Berita

Lola Amaria

Blitz

Lola Amaria, Menyamar Jadi Buruh Pabrik

RABU, 01 MEI 2013 | 09:36 WIB

Pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis premium dan solar. Apa kata Lola Amaria?

“Kenaikan harga BBM pasti berdampak pada kenaikan harga semua barang ya, apalagi perusahaan yang punya karyawan banyak,” jawab seniman, produser dan aktivis sosial ini.

Yang paling terpukul dengan kenaikan harga BBM biasanya golongan ekonomi lemah, termasuk buruh. Ujungnya, banyak aksi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM, baik di jalanan hingga depan Istana Presiden.


“Itu hal yang wajar ya protes karena harga BBM naik, soalnya dampaknya kan besar. Harga-harga naik, tapi gaji nggak naik. Di negara lain juga seperti itu kok kalau harga BBM naik,” urai Lola.

Menaikkan harga BBM ibarat menelan buah simalakama. “Naik salah, nggak naik salah juga. Kalau naik, semua naik, makanan, bahan pokok naik. Tapi disubsidi terus juga nggak mendidik. Saya nggak tahu jalan tengah yang baik, tapi pasti ada jalan yang lebih bijaksana. Misalnya naik tapi nggak terlalu banyak,” cetus bintang Ca Bau Kan, Novel Tanpa Huruf R ini.

Lola menunjukkan rasa peduli terhadap kehidupan kaum buruh migran lewat film terbarunya, Kisah 3 Titik. Film tersebut mengisahkan tentang perjuangan keras tiga orang wanita bernama Titik, demi kehidupan yang lebih baik.

“Film ini idenya dibuat sekitar setahun yang lalu, ketika melihat demo buruh terhadap pemerintah. Itu semua ada di sekitar kita dan diangkat dari kisah nyata. Karakter yang ada di film ini adalah simbol pengusaha, buruh, dan pemerintah,” terang pemilik bibir seksi itu.

Jomblowati ini mendapat banyak pengalaman dan hal berkesan selama proses pembuatan film, terutama saat dirinya harus melakukan penyamaran menjadi seorang buruh.

“Sebenarnya, pengalaman menggarap film ini semuanya berkesan. Tapi karena ini filmnya real, saya harus jadi buruh sebenarnya di pabrik. Saya terharu karena dapat melihat, merasakan dan mendengar keluhan mereka. Itu berat buat saya,” ungkap Lola.

Proses penggarapan film itu menghabiskan waktu selama sebulan dan kebanyakan mengambil gambar di kawasan industri.

“Syutingnya 25 hari, di Jakarta, Cibinong, Pulo Gadung, dan Cakung. Total persiapannya setahun, termasuk untuk risetnya,” sambung gadis kelahiran Jakarta 30 Juli 1977 ini.

Lola berharap, filmnya ini disukai oleh seluruh masyarakat dan bisa menyentuh hati para pengusaha. Diakui, kesulitan terbesar dalam membuat film tersebut terletak pada bagaimana mengangkat sisi menarik tanpa harus menggurui masyarakat.   Pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis premium dan solar. Apa kata Lola Amaria?

“Kenaikan harga BBM pasti berdampak pada kenaikan harga semua barang ya, apalagi perusahaan yang punya karyawan banyak,” jawab seniman, produser dan aktivis sosial ini.

Yang paling terpukul dengan kenaikan harga BBM biasanya golongan ekonomi lemah, termasuk buruh. Ujungnya, banyak aksi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM, baik di jalanan hingga depan Istana Presiden.

“Itu hal yang wajar ya protes karena harga BBM naik, soalnya dampaknya kan besar. Harga-harga naik, tapi gaji nggak naik. Di negara lain juga seperti itu kok kalau harga BBM naik,” urai Lola.

Menaikkan harga BBM ibarat menelan buah simalakama. “Naik salah, nggak naik salah juga. Kalau naik, semua naik, makanan, bahan pokok naik. Tapi disubsidi terus juga nggak mendidik. Saya nggak tahu jalan tengah yang baik, tapi pasti ada jalan yang lebih bijaksana. Misalnya naik tapi nggak terlalu banyak,” cetus bintang Ca Bau Kan, Novel Tanpa Huruf R ini.

Lola menunjukkan rasa peduli terhadap kehidupan kaum buruh migran lewat film terbarunya, Kisah 3 Titik. Film tersebut mengisahkan tentang perjuangan keras tiga orang wanita bernama Titik, demi kehidupan yang lebih baik.

“Film ini idenya dibuat sekitar setahun yang lalu, ketika melihat demo buruh terhadap pemerintah. Itu semua ada di sekitar kita dan diangkat dari kisah nyata. Karakter yang ada di film ini adalah simbol pengusaha, buruh, dan pemerintah,” terang pemilik bibir seksi itu.

Jomblowati ini mendapat banyak pengalaman dan hal berkesan selama proses pembuatan film, terutama saat dirinya harus melakukan penyamaran menjadi seorang buruh.

“Sebenarnya, pengalaman menggarap film ini semuanya berkesan. Tapi karena ini filmnya real, saya harus jadi buruh sebenarnya di pabrik. Saya terharu karena dapat melihat, merasakan dan mendengar keluhan mereka. Itu berat buat saya,” ungkap Lola.

Proses penggarapan film itu menghabiskan waktu selama sebulan dan kebanyakan mengambil gambar di kawasan industri.

“Syutingnya 25 hari, di Jakarta, Cibinong, Pulo Gadung, dan Cakung. Total persiapannya setahun, termasuk untuk risetnya,” sambung gadis kelahiran Jakarta 30 Juli 1977 ini.

Lola berharap, filmnya ini disukai oleh seluruh masyarakat dan bisa menyentuh hati para pengusaha. Diakui, kesulitan terbesar dalam membuat film tersebut terletak pada bagaimana mengangkat sisi menarik tanpa harus menggurui masyarakat. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya