Selain momentumnya yang harus tepat, agenda turun ke bawah atau belakangan populer disebut dengan blusukan menjumpai rakyat harusnya dilakukan Presiden SBY ke daerah-daerah yang membutuhkan pembuktian bahwa daerah itu aman dari gangguan keamanan.
Wakil Ketua Komisi I DPR, Mayjen (Purn) Tubagus Hasanuddin, pertama-tama mengatakan, agenda semacam itu harusnya dilakukan di awal masa pemerintahan. Agar, Presiden tahu apa masalah yang ada di depannya selama menjabat kepala pemerintahan.
"Bukan saat mau habis masa periodenya," kata dia kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Senin, 7/1).
Jika di sisa periodenya ini Presiden rajin melakukan kunjungan ke tengah masyarakat untuk mencari data rill, itu mengindikasikan ketidakpercayaan Presiden pada data-data yang diberikan para menteri.
Selain itu, dia meminta SBY tidak cuma menyulitkan pihak pengamanan yang harus pontang panting karena kedatangan mendadak kepala negara.
Mantan Sekretaris Militer Presiden itu malah sekalian menyarankan Presiden berkunjung ke wilayah konflik seperti Aceh dan Poso. Wilayah Poso akhir-akhir ini diwarnai teror dari kelompok yang diduga teroris.
"Itu untuk menunjukkan di sana aman," ucap dia
Pada sebuah wawancara tadi pagi, TB Hasanuddin juga menerangkan bahwa blusukan serupa pernah dilakukan oleh Presiden Soeharto di masa-masa awal pemerintahan, atau sekitar tahun 1980-an. Persisnya, Presiden Soeharto menyamar dan masuk ke kampung-kampung. Dan penyamaran Soeharto itu tidak memakai baju kebesaran, tidak dikawal, juga tidak membawa menteri.
Untuk menjaga keamanan presiden maka segala sesuatunya dirahasiakan seperti tujuan keberangkatan, jam keberangkatan, bahkan statusnya sebagai kepala negara pun dirahasiakan.
Karena itu, TB Hasanuddin menilai
blusukan SBY yang dilakukan ke Teluk Naga beberapa waktu lalu adalah
by design. Hal ini terlihat jelas dari pengamanan yang ketat dan juga para menteri yang dibawa.
"Jadi ini bukan benar-benar
blusukan. Ini
by design," tegasnya.
[ald]