RMOL. Penetapan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka suap izin kuota impor daging sapi menjadi awal kebangkrutan partai yang berazas Islam tersebut.
Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia, Toto Izul Fatah, menilai efek buruk dari penetapan tersangka terhadap Luthfi lebih dahsyat pengaruhnya terhadap partai ketimbang efek yang akan ditimbulkan, misalnya, jika Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang jadi tersangka.
"PKS memiliki karakteristik pemilih atau konstituen ideologis yang lebih militan ketimbang partai lain termasuk partai Islam sejenis seperti PPP. Militansi kader yang kental dengan aroma ketaatan terhadap agama dan terhadap pemimpinnya, jelas akan merontokan partai dengan cepat karena pemimpin panutannya ternyata melenceng dari semangat agama (korupsi)," kata Toto kepada Rakyat Merdeka Online, Kamis (31/1).
Militansi berpartai di PKS, jelas Toto, hampir sama dengan militansi para santri di pesantren. Atau kurang lebih sama dengan militansi jamaah pengajian. Begitu kiainya melakukan perbuatan tercela atau melanggar susila maka santrinya cepat atau lambat meninggalkan pesantrennya.
"Ini sama dengan kejadian kasus Aa Gym yang tiba-tiba tenggelam ditinggalkan jamaahnya gara-gara menikah lagi. Muncul sentimen massif ketidaksukaan ibu-ibu kepada Aa Gym," kata Toto menganalogikan.
PKS adalah partai yang mengagungkan simbol moral dan akhlak dengan tanpa ragu mengusung bendera agama. Penetapan tersangka terhadap Lutfi Hasan, menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia ini, berpotensi menimbulkan antipati, sinisme dan demoralisasi yang massif baik di kalangan kader maupun simpatisan PKS karena ternyata pimpinan tertingginya dianggap merusak simbol moral dan akhlak.
Hal ini tentu berbeda dengan karakteristik partai lain, khususnya yang berideologi nasionalis seperti Golkar, PDIP atau Demokrat dimana karakter pemilihnya lebih cair.
"Pemimpin partai yang berbasis massa Islam atau berideologi Islam harus lebih siap tidak melakukan 'dosa' ketimbang pemimpin partai lain dalam arti efeknya terhadap nasib partai. Konstituen partai berazas Islam akan lebih tidak rela jika pemimpinnya korupsi ketimbang konstituen partai non azas Islam," demikian Toto.
[dem]