Berita

Politik

SBY: Yang Mengkritik Pengurangan Subsidi Berarti Tidak Paham

RABU, 12 JUNI 2013 | 16:54 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Kalau tidak dilakukan perubahan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013, maka defisit akan semakin tinggi, tidak sesuai dengan UU karena melebihi 3 persen, dan pasti ekonomi tidak sehat.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal tersebut menanggapi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) tahun 2012 yang disampaikan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo di Istana Negara, Rabu siang (12/6). Ketika menyampaikan laporan tersebut, Hadi menjelaskan bahwa defisit APBN-P 2012 meningkat dibandingkan APBN 2011.

"Yang berkomentar pemerintah dan DPR mengada-ada (melakukan perubahan APBN 2013) berarti tidak paham. Mengurangi subsidi itu ada tujuannya. Kita harus jadi bangsa yang rasional, tolong kita sama-sama memahami situasi untuk menyelamatkan ekonomi kita," tegas Presiden SBY, dikutip dari presidenri.go.id, Rabu petang (12/6).


Di sisi lain, Presiden bersyukur penggunaan keuangan negara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tapi, ia masih melihat kemungkinan untuk meningkatkannya lagi bila ada langkah perbaikan. SBY menambahkan, memperbaiki penggunaan keuangan negara harus dimulai dari hulu sehingga wilayah hilir juga akan makin baik.

Selama hampir sembilan tahun kepemimpinannya, lanjut SBY, penyimpangan penggunaan keuangan negara lebih terkonsentrasi pada empat area, yaitu pengadaan barang dan jasa, bantuan sosial, pajak, dan perizinan.

"Kalau empat area ini ditangani bersama oleh KPK, BPK, dan BPKP, saya kira kita bisa berbuat lebih baik lagi," Presiden menjelaskan.

Dalam pertemuan dengan BPK tersebut, Presiden juga menjelaskan mengenai target yang belum tercapai. Presiden meminta lain kali penetapan target harus lebih realistik. Penyebabnya target sering meleset adalah karena pemerintah sering terlalu tinggi dalam menetapkan sasaran.

"Kalau mau realistis, mengingat pertumbuhan global terkini, maka pertumbuhan itu antara 6,1 sampai 6,2 persen. Pembicaran dengan DPR, yaitu pertumbuhan 6.3 persen, masih terlalu tinggi. Tapi daripada APBN-P ini tidak jalan, maka kita bisa kompromi di 6.3 persen," ujar Presiden. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya