Berita

Sekali Lagi, Ini Soal Kedaulatan Jenderal!

SELASA, 07 MEI 2013 | 20:46 WIB | OLEH: KH MAMAN IMANULHAQ

Hikmah apa yang dapat diambil dari kasus Kuali Yuki?
Apakah ini soal perselingkuhan antara pengusaha berbau busuk dan aparat berwajah buruk?
Apakah ini soal kemiskinan yang telah mendarah daging hingga profil buruhnya pun sudah tidak diketahui?
Apakah ini malah soal mentalitas, budaya dan juga nilai filosofi sebuah ungkapan “nrimo”?
Ataukah kasus Kuali Yuki sebenarnya persoalan sebuah nilai yang bernama “kedaulatan”?



 
Saya melihat kasus Kuali Yuki adalah soal ketidakpedulian negara (pemerintah) atas kedaulatan hidup para buruh, yang adalah warga negara dari sebuah negeri yang konon digambarkan tanah gemah ripah loh jinawi. Mengapa kasus ini bisa terjadi? Di manakah negara dan pemerintah berada dalam kasus ini?

Kasus Kuali Yuki bisa terjadi karena negara dan pemerintah tidak hadir dalam Sila Kelima Pancasila. Ini dimungkinkan karena aparat yang tidak bertanggung jawab, tak berbudaya dan sekaligus biadab, berselingkuh dengan pengusaha bermuka dasamuka. Perselingkuhan itu mengakibatkan hilangnya kedaulatan warga negara untuk hidup sejahtera.
 
Kasus Kuali Yuki tidak jauh berbeda dengan persoalan Papua. Munculnya gerakan resmi Organisasi Papua Merdeka dari Oxford, Inggris juga terkait dengan kedaulatan warga negara yang berdiam di Papua untuk hidup sejahtera.
 
Sangat disayangkan, atas persoalan Papua, Menteri Luar Negeri Martin Natalegawa mengatakan itu merupakan kasus yang tidak perlu dibesar-besarkan. Ooooppss?
 
Kasus Papua adalah isu global yang lambat laut akan menjadi masalah bagi kedaulatan Indonesia dan sekaligus masalah kedaulatan warga Papua untuk sejahtera. Jika tidak perlu dibesar-besarkan, apakah ini artinya kasus Papua tidak perlu dijadikan masalah?
 
Beberapa bulan lalu, kasus pengibaran bendera Gerakan Aceh Merdeka juga menghiasi media massa. Namun hingga saat ini, tidak ada keputusan yang tegas dari pemerintah Indonesia atas masalah itu. Apakah ini juga merupakan sikap pemerintah Indonesia yang tidak perlu menjadikan masalah dari setiap keinginan masyarakat daerah tertentu untuk merdeka (berdaulat) sendiri?
 
Jika kasus Kuali Yuki luput dari pengamatan pemerintah, hal ini sangat bisa dipahami karena kasus besar seperti Papua dan Acehpun tidak mendapat sikap tegas dari Pemerintah Indonesia. Lalu dimana Kedaulatan Indonesia yang merdeka seperti tertulis dalam Preambule (Pembukaan) UUD 1945?

Dalam Pembukaan UUD 1945 tertulis, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". (alinea Pertama). "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur." (alinea Kedua)
 
Jelas terlihat, adil dan makmur  (kesejahteraan) akan tercapai setelah negara Indonesia merdeka, bersatu dan berdaulat.  Tercapainya sebuah masyarakat yang adil dan makmur tidak mungkin dapat tercapai jika kedaulatan belum tercapai.
 
Kasus Kuali Yuki menjelaskan bahwa para buruh tidak mungkin sejahtera hidupnya karena mereka tidak memiliki kedaulatan atas dirinya.  Hal yang sama juga terjadi pada kasus Papua dan Aceh. Selama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) belum sejahtera dan masyarakatnya belum mecapai tataran adil serta makmur, pada saat itu pula kedaulatan bangsa ini dipertanyakan.
 
Yang menjadi pertanyaan adalah, apa keputusan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi kasus-kasus ini ? Sulit untuk bisa memahami, sebagai seorang Jendral yang  mendapat amanat untuk memimpin bangsa dan negara ini tidak memiliki keputusan dan senantiasa ragu serta lambat dalam memberi fatwa, apalagi ini menyangkut kedaulatan bangsa dan negara.
 
Kalau sikap Presiden terus menerus seperti ini, dalam beberapa tahun lagi, tidak mustahil NKRI yang terbentang dari Sabang hingga Merauke akan  menjadi sejarah masa lalu. Ketidaktegasan SBY dalam memberi fatwa, akan menjadikan Indonesia kehilangan kedaulatannya sebagai bangsa dan negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat.
 
Ini soal kedaulatan dan bukan soal pencitraan. Lalu, mau kasus Kuali Yuki terjadi di banyak daerah di Indonesia?

Penulis adalah penggiat gerakan nasionalime dan pluralisme.

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Menhut Kebagian 688 Ribu Hektare Kawasan Hutan untuk Dipulihkan

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14

Jet Militer Libya Jatuh di Turki, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tewas

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05

Profil Mayjen Primadi Saiful Sulun, Panglima Divif 2 Kostrad

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46

Nutrisi Cegah Anemia Remaja, Gizigrow Komitmen Perkuat Edukasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41

Banser dan Regu Pramuka Ikut Amankan Malam Natal di Katedral

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33

Prabowo: Uang Sitaan Rp6,6 Triliun Bisa Dipakai Bangun 100 Ribu Huntap Korban Bencana

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11

Satgas PKH Tagih Denda Rp2,34 Triliun dari 20 Perusahaan Sawit dan 1 Tambang

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43

Daftar 13 Stafsus KSAD Usai Mutasi TNI Terbaru

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36

Prabowo Apresiasi Kinerja Satgas PKH dan Kejaksaan Amankan Aset Negara

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35

Jelang Malam Natal, Ruas Jalan Depan Katedral Padat

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34

Selengkapnya