Berita

presiden sby/ist

Politik

Tak Bisa Disangkal Pamor SBY di Internal Partai Menukik Tajam

SABTU, 02 MARET 2013 | 10:13 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Partai Demokrat adalah partai yang paling kentara fragmentasinya. Cara melihatnya mudah, tonton saja dialog di media elektronik yang mengundang dua petinggi partai Demokrat dan bisa diprediksi mereka akan saling serang satu sama lain.

"Adanya fragmentasi, atau politik pembelahan, semakin kuat di atas tahun 2010 sampai sekarang. Pada awal Demokrat berdiri 2001-2005, pamor SBY luar biasa sebagai pemersatu baik ke dalam maupun ke luar," ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, dalam diskusi "Panas Efek Anas" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (2/3).

Dia ingat, pada 2005 terjadi sedikit perpecahan lalu SBY turun tangan memasang Hadi Utomo sebagai Ketua Umum, maka konflik itu reda. Terbukti pula ketika nama Ibu Negara, Ani Yudhoyono yang melekat pada figur SBY, diwacanakan menjadi Calon Presiden dari Demokrat, maka terjadi peningkatan elektabilitas partai pada beberapa tahun lalu.


Namun, Qodari menjelaskan, pada 2010 terjadi penurunan pamor SBY yang terlihat dalam kekalahan telak kandidat ketua umum di kongres Demokrat, Andi Mallarangeng, yang cuma meraih 88 kursi. Sedangkan, Anas Urbaningrum mendapat ratusan suara jauh di atasnya.

"Sebelumnya, SBY yakin yang dia calonkan menang seperti pada 2005," ujarnya.

Nah, pembalikan pamor itu juga terjadi di luar Demokrat. Pada 2004 dia berhasil mengangkat elektabilitas partai baru hingga mengantarkannya jadi Presiden, dan pada 2009 juga begitu.

"Tapi kini, ada variabel lain yang menurunkan pamor SBY. Misalnya kasus korupsi. Dan, SBY tidak bisa mengontrol kader-kader yang bisa menurunkan elektabilitas partai," ujar dia.

Dalam pembicaraan pada diskusi itu didapat kesimpulan sementara bahwa pamor SBY yang menukik itu menyebabkan faksi dalam partai makin parah.

Anas Urbaningrum yang tersingkir dari jabatan Ketum pun masih mendapat panggung politik cukup luas dan memiliki kaki-kaki politik di daerah yang loyal. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya