Belakangan ini, populer beberapa sindiran, anekdot bahkan sarkasme yang menggambarkan secara tak langsung kerinduan masyarakat kepada Orde Baru. Hal itu adalah fakta.
Dari perbincangan di warung kopi, angkutan umum, sampai ke pinggiran kaki lima, masih banyak rakyat kecil yang menganggap kesejahteraan di zaman kediktatoran Pak Harto lebih bernilai daripada kesemrawutan ekonomi sehari-hari mereka di era reformasi yang demokratis.
Namun, itu baru sebagian suara rakyat. Masih banyak kelompok masyarakat di luar itu yang memahami betul apa arti perubahan yang dimulai dari 1998 walau sampai saat ini tujuan tertinggi reformasi itu sendiri, yaitu kesejahteraan, keadilan dan kemerataan pembangunan, masih jauh dari harapan.
Sementara itu, kerinduan masyarakat kepada Orde Baru bisa diartikan pula kerinduan mereka pada gaya kepemimpinan yang tegas ala militer. Selama ini, benak sebagian masyarakat masih mempercayai kepemimpinan tokoh militer sebagai sosok yang dapat mengaplikasikan gaya tegas dan cekatan. Ironisnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berasal dari kalangan militer itu pula yang menjadi antitesisnya.
Kita ungkit lagi data dari akhir bulan April lalu. Sebuah lembaga riset politik, Lembaga Klimatologi Politik, merilis hasil survei mereka mengenai capres militer. Dan, kesimpulannya, mayoritas publik atau sekitar 40,5 persen masih menghendaki Presiden RI 2014-2019 berlatar belakang TNI.
Sementara 21,4 persen publik menghendaki capres berlatarbelakang sipil dan 27,3 persen tidak lagi mempersoalkan sipil maupun militer. Sedangkan 10,8 persen menjawab tidak tahu. Survei ini digelar pada periode 20 - 30 Maret 2013, di 33 provinsi yang ada di seluruh Indonesia.
Untuk itu pula
Rakyat Merdeka Online selama lebih dari dua pekan terakhir (sejak Rabu 8 Mei) membuka sebuah poling yang meminta para pembaca budiman untuk memilih salah satu dari lima tokoh asal militer yang paling pantas berlaga di pemilihan presiden 2014.
Mereka masuk nominasi karena popularitas dan elektabilitasnya selama ini sering jadi obyek penelitian dan komentar pengamat maupun politisi adalah Wiranto, Prabowo Subianto, Djoko Suyanto, Pramono Edhie Wibowo dan Sutiyoso.
Sayangnya, nama bekas Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso tidak sempat masuk karena dia baru mengungkapkan niatnya nyapres di Pemilu 2014 kepada publik beberapa waktu setelah poling ini digelar.
Saatnya untuk mengumumkan hasil akhir poling. Ternyata, Letjen (Purn) Prabowo Subianto masih berada di puncak kejayaan. Mantan Komandan Pasukan Khusus TNI AD dan Panglima Kostrad ini mendapatkan suara 54.7 persen dari seluruh pembaca yang ikut memilih.
Di tempat kedua adalah rival utama Prabowo, Jenderal (Purn) Wiranto. Mantan Panglima ABRI di ujung Orde Baru ini terpaut jauh di bawah juniornya karena hanya meraup 19.5 persen suara.
Letjen (Purn) Sutiyoso yang partainya sempat tak diloloskan KPU masuk dalam daftar peserta pemilu, kembali mendapat angin segar dengan perolehan 10.9 persen menempati nomor tiga dalam poling ini.
Adik ipar Presiden SBY yang baru saja mengakhiri pengabdiannya di TNI, Pramono Edhie Wibowo, ternyata belum cukup mendapatkan atensi. Jenderal dengan jabatan terakhir Kepala Staf TNI AD ini cuma meraih kepercayaan dari 9,1 persen pemilih. Dan di posisi paling bawah adalah Menko Polhukam, Marsekal (Purn) Djoko Suyanto, dengan raihan 5.8 persen suara.
Dua nama terakhir tadi memang belum sekalipun menyatakan secara terus terang niatnya untuk masuk ke dalam bursa pencalonan meski beberapa analis tetap menganggap mereka sebagai kandidat potensial.
[ald]