Berita

ilustrasi

Sejarah Penyimpangan Tata Ruang Jakarta Terjadi Sejak Abad 17

SABTU, 19 JANUARI 2013 | 11:29 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Dataran Jakarta atau yang dulu dikenal dengan Batavia, sudah secara serampangan digunakan sejak abad 17.

Hal itu dikatakan sejarawan, JJ Rizal, dalam diskusi "Jakarta Tak Berdaya" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (19/1). Penyalahgunaan wilayah ini sudah dimulai oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).

"VOC, setelah perdamaian dengan Banten dan Mataram, mereka keluar dari Banten dan buka lahan di wilayah selatan untuk permukiman, perkebunan tebu dan industri gula karena permintaan besar gula untuk Asia dan Eropa saat itu," urai Rizal.


Pada sekitar 1720, ada ratusan perkebunan dan industri gula, yang mayoritas dekat dengan aliran Sungai Ciliwung. Hal itu begitu merusak daerah tangkapan air karena tanaman tebu adalah tanaman yang merusak tanah, dan diperlukan 100 tahun untuk kembali memurnikan tanah setelah ditanami tebu.

"Ketika permintaan gula menurun, maka industri dan perkebunan ditinggalkan dan meninggalkan kerusakan begitu parah di hulu Ciliwung. Ketika Ciliwung masuk ke kota dengan sampah, lumpur dan airnya, dan warga daerah yang dilewati sungai menganggap Ciliwung sebagai tempat sampah raksasa," jelasnya.

Maka itu, Batavia lama menjadi kota yang sangat buruk dan biang penyakit. Ketika musim panas dan hujan selalu membawa penyakit. Saat itu, Batavia lama dinamakan "Kuburan di Timur" karena geografisnya yang ekstrim.

"Keserampangan terhadap tata ruang, sebabkan kota yang tadinya istimewa jadi begitu buruk dan memaksa kota itu pindah. Yang sekarang kita tinggali adalah New Batavia dan bisa jadi Old Batavia jilid dua," ucapnya.

Sampai sekarang, penyimpangan tata ruang masih berlanjut. Bisa dibayangkan, selama berabad-abad Jakarta sudah diperkosa demikian rupa oleh kepentingan modal.

"Konglomerat properti muncul sejak 1980-an. Pantai Indah Kapuk itu harusnya jadi hutan bakau kita. Hambalang dan Sentul dirambah tahun 80-an . Kota-kota di pinggir Jakarta jadi perumahan raksasa, semakin membuat daerah tangkapan air itu sudah tinggal mimpi," ucapnya. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya