Berita

ilustrasi, Fitness

Kesehatan

Abses, Penyakit Kulit Yang Muncul Di Pusat Kebugaran

JUMAT, 01 FEBRUARI 2013 | 08:20 WIB

.Fitness center ternyata juga bisa jadi sumber penyakit, terutama penyakit kulit. Mulai dari penyakit kulit ringan hingga akut, seperti abses maupun eksim.

Jika kita mencermati kondisi di pusat kebugaran yang selalu penuh oleh para pengunjung. Berbagai alat di sana juga se­makin sering bersentuhan dengan tubuh, keringat ataupun cairan tubuh lainnya.

Alat-alat olahraga tersebut tidak selalu memungkinkan un­tuk diber­sihkan setelah selesai diper­gu­nakan. Kondisi seperti itulah yang bisa jadi sumber penularan pe­nyakit kulit ataupun penyakit lainnya, saat terjadi kontak bagian tubuh dari peserta fitness center.


Infeksi tidak akan terjadi begitu saja. Karena ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kebe­ra­daannya. Seperti daya tahan tu­buh, tingkat kelelahan, luka lecet ataupun luka terbuka saat berlatih dan juga banyaknya kuman yang kontak dengan kulit, dapat men­jadi ukuran terjadi atau tidaknya infeksi kulit.

Dokter kesehatan olahraga dari Rumah Sakit Mitra Kema­yoran, Michael Triangto me­nyarankan, jika ingin tetap sehat saat berada di tempat kebugaran,  perlu men­jalani pola hidup sehat. Salah satunya, dengan meng­konsumsi makanan sehat, vi­tamin serta suplemen.

“Pada orang-orang yang sering berkeringat atau kurang menjaga kebersihan kulit, jamur atau bak­terinya akan cepat ber­kem­bang biak menjadi abses atau ek­sim,” ujarnya dalam acara diskusi ke­se­hatan di Jakarta, Minggu (27/1).

Abses sendiri adalah, penyakit kulit akut yang bisa menimbulkan nanah di dalam tubuh akibat infeksi bakteri. Triangto men­jelaskan, abses merupakan tahap terakhir dari suatu infeksi ja­ringan yang diawali peradangan.

“Abses, penyakit kulit yang sering diderita seseorang di pusat kebugaran,” ucapnya. Kulit yang terpapar bekas cairan tubuh orang lain bisa memudahkan infeksi kulit, sehingga bisa menimbulkan gatal-gatal sampai abses.

Menurut Kepala Departemen Kedokteran Olahraga Pengurus Besar PBSI (Persatuan Bulu­tangkis Seluruh Indonesia) ini, ada dua jenis abses, yakni septic dan steril. Kebanyakan jenis  ab­ses yang diderita adalah jenis septic.

Septic abses dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Dalam keba­nyakan kasus, bakteri juga meng­hasilkan bahan kimia. “Ha­silnya adalah tebal, cai­ran nanah kuning yang me­ngan­dung bakteri mati, dicerna jari­ngan, sel-sel darah putih, dan en­zim,” tutur dokter yang juga aktif sebagai Staf Ahli Medis untuk Persatuan Golf Indonesia ini.

Sementara eksim sendiri ada­lah, peradangan kronis atau me­nahun yang timbul pada kulit atas dan menimbulkan rasa gatal. Ek­sim merupakan penyakit kulit je­nis dermatitis atopik yang bia­sanya menimbulkan alergi.

Geja­la eksim antara lain kulit memerah, gatal, kulit mengeras, bersisik, melepuh hingga timbul bintil-bintil kecil yang meng­andung air dan nanah.

Eksim biasanya menimbulkan peradangan hebat yang menye­babkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada ku­lit, hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan.

Kedua penyakit kulit tersebut bisa berkembang di tempat kebu­garan. Pasalnya, di tempat ini kuman dan bakteri bebas berke­liaran, karena banyak ke­ri­ngat, udara dingin, serta gesekan yang terjadi saat melakukan olahraga,” kata Michael.

Dokter spesialis kulit dan ke­lamin dari Brawijaya Women and Children Hospital Jakarta, Vinia Ardiani Permata menambahkan, peran handuk ketika berolahraga, juga memiliki peran penting dalam memberikan andil terja­dinya infeksi pada kulit.

Menurutnya, handuk kotor atau kurang menyerap air bisa me­micu timbulnya penyakit kulit. Dalam kondisi yang lembab, jamur atau bakteri itu akan ber­kembang biak sehingga memicu gangguan kulit.

Saat berlatih di pusat kebu­garan, pengguna tempat kebu­garan perlu menggunakan pa­kaian yang nyaman dan mampu melindungi tubuh dari berbagai hal seperti keringat, udara dingin, gesekan ataupun dari lingkungan yang kurang bersih.

Pada masa seperti sekarang ini, pakaian untuk berolahraga me­miliki berbagai model dan umumnya dirancang untuk mem­perlihatkan kejantanan dan ke­molekan tubuh yang dimiliki.

Tak heran bila pakaian tersebut memiliki banyak “jendela” yang selain memperlihatkan bentuk tubuh juga mempermudah terja­dinya kontak langsung dari kulit dengan benda-benda lain yang bersentuhan saat berlatih.

Anak Usia 15 Tahun Paling Rentan

Penyakit kulit, ternyata masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian masyarakat In­donesia. Saat ini, penyakit kulit banyak diderita masyarakat, bahkan menjadi penyakit dengan jumlah penderita terbanyak ke­tiga di Indonesia.

Selain abses dan eksim, pe­nya­kit kulit yang sebagian besar dialami masyarakat adalah Patek (Patekan) atau frambusia. Ber­dasarkan survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan, fram­busia masih banyak ditemukan di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Di wilayah lain juga masih ada, tapi memang yang paling banyak di wilayah Indonesia timur. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Titi Lestari Sugito mengatakan, penyakit kulit ini ditemukan di beberapa negara tropis sejak tahun 1990-an, se­perti Afrika, Asia dan Amerika termasuk Indonesia.

Sebagian besar memang men­jangkiti anak di bawah usia 15 tahun (terbanyak pada kelompok usia 6-10 tahun), khususnya pada masyarakat miskin. Pe­nyakit ini ditularkan melalui kulit yang lecet karena digaruk atau tergores dan berkontak dengan penderita patek.

Patek merupakan penyakit yang disebabkan bakteri. Penu­larannya bisa terjadi lewat kontak langsung. Penyakit ini biasanya ditemui, terutama wilayah timur Indonesia. Penyakit ini dise­babkan infeksi kronis yang bisa menyerang kulit, tulang, dan tulang rawan.

Penyebabnya adalah bakteri Treponema pallidum, yang juga menyebabkan sifilis. Namun, frambusia tidak menyerang kela­min sebagaimana sifilis. Dalam satu bulan akan timbul benjolan tunggal koreng yang diberi nama induk patek (mother yaw).

Inilah yang disebut stadium awal dan kemudian koreng ini se­akan-akan sembuh dengan me­ninggalkan bekas luka seperti ku­lit buah strawberry (atau fram­boos dalam bahasa Belanda se­hing­ga mendapat nama frambusia).

Jika belum terlalu parah, pate­kan bisa disembuhkan hingga tuntas dengan menggunakan antibiotika tertentu. “Jika sudah terlalu parah, kerusakan kulit akibat koreng dan luka permanen sehingga sulit disembuhkan seperti sedia kala,” ujarnya.

Ia meminta masyarakat tetap menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Pada prinsipnya, pe­nyakit kulit bisa dicegah sejak awal dengan rajin membersihkan tubuh pakai air bersih dan sabun. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Cetak Rekor 4 Hari Beruntun! Emas Antam Nyaris Tembus Rp2,6 Juta per Gram

Rabu, 24 Desember 2025 | 10:13

Saham AYAM dan BULL Masuk Radar UMA

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:55

Legislator PKB Apresiasi Langkah Tegas KBRI London Laporkan Bonnie Blue

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:44

Prabowo Bahas Kampung Haji dengan Sejumlah Menteri di Hambalang

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:32

Pejabat Jangan Alergi Dikritik

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:31

Saleh Daulay Dukung Prabowo Bentuk Tim Arsitektur Perkotaan

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:26

Ribuan Petugas DLH Diterjunkan Jaga Kebersihan saat Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:21

Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Libur Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13

Satu Hati untuk Sumatera: Gerak Cepat BNI & BUMN Peduli Pulihkan Asa Warga

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:04

Harga Minyak Naik Jelang Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya