Berita

Politik

Rangkaian Pertemuan di Kantor Presiden Membahas Ancaman Serius Poros Islam Primordial

Ideologi, Bentuk dan Fungsi Negara yang Terancam
JUMAT, 15 MARET 2013 | 11:36 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Rangkaian pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto, kemudian tujuh jenderal pensiunan yang dipimpin Jenderal TNI (Purn) Luhut Panjaitan, dan terakhir kemarin dengan Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), bukan membicarakan suksesi kepemimpinan. Apalagi, cuma membahas penyelamatan Partai Demokrat yang sedang di ambang kehancuran.

Hal itu diutarakan pakar politik senior dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, saat diwawancarai Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Jumat, 15/3). Dia yakin, apa yang dibicarakan secara maraton, serius dan tertutup oleh SBY bersama sebagian elemen masyarakat itu adalah isu "penggoyangan" yang lebih ideologis.

"Persoalannya adalah kekuasaan di negara Indonesia yang tampaknya negara itu mulai digoyang. Potensi penggoyangan itu oleh kelompok priomordial agama, kesukuan, isu otonomi daerah, kelas menangah baru yang apolitis tapi gampang dihasut, dan kelas menengah lama yang berebutan kekuasaan," ungkap Arbi Sanit.


Itulah potensi-potensi masalah yang dipandang SBY bersama sebagian elite lain akan menggoyang kekuatan negara dan membuat negara ini tidak stabil.

Secara khusus Arbi melihat undangan pertemuan dari Istana ke Prabowo Subianto bukan dalam kapasitas Prabowo sebagai tokoh Partai Gerindra atau capres potensial.

"Selama ini "kejenderalan' Prabowo belum banyak dilibatkan SBY. Jadi saat itu, dia (Prabowo) datang sebagai jenderal TNI," ujar Arbi.

Dengan demikian, Arbi sekali lagi yakin, apa yang mau dicapai SBY lewat rangkaian rapat tertutup itu bukan berbicara kepentingan 2014 karena SBY tak akan bisa mencalonkan diri lagi. Lebih tidak mungkin lagi hanya membahas kepentingan menyelamatkan Partai Demokrat karena Demokrat sekarang sudah hancur lebur dan hampir tidak ada elite politik yang mau terseret ke dalam kehancuran Demokrat.

"Yang diundang SBY kemarin bukan orang-orang yang betul-betul kuat, dan bukan juga tokoh alternatif untuk 2014, termasuk Prabowo yang masih punya sejarah rumit di masa lalunya. Ini bukan persoalan alternatif pemimpin, memperkuat SBY atau Demokrat," tegasnya lagi.

Arbi Sanit lebih rinci mengatakan, apa yang menjadi isu bersama SBY dan para tokoh yang diundangnya adalah soal ancaman dari kekuatan yang paling besar, yakni poros Islam Priomordial.

"Kekuatan itulah yang paling bisa beroperasi karena mereka ada jalurnya seperti HMI, KAHMI, ICMI dan tokoh-tokoh Islam senior, partai Islam yang berporos tengah. Itu garisnya akar rumput," beber dia.

Apa bahayanya gerakan poros Islam Primordial itu sehingga SBY harus melakukan pertemuan demi pertemuan penting itu?

"Bahayanya adalah mereka ingin negara ini berubah. Dari negara untuk semua orang, menjadi negara hanya untuk Islam. UUD akan berubah, kekuasan negara akan berubah dan ideologi negara, bentuk dan fungsi negara akan berubah," urai Arbi. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya