pemerintah terus menjulang tiap tahunnya.

Tanpa ada upaya melakukan perubahan kebijakan untuk menggenjot produksi minyak dan gas dalam negeri melalui penguasaan terhadap minyak dan gas dari perusahaan-perusahaan asing, maka kekurangan pasokan kebutuhan migas akan terus dipermainkan oleh para mafia atau importir migas.

"Para mafia atau importir minyak yang paling diuntungkan dengan kenaikan harga BBM. Dari kekurangan kebutuhan BBM dalam negeri sebesar 574.000 barel per hari, importir BBM memperoleh keuntungan minimal 2 dolar AS per barelnya. Artinya importir BBM akan peroleh keuntungan sebesar Rp 11,51 miliar per harinya," pungkas Lamen. [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya