Berita

ilustrasi

Jangan Harap Ada Revolusi TPS di Pemilu 2014!

SELASA, 07 MEI 2013 | 06:56 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Sejumlah calon presiden dan partai politik alternatif menolak menempuh jalan revolusi ekstraparlementer untuk mengakhiri keadaan bangsa yang kacau berantakan saat ini.

Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto dan Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh misalnya, berargumen revolusi dapat ditempuh melalui jalan Pemilu atau yang mereka istilahkan "revolusi TPS".

"Pertanyaannya, apa mungkin revolusi dapat dilakukan oleh parpol 'mie instan' serta Capres dan Caleg 'cepat saji' pada Pemilu 2014? Jawabannya jelas, tidak mungkin," jelas Koordinator Petisi 28 Haris Rusly (Selasa, 7/5).


Haris Rusly menjelaskan, revolusi adalah sebuah konsepsi perubahan yang dilakukan secara cepat dan mendasar, dengan melibatkan kekuatan rakyat yang sadar dan termimpin.

Sementara itu, katanya, 99 persen parpol, capres dan caleg, termasuk Prabowo Subianto dan Surya Paloh, berpandangan bahwa kekuatan uang adalah segala-segalanya untuk membeli kemenangan di Pemilu.

Makanya yang dilakukan oleh parpol, capres dan caleg adalah mengumpulkan para pengusaha sebagai donatur, memobilisasi dana pemilu dengan cara-cara haram, mulai dari merampok APBN, menjarah SDA, hingga memburu uang palsu, untuk dana membeli iklan dan menyogok rakyat.

"Tanggungjawab Partai Politik untuk melakukan pendidikan politik kepada rakyat, sebagai jalan merebut kemenangan politik, tak akan pernah ditempuh oleh seluruh Parpol 'mie instan' yang menjadi peserta pemilu 2014," ungkapnya.

Sebagai referensi, 'revolusi' TPS sendiri pernah terjadi di sejumlah negara Amerika Latin, semisal kemenangan Hugo Chaves di Venezuela, Lula Da Silva di Brazil, Evo Morales di Bolivia. Revolusi TPS juga terjadi di Iran yang memenangkan Ahmadinejad.

Disebut "revolusi" karena kemenangan di jalan pemilu dipimpin oleh pemimpin yang ideologis, bersih, dan berani menghadapi resiko membela bangsanya, serta didukung oleh rakyat yang sadar.

"Mereka juga berhasil memanfaatkan legitimasi kemenangan pemilu untuk mengubah konstitusi dengan menasionalisasi SDA yang dikuasai asing," demikian Haris Rusly. [zul]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya