Kesan kumuh hampir selalu melekat dengan pasar-pasar tradisional. Sejumlah pasar pun terus diremajakan agar nyaman dan tidak tenggelam di tengah maraknya pasar modern.
Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, kini nampak lebih cerah dan tertib. Ini adalah salah satu pasar sudah yang direvitalisasi pada tahun lalu. Bertempat di Jalan Srikaya, tepat di sebelah Barat Stasiun kereta Gondangdia, pasar ini bercat putih dan terlihat luas.
Pasar yang dulu disebut sebagai Pasar Boplo itu, kini lebih cantik dan bersih setelah direvitalisasi.
Dari pengamatan Rakyat Merdeka, di ruang tengah pasar Gondangdia itu kini diisi oleh para pedagang perhiasan emas. Di los paling belakang, nampak pedagang sayur, daging dan buah. Di los bagian paling kanan dan kiri, diisi oleh pedagang sembako. Tak ada kesan becek apalagi bau di pasar berlantai keramik ini.
Dini, pedagang jamu tradisional yang menempati salah satu kios disana mengaku, harga sewa kios di pasar Gondangdia bervariasi. Untuk pedagang lama, biasanya ditawarkan dengan harga 15 juta per meter persegi. Sedangkan untuk penghuni baru, ada yang ditawarkan harus cash Rp 200 juta per satu kios.
Dengan biaya sewa tersebut, lanjutnya, maka hak guna bangunan (HGB) yang diterima tiap pedagang bertempo hingga 20 tahun. Nantinya selama berdagang, lanjut Dini, pihak pedagang hanya cukup untuk mengeluarkan biaya Rp 9.000 dalam sehari untuk biaya kebersihan.
Wanita yang mengaku sudah berdagang lebih dari delapan tahun di Pasar Gondangdia ini menambahkan, dibanding bangunan pasar yang dahulu, pasar ini jauh lebih nyaman bagi para pedagang maupun pembeli.
Sebelum direvitalisasi, kenangnya, dia selalu khawatir terhadap keselamatannya. Karena saat itu, umur bangunan sekitar 30 tahunan, sehingga khawatir ambruk. “Sekarang, ya bersih. Tidak bocor apalagi bau,†ujar Dini.
Hal yang sama diakui seorang pedagang bumbu, sebut saja Amri. Dia mengaku cukup puas dengan kondisi yang sekarang. “Nggak becek. Kalau hujan juga tidak tampias,†ujarnya.
Pasar tradisional lainnya yang juga sudah direvitalisasi tahun lalu adalah Pasar Mayestik, di Jalan Tebah III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pasar ini dikelilingi toko-toko tekstil, mulai dari pakaian jadi hingga tailor bordir.
Secara umum, pasar ini cukup representatif bagi para pembeli terutama untuk kaum hawa dan anak-anak. Selain keamanannya yang terjamin, di lantai dasar pasar ini saja diisi oleh aneka perlengkapan wanita.
Di lantai semi basement (SB), bertebaran kios-kios yang menjual bermacam mainan anak-anak dan obat. Lanjut ke lantai basement, disanalah kios-kios sayur dan daging berada.
Tak sampai disitu, bagi para wanita muslimah, tepatnya di lantai mezzanine, juga tersedia perlengkapan muslim. Mulai dari jilbab, kebaya hingga blouse tersedia. Para pengunjung pun dapat memesan pakaian muslim sesuai selera kepada para penjual.
Tarik PKL, 30 Pasar Rakyat Dibangun Niat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membantu pedagang kecil dan memudahkan warga membeli kebutuhan sehari-hari, memaksa Jokowi melalui PD Pasar Jaya untuk membangun pasar rakyat.
Kata PD Pasar Jaya, pasar rakyat ini merupakan pasar lingkungan. Artinya, pasar yang dibangun di lingkungan pemukiman warga Jakarta. Pihaknya menilai, dengan adanya pasar rakyat, akan mempermudah warga Jakarta membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau.
“Pasar rakyat akan dibangun di lingkungan pemukiman atau perumahan masyarakat. Para pedagang tidak akan dipungut sewa kios atau lapak. Melainkan hanya membayar biaya listrik dan air sesuai pemakaian mereka,†ujar Dirut PD Pasar Jaya Djangga Lubis.
Rencananya, PD Pasar Jaya akan membangun 30 pasar rakyat yang tersebar di lima wilayah. Di antaranya Cawang Kavling, dan Petojo Enclek.
“Pluhan pasar rakyat akan dibangun tahun ini juga. Setelah itu selesai, akan menyusul pembangunan pasar rakyat lainnya,†kata Djangga.
Daya saing pasar tradisional di era globalisasi, sebenarnya menjadi perhatian pemprov. Guna menarik minat belanja warga di pasar tradisional. Jika manajemen pengelolaan tak tepat, lanjutnya, bukan tidak mungkin pasar tradisional akan lenyap. Kondisi itu yang disikapi PD Pasar Jaya, selaku BUMD yang mengelola Pasar tradisional di Jakarta.
Selain pembangunan 30 pasar rakyat, jelasnya, PD Pasar Jaya juga akan merevitalisasi dan meremajakan 97 Pasar tradisional. Pihaknya menargetkan 43 Pasar sudah selesai pengerjaan pada tahun ini. Sedangkan sisanya dalam proses. “Target diperkirakan selesai 2014 nanti,†tegasnya.
Program revitalisasi bangunan pasar tradisional itu tak lain untuk peningkatan pendapatan daerah. PD Pasar Jaya menjadi BUMD peringkat ketiga tertinggi menyetor PAD (Pendapatan Asli Daerah) ke pemprov. Tahun lalu mencapai Rp 26 miliar. Hal ini juga mendukung kebijakan Gubernur DKI Joko Widodo lewat perbaikan manajemen pengelolaan, perbanyak kerja sama dengan pihak ketiga dan terus melakukan evaluasi. “Sekarang persaingan pasar sangat ketat, kita harus berbenah terus, gubernur juga sudah menginstruksikan,†jelasnya. [Harian Rakyat Merdeka]