Berita

Politik

Isu Anas Cuma Puncak Gunung Es, Mesin Politik SBY Sedang Kewalahan

SENIN, 04 MARET 2013 | 13:21 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Kelihatannya, mesin politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang macet dan tidak efektif untuk menghadapi gerilya kelompok Islam Primordial yang menggunakan isu Anas Urbaningrum sebagai isu strategis.

"Mesin SBY lagi macet dan tak efektif menghadapi gerilya yang menggunakan isu Anas. Yang saya bicarakan ini mesin baik di dalam partai dan juga seluruh mesin politiknya di luar Demokrat," kata pengamat politik senior dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, kepada Rakyat Merdeka Online, Senin siang (4/3)

Arbi sebelumnya menjelaskan, ada indikasi bahwa isu "Anas Vs SBY" dipakai kekuatan Islam Primodial untuk mewujudkan desain besar mereka. Kekuatan tersebut terbentuk dalam kekuatan "Poros Tengah" yang sedang dicanangkan oleh Amien Rais Cs, yang konon sudah memasuki enam putaran pertemuan.


Kekuatan nasional, saran Arbi, mesti segera dibangun SBY. Bisa juga menggandeng parpol-parpol nasionalis besar, namun itu bukan yang utama.

 "Ada benarnya (gandeng) PDIP, tapi semua kekuatan nasional harus bersatu karena akan hadapi kekuatan primordial. Ini bahayanya negara kita," ucapnya.

Arbi membaca, perubahan besar yang diinginkan kelompok Islam Primordial adalah lewat jalur konstitusional Pemilu 2014.

"Harus konstitusional. Seperti di Mesir dan Tunisia. Lihat saja di Mesir sekarang, AS pun terpaksa mendukung Mursi (Presiden Mesir). Lalu, Menlu AS membujuk oposisi Mesir supaya damai. Desain itu akan mereka pakai," ujarnya.

Upaya konsolidasi kelompok nasionalis itulah yang payah sekali coba dilakukan SBY. Bahkan, SBY pun belum akan membuka terang benderang pertarungan politik melawan kelompok Islam Primordial itu.

"Dia takut, kalau dia buka maka berkecamuklah politik secara nasional. Saya sebagai pengamat berani saja. Karena ini masuk ke arah negara kita," ujar Arbi.

Dia tegaskan lagi bahwa kasus Anas merupakan puncak gunung es dan di bawahnya banyak gerakan ingin ambil bagian untuk melawan pemerintahan SBY.

"Kelompok-kelompok itu secara sadar dan berani ambil risiko bermain. Sekarang mesti dibangun kekuatan nasionalis sekuler," jelasnya.

Kekuatan nasionalis itu,pungkasnya, tengah di ambang kebingungan menghadapi situasi politik sekarang yang amat rumit. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya