"SAYA pelayan Mesir bukan Ibu Negara."
Itu ucapan terkenal dari Najla Mursi, istri Presiden Mesir sekarang, Mohamed Mursi.
Baginya julukan Ibu Negara hanya berlaku bagi Jihan Sadat (istri Anwar Sadat) dan Suzan Mubarak (istri mantan Presiden Mubarak) karena dalam kedudukan mereka sebagai Ibu Negara sering dianggap ikut campur dalam bidang ekonomi dan politik Mesir.
Najla sebaliknya berniat ingin tampil beda dengan isteri Presiden terdahulu.
Sementara itu tetangga Najla, Leila Trabelsi, istri mantan Presiden Tunisia Zine Al Abidine Ben Ali, memiliki perangai lain lagi, melarikan diri dari negaranya membawa 1,5 ton emas batangan senilai lebih kurang Rp 543 miliar pada saat jelang kejatuhan suaminya.
Leila sebenarnya mempunyai latar belakang kehidupan yang sederhana. Namun belakangan dijuluki 'The Regent of Carthage' karena mempengaruhi kekuasaan dari belakang layar. Diduga sebanyak £ 3.5 miliar kekayaan Tunisia dikorupsi oleh keluarga tersebut. Prilaku Leila sering disamakan dengan mantan First Lady Filipina, Imelda Marcos terutama dalam gaya hidup glamour.
Beragam kisah tentang mantan perempuan di belakang layar kekuasaan. Ada yang dendam dengan kemiskinan masa lalunya, lalu dipuas-puaskan tatkala suaminya berkuasa. Dampak prilakunya tak disadarinya sangat mempengaruhi kinerja dan citra suaminya.
Indonesia cukup punya banyak referensi tentang mantan First Lady-nya. Ibu Fatmawati adalah isteri Presiden yang keibuan dan sederhana dan pasti tidak intervensi atas kekuasaan suaminya. Ibu Tien Soeharto dalam hal keibuan mirip Ibu Fat. Hanya, Ibu Tien dianggap berpengaruh kuat terhadap Pak Harto. Ibu Ainun Habibie sosoknya cukup jelas difilm, seorang istri dan Ibu yang luar biasa. Saya kurang tahu tentang Ibu Shinta A Wahid. Tampaknya juga kuat sifat keibuannya dan tak punya kecendrungan mencampuri tugas suaminya.
Ke depan tentu kita berharap tidak ada Leyla atau Imelda versi Indonesia. Kita merindukan First Lady pelayan rakyat Indonesia! [***]