. Minimnya curah hujan di wilayah Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, menyebabkan beberapa sentra pertanian padi terancam puso. Pasalnya, umur tanaman padi masih sangat muda.
"Pada masa vegetatif atau beranak, padi membutuhkan suplai air yang optimal. Kekurangan air menyebabkan terhentinya proses pertumbuhan. Bahkan beberapa area pertanian sudah melaporkan ada yang mati kekeringan," kata Fahrurrozi selaku Ketua Gapoktan Ngudi Mulyo, Purbakerta Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas, Selasa (14/5).
Fahrurrozi mengatakan, areal persawahan di daerahnya adalah sawah tadah hujan. Saluran irigasi teknis masih belum tersedia.
"Beberapa lahan yang berdekatan dengan sungai bisa menggunakan mesin penyedot air. Yang jadi masalah kebanyakan lahan tidak berdekatan dengan sungai," jelasnya.
Berdasar data yang masuk, dari 120 hektar sekitar 15 hektar sudah dalam fase kritis. Area ini tersebar di beberapa lokasi Gapoktan Ngudi Mulyo seperti di Balekambang, Kemambang, dan Purbakerta. Mengantisipasi bertambahnya area yang terancam, Gapoktan Ngudi Mulyo mempersiapkan mesin sedot air baik milik kelompok maupun pribadi.
Sementara, di Cinangsi, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, bencana kekeringan sudah melanda sejak setengah bulan terakhir. Sekretaris Desa Cinangsi, Warseno, mengatakan, warga di Cinangsi sudah membuat bendung darurat agar air yang mengalir di sungai bisa dialirkan ke parit-parit sekitar sawah sehingga bisa disedot ke areal persawahan.
“Namun yang berada di lokasi atas dan jauh dari parit tetap tidak bisa dialiri air,†ujarnya.
[ald]