Berita

arbi sanit/ist

Politik

Hubungan Demokrat-PKS, Hubungan Orang-orang "Sakit"

SELASA, 04 JUNI 2013 | 11:53 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Hubungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat adalah hubungan yang tidak normal. Sebenarnya posisi saling benci tapi mencintai itu sudah berlangsung sejak koalisi antar keduanya dimulai

"Selalu begitu dalam macam kasus. Tapi memang kedua pihak saling memerlukan. PKS perlu Demokrat agar tidak kehilangan jalur untuk mendapatkan kekuasaan dan perlindungan politik. Tetapi dia suka tidak setuju dengan tindakan Demokrat, seperti rencana kenaikan BBM ini," terang pakar politik, Arbi Sanit, kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Selasa, 4/6).

Begitu pula dengan Demokrat yang memerlukan dukungan PKS karena partainya bukan berbasis massa Islam, maka perlu dukungan Partai Islam. Tapi Demokrat tidak senang dengan langkah PKS yang kerap ekstrim, menyalahgunakan kekuasaan dan terlibat korupsi.


"Ini persoalan yang akan mengambang terus menerus. Ini sudah berlangsung sejak 2004. Hubungan Demokrat dan PKS ini hubungan tidak normal karena bekerjasama tapi berlawanan sekaligus, karena koalisi sekaligus oposisi. Hanya orang 'sakit' yang begitu," ucapnya.

Nah, kalau yang bicara yang sebaiknya, PKS dan Demokrat seharusnya sudah menormalisasi hubungan. Normalisasi adalah, kalau PKS mau menjadi oposisi maka jelas posisi oposisinya. Dan Demokrat juga, kalau sudah merasa sangat terganggu dengan PKS, sebaiknya tegas mengusirnya dari koalisi.

Menurut Arbi, kepentingan PKS di dalam koalisi hanya satu yaitu jalur kekuasaan untuk memperkuat logistik Pemilu.  

"PKS tidak ada di dalam pemerintahan, tidak bisa cari uang. Bagaimana target Rp 2 triliun? Langkah akhirnya logistik untuk menopang kemenangan PKS. Kalau dia keluar koalisi, semua rencana itu bisa batal," jelasnya.

Dalam konteks saat ini, PKS sedang pura-pura melawan kenaikan harga BBM yang tidak populis untuk dapat simpati dari rakyat.

"Dan Demokrat masih berharap mendapat dukungan Islam, terutama sunni," katanya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya