Jumlah korban tewas akibat ambruknya pabrik garmen, Rana Plaza, di Dhaka, Bangladesh, menyentuh angka 175 orang dan lebih dari 1.000 orang lainnya dilaporkan mengalami luka parah.
Menurut laporan tim penyelamat, hingga kemarin pagi, diduga masih banyak korban yang terjebak di reruntuhan bangunan itu. Tim penyelamat yang terdiri dari petugas pemadam kebakaran dan polisi masih terus berusaha mencari korban yang terjebak di dalam reruntuhan.
“Jumlah korban tewas masih bisa naik. Karena kami yakin masih banyak pekerja yang terjebak di balik reruntuhan gedung,†kata polisi wilayah Dhaka Habibur Rahman.
Tim pencari membuat lubang-lubang di reruntuhan beton dengan mesin bor atau tangan kosong, memberikan air dan senter kepada mereka yang masih berada di dalam gedung di dekat Dhaka.
“Saya memberi mereka peluit, air dan senter. Saya mendengar mereka menangis. Kami tidak bisa meninggalkan mereka,†kata petugas pemadam kebakaran Abul Khayer. Operasi penyelamatan masih akan dilanjutkan hingga malam dengan ditemani lampu sorot.
Bencana ini terjadi kurang dari lima bulan setelah sebuah kebakaran pabrik yang menewaskan 112 orang dan menyorot kondisi tidak aman di raksasa industri garmen di negara itu.
Sebelumnya, sudah banyak pekerja yang ragu untuk masuk ke dalam gedung, Rabu pagi (24/4), karena telah muncul retakan-retakan yang begitu besar sehari sebelumnya sehingga menarik perhatian saluran-saluran berita lokal.
Menteri Dalam Negeri Muhiuddin Khan Alamgir mengatakan bahwa gedung naas tersebut telah melanggar aturan pembangunan dan “para pelakunya harus dihukum.†Kepala polisi lokal Mohammaed Asaduzzaman mengatakan polisi dan Capital Development Authority mengajukan kasus terpisah terhadap pemilik gedung.
Asaduzzaman mengatakan hampir 100 jenazah telah diserahkan kepada keluarga hingga Kamis pagi.
Gedung tersebut memperkerjakan banyak pekerja yang memenuhi permintaan perusahaan tekstil terkenal. Seperti Phantom Apparels Ltd., New Wave Style Ltd., New Wave Bottoms Ltd. Dan New Wave Brothers Ltd., yang membuat baju-baju untuk merek-merek besar seperti The Children’s Place, Dress Barn, dan Primark.
Jane Singer, jurubicara untuk The Children’s Place, menyebutkan bahwa merk mereka sedang tidak memproduksi baju di saat gedung tersebut rubuh. Selain itu, Dress Barn mengatakan, mereka sudah tidak lagi membeli baju-baju dari fasilitas itu sejak 2010. [Harian Rakyat Merdeka]