Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapat sebutan penakut dan paranoid. Ciri yang paling tegas adalah dia mudah sekali menggerakkan alat negara dan menghamburkan uang negara untuk menghadapi ancaman yang notabene berasal dari halusinasinya.
Demikian pandangan dari mantan anggota Komisi I DPR, Effendi Choirie yang akrab disapa dengan Gus Choi, kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Selasa, 26/3).
Gus Choi mengaku heran dengan pengerahan lebih dari 12 ribu personel kepolisian dan ratusan tentara pada Senin kemarin (25/3) untuk mengantisipasi ancaman kudeta atau gerakan massa. Faktanya, kemarin tidak terjadi gerakan massa yang besar apalagi pergerakan untuk kudeta.
"Saya kira dugaan akan ada kudeta atau apapun itu, berasal dari sikap SBY yang penakut, paranoid,
oversensitive, apapun istilahnya itu, kemudian dia memerintahkan, menyalahgunakan aparat itu untuk mencari kesalahan, kelemahan lawan politiknya," terang Gus Choi.
"Ciri penguasa yang penakut adalah kalau ada gerakan-gerakan yang bersifat mengkritisi dia, itu sudah dianggap ancaman pada kekuasaan dia. Memang pemimpin seperti ini merugikan negara," imbuh politisi Nahdlatul Ulama ini.
Akibat dari pikiran pemimpin yang penakut, maka banyak hal-hal kecil dibesarkan. Hal bersifat biasa seperti kritik dalam berdemokrasi dianggapnya ancaman.
"Akibatnya, dalam mengambil langkah politik dia selalu salah," ujarnya.
Lebih jauh lagi, Presiden melakukan kesalahan amat fatal karena memanfaatkan alat negara seperti polisi, tentara dan intelijen untuk mencurigai rakyat atau mencari kesalahan-kesalahan orang yang mengkritik dia.
"Ini kesalahan fatal dia. Nah itu, intelijennya, tentaranya sendiri, polisinya juga menurut saja untuk menjadi alat politiknya. Mereka harus diingatkan bahwa intelijen, kepolisian maupun tentara, bukan alat kekuasaan SBY tapi alat negara," ungkapnya.
[ald]