Penyebutaan warga bantaran Waduk Pluit sebagai komunis oleh Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama (Ahok) terus menuai sorotan dari sejumlah kalangan. Penyematan tersebut dinilai bisa memicu kerawanan sosial.
Ketua Umum Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (KATAR), Sugiyanto, menyayangkaan pernyataan Ahok itu. Terlebih, Ahok sudah dua kali menggunakan kata komunis dalam berkomunikasi ke publik merespon persoalan warga Ibukota yang tinggal di bantaran kali.
Sebelumnya, Ahok menyebut Bank Dunia mengajarkan kita menjadi komunis lantaran mensyaratkan agar pemerintah provinsi DKI membayar ganti rugi kepada warga bantaran kali bila ingin diberikan pinjaamaaan terkait proyek pengerukan 13 sungai atau yang lebih dikenal dengan Jakarta Emergency. Dredging Initiative (JEDI).
"Doyan banget ngomong komunis, ada apa di balik otak Ahok?" ujar dia kepada wartawan, Sabtu (27/4).
Cerita komunis kata Sgy, panggilan dia, sampai saat ini masih diliputi banyak misteri. Yang menempel diingatan masyarakat soal komunis adalah cerita buruk, pembunuhan, kudeta dan cerita buruk lainnya. Di zaman Orde Baru, orang takut dicap komunis. Dan nampaknya, Ahok tidak mengerti historis komunis di Indonesia.
"Dengan omongan Ahok itu masyarakat bisa ikut membenarkan warga bantaran Waduk Pluit sebagai orang-orang komunis. Jelas ini bisa menimbulkan kerawanan sosial," imbuh Sgy.
Dia menambahkan, omongan Ahok tersebut di luar kebiasaan pejabat. Tidak pernah ada pemimpin yang mengumpamakan rakyatnya yang menyampaikan tuntutan atau keluhan sebagai komunis. Untuk itu, lanjut dia, kedoyanan Ahok ngomong komunis harus mendapat perhatian serius tidak hanya publik Jakarta, tapi juga tanah air.
"Warga di sana salah karena tinggal di atas tanah negara, tapi pemprov juga salah telah membiarkan mereka tinggal lama di sana. Bukankah baiknya masalah rakyat diselesaikan dengan cara persuasif? Sepertinya memang ada yang salah dalam otak Ahok," demikian Sgy.
[dem]