Pengusahan nasional Tomy Winata (TW) mengatakan, Indonesia bisa menjadi pemain penting di dunia dengan membuat sejarah khususnya dalam pembangunan infrastruktur, memperhatikan dan merawat kelestarian lingkungan, serta membangun negara dengan orientasi mensejahterakan rakyat.
Menurut pendiri dan pimpinan grup usaha Artha Graha Network itu, Indonesia mampu dan pasti bisa membuat sejarah dalam membangun infrastruktur penghubung antar pulau. Hal itu bisa dimulai dengan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang akan menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera.
"Saya ingin ikut menciptakan sejarah. Saya ingin Indonesia membuat sejarah itu. Saya yakin JSS bisa terwujud. Jika Belanda bisa membangun dari Anyer ke Panarukan, saya ingin melanjutkan pembangunan jalan dari Anyer ke Lampung," ujar Tomy dalam wawancara dengan televisi CNBC, beberapa hari lalu, Selasa (23/4).
Tomy mengatakan, setelah zaman Belanda, Indonesia tak pernah lagi membangun jaringan infrastruktur yang bagus, termasuk di Sumatera dan Jawa. Padahal pembangunan infrastruktur penghubung kedua pulau besar ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Selama ini kendala transportasi kedua pulau itu sangat tinggi. Kadang bisa satu hari, kadang sampai tujuh hari. Dengan JSS ini, aliran komoditas pertanian dan kepentingan industri itu paling lama hanya dua jam," kata TW.
Secara visioner dia menguraikan, dalam jangka panjang pembangunan tidak hanya sebatas Jawa dan Sumatera, tetapi juga menghubungkan semua pulau-pulau di Indonesia.
"Mungkin semua pulau-pulau di Indonesia bisa digabungkan. Setelah Jawa-Sumatera, lalu disusul Sumatera-Bangka-Belitung-Kalimantan. Kemudian Nunukan di Kalimantan ke Sulawesi Utara, satu lagi dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara juga bisa tersambung," katanya runtut.
Sebagaimana diberitakan media, biaya pembangunan Jembatan Selat Sunda bisa mencapai US$ 25 miliar atau Rp 225 triliun. Menurut Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Lukita Dinarsyah Tuwo, kepastian biaya sesungguhnya baru akan diketahui setelah ada hasil studi kelayakan.
TW juga menegaskan, para pengusaha seharusnya tidak menjadikan profit sebagai tujuan utama berbisnis. Menurut Tomy, targetnya dalam berbisnis adalah membangun negara, membantu masyarakat dan lingkungan.
Dalam pandangan TW, pembangunan masyarakat guna membantu meningkatkan kesejahteraan dan negara merupakan hal yang sangat penting. Itulah tujuan dia berbisnis, yakni ikut membantu pemerintah dalam membangun negara. Langkah konkritnya, mengembangkan jaringan usaha untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Tomy menegaskan, dirinya tidak membangun kerajaan bisnis, melainkan mendorong setiap anak usaha dalam kelompok usahanya agar bermanfaat bagi banyak orang miskin dan sekaligus membantu pemerintah dalam membangun bangsa.
"Bagi saya, profit adalah nomor terakhir. Nomor pertama adalah membantu negara, membantu pemerintah. Kedua, membantu masyarakat. Ketiga, membangun lingkungan. Keempat, mendorong kemajuan perusahaan untuk menyerap banyak tenaga kerja. Baru kelima, profit untuk pribadi," tandas TW.
[rsn]