. Peru bukan satu-satunya negara yang menyambut baik dan menawarkan riset bersama kepada tim peneliti mandiri Gunung Padang. Ada beberapa negara dan pihak lain yang juga menawarkan hal serupa.
Begitu disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam yang juga inisiator dari tim mandiri, Andi Arief, dalam pertemuan tim peneliti mandiri Gunung Padang dengan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti di kantor Kemendikbud, Selasa (16/5).
Wiendu memaparkan temuan di Gunung Padang sudah menjadi wacana interasional. Hal tersebut diungkapkan oleh Dubes Peru untuk Indonesia pada saat gathering Presiden SBY dan para duta besar negara sahabat di Cipanas, 11 April 2011. Dalam kesempatan itu Dubes Peru menawarkan kolaborasi riset antara Pemerintah Peru dengan Pemerintah Indonesia, berkenaan dengan situs Gunung Padang di Indonesia dan situs Manchu Picchu di Peru.
Tawaran Dubes Peru, menurut Andi, adalah hal positif namun untuk sementara tim terpadu belum akan memberikan respon lebih jauh karena masih fokus pada penuntasan pembuktian tampak luar Gunung Padang.
"Jika akhirnya nanti dirasa sudah lengkap, maka riset akan diberikan pada negara. Terserah negara nanti apakah menerima tawaran join riset itu," kata Andi Arief.
Sebagai informasi, para peneliti tim terpadu riset mandiri Gunung Padang terdiri dari berbagai ilmuwan terbaik Indonesia. Dibentuknya tim ini merupakan satu bentuk fasilitasi pemerintah terhadap keinginan para ilmuwan multi disipilin memberikan sumbangsih kepada negara.
Tim terpadu riset mandiri menggunakan berbagai metode non konvensional dalam penelitianya seperti penggunaan geolistrik, georadar, maupun geomagnetik, serta dan alat bantu geofisika lainnya. Selain itu penelitian juga menggunakan citra satelit, foto IFSAR, kontur dan peta model dijital elevasi (DEM). Dari berbagai data yang dihasilkan itu, serta ditambah dengan pembuktian paleosedimentasi di beberapa titik bor sampling, serta analisa petrografi.
Keberhasilan tim untuk berkerja sejauh ini sampai pada hasil membuktikan hasil hipotesa mereka dengan melakukan penggalian arkeologi beberapa titik bahwa ada bangunan utama berukuran 15 hektar (setara dengan 10 kali dari Candi Borobudur) di Gunung Padang yang tertimbun, serta luasa total komplek bangunan sebesar 75 hektar ini bukan semata capaian di bidang arkeologi dan kebudayaan.
Keberhasilan ini melengkapi sejarah besar bangsa Indonesia, bahwa untuk pertamakalinya ilmuwan-ilmuwan kita mampu secara mandiri (tanpa melibatkan asing, red) menemukan bukti pusat kebudayaan purba yang mengejutkan, karena berpotensi mengubah peta sejarah dunia.
[dem]