Berita

Politik

Matahari Kembar di Demokrat Membuat Kader Mendayung di Antara Dua Karang

SABTU, 16 FEBRUARI 2013 | 10:26 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Boleh diakui bahwa pakta integritas Partai Demokrat adalah usaha keras untuk memberi keyakinan pada orang di luar partai mereka bahwa Demokrat akan baik-baik saja.

Ahli hukum tata negara, Saldi Isra, menyebut, apa yang terjadi pada Demokrat mirip sebuah pepatah asal Minangkabau yaitu "bila tersesat di ujung jalan maka pilihannya kembali ke pangkal jalan".

"Hal ini dibangunkan kembali setelah terjerembab ke titik yang hampir menghancurkan partai," katanya dalam diskusi "Tsunami Demokrat" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (16/2).


Namun, ribut-ribut dari luar Demokrat terus berlangsung karena partai ini sendiri yang meletakkan dua kekuasaan pada dua kutub yang berbeda.

"Partai secara konstitusional mendesain dirinya memberi ruang untuk matahari kembar. Ini sangat potensial bermasalah dan itu terjadi pada Demokrat," jelas profesor doktor hukum ini.

Di partai lain, PKS misalnya, memang diakuinya juga ada dua kekuatan yaitu Majelis Syuro dan DPP. Namun, kebanyakan di partai lain, ukuran kekuatan masing-masing kubu tidak seimbang.

"Di Demokrat, antara SBY dan Anas hampir sama kekuatannya. Mengapa desain konstitusi partai seperti ini dipilih? Karena ingin akomodir dua kekuatan. Tapi ada risiko yang besar," ucapnya.

Menurutnya, jalan terbaik adalah memadamkan salah satu matahari agar tak terjadi perseteruan yang berlarut-larut.

"Tapi dalam situasi saat ini sangat sulit karena Demokrat tak mungkin keluar dari matahari kembar itu," tegasnya.

Menurutnya, hal tersebut menjadikan para pengurus partai di bawah dua matahari itu seolah-olah menjalani politik "mendayung di antara dua karang".

"Dengarkan saja statement para pengurus DPP yang selalu menjaga titik di antara Anas dan SBY," kata dia lagi.

Faktanya, Demokrat menelan risiko parpol yang desain konstitusinya menyediakan peluang matahari kembar dan selalu menjaga ruang antara sisi SBY dan Anas.

"Menurut saya, ini problem akut di tubuh Demokrat," tambah dia. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya