Berita

hatta taliwang

Kudeta Putih yang Berhasil Menjungkalkan Presiden RI

JUMAT, 22 MARET 2013 | 14:41 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Awal tahun 1998, Bos IMF Michaels Camdessus bersedekap di belakang Presiden Soeharto sambil tersenyum. Banyak yang tersinggung menyaksikan adegan tersebut karena dianggap sangat menghina harga diri bangsa ini.

"Itulah puncak keberhasilan kudeta kaum neoliberalis terhadap Republik Indonesia," ujar Direktur eksekutif Institut Ekonomi Politik Soekarno Hatta (IEPSH) M. Hatta Taliwang (Jumat, 22/3).

Pada saat itu Soeharto terpaksa menandatangani Letter of Intent (LoI) yang merupakan induk dari segala nafas amandemen UUD 1945 dan ratusan UU, yang mengantarkan Republik Indonesia tercengkeram sampai saat ini dibawah kendali para kapitalis global.


Sejak saat itu mereka  mengatur dan mengendalikan Republik Indonesia. Sejak saat itu pula, urusan migas dan minerba, perbankan, investasi, retail, pangan dan lain-lain berada di bawah kendali para kapitalis.

Makanya, masih kata Hatta, lahir pemimpin/presiden boneka di Indonesia. Yang berusaha melawan mereka pasti tergusur, karena mereka mempunyai barisan antek setia, baik di eksekutif, legislatif, yudikatif, akademisi, LSM, media massa, Ormas, TNI/Polri, tokoh dan lain-lain.

Kalau tahun 1965/1968 sering disebut kudeta merangkak dalam rangka penguasaan Indonesia oleh para kapitalis global dan mengucurkan darah jutaan
rakyat Indonesia, kudeta 1998 adalah kudeta tanpa darah yang oleh peneliti dari UI DR Syamsul Hadi dan peneliti IGJ Salamuddin Daeng disebut kudeta putih.

"Karena perebutan kekuasaan atas Republik Indonesia dilakukan dengan menguasai software Indonesia yaitu melalui lewat Amandemen atas UUD 1945 dan paket UU yang keblinger," kata Hatta, yang pernah menjadi anggota DPR dari PAN ini.

Soeharto terperosok ke jurang dalam sehingga terpaksa menandatangani LoI tersebut bermula dari ulah pialang saham asal Amerika Serikat, George Soros. Dia dianggap biang kerok krisis moneter di Asia Tenggara/ Indonesia tahun 1997.

"Krisis ini berkembang jadi krisis ekonomi yang menyebabkan Soeharto harus menerima 'pertolongan' IMF. Sebuah sumber menyebut bahwa sebenarnya Soeharto sangat menyesal menandatangani LoI tersebut. Tapi sejarah mencatat bahwa krisis tersebut berkembang jadi krisis politik yang menjatuhkan Soeharto," demikian Hatta. [zul]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya