Di era reformasi, pilihan untuk memilih parpol tempat berjuang cukup bebas. Dari satu pemilu ke pemilu lain, para aktivis eksponen 98 cukup mewarnai kehidupan demokrasi lewat parpol.
Mengenai pilihan 43 aktivis 98 masuk Partai Nasdem, menjadi luar biasa karena sebelumnya dan biasanya, para eks aktivis mahasiswa masuk ke dalam lingkungan parpol dengan diam-diam. Satyo sendiri, sampai hari ini masih memilih untuk tetap independen dari naungan parpol.
"Ini jadi luar biasa karena biasa ada yang diam-diam. Kali ini jumlahnya banyak dan pakai deklarasi segala. Padahal, ini rutinitas yang biasa," ujar salah seorang tokoh pergerakan 98, Satyo Purwanto, saat berdialog dengan Rakyat Merdeka Online, Jumat (25/1).
Satyo pun merasakan apa yang menjadi suasana batin para koleganya. Para aktivis yang baru masuk ke Partai Nasdem merasa ada sebuah tuntutan menyelaraskan cita-cita politik sebagai entitas politik.
"Beberapa tahun lalu ini menjadi semacam fase dalam pilihan politik mereka. Mungkin di Nasdem ini mereka melihat prospeknya," terang Satyo.
Ketika disinggung mengapa kedatangan para aktivis 98 di Nasdem begitu tepat setelah kepergian taipan Hary Tanoesudibjo hengkang, dia menduganya sebagai sebuah proses yang berkaitan.
"Terlepas mungkin ada sebuah proses sebelum itu, saya kurang paham. Tapi kalau dibilang itu bagian dari
counter situasi bahwa HT baru saja mundur, bisa saja. Jelas
stakeholder di Nasdem merasa punya kepentingan mempertahankan masa depan partai dan mengisinya dengan anak-anak muda," papar alumnus Universitas Mercu Buana ini.
Namun, dia tidak mau buru-buru "memvonis" bahwa Partai Nasdem sebagai satu-satunya partai yang ideal untuk dijajaki para aktivis pemuda untuk mencapai tujuan politik lewat Pemilu 2014.
"Semua parpol pasti ideal, Golkar sekalipun, semua cita-cita mereka ideal. Tapi politik itu kan menilainya bukan seperti menilai proposal. Politik itu kan aksi reaksi dan dinamika. Ini tergantung perjuangan individu-individunya," jelasnya.
Namun dia punya kritik kepada Partai Nasdem. Menurutnya, gerakan restorasi Indonesia yang diusung Nasdem sangat terlambat untuk persoalan politik nasional yang sudah amat kompleks dan rumit.
"Idealnya, kampanye restorasi itu 15 tahun lalu karena saat itu situasinya tidak separah saat ini," tandas Satyo.
[ald]