Berita

Politik

Ada Bukti Paling Kuat Rakyat Menyesal Menangkan SBY

JUMAT, 21 DESEMBER 2012 | 10:41 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Rakyat Indonesia bukan cuma menyesal telah mempercayakan duet Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono untuk memimpin negara ini. Rakyat bahkan sudah punya caranya sendiri dalam menyelesaikan persoalan hidup mereka sehari-hari karena lemahnya peran pemerintah.

Demikian dikatakan salah satu tokoh aktivis reformasi 98 yang kini bergiat di Gerakan Indonesia Bersih, Ahmad Kasino, menanggapi perdebatan atas pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, yang menegaskan bahwa rakyat telah menyesal memilih SBY pada Pilpres 2009.

"Rakyat bukan lagi menyesal, tapi pemerintahan ini sudah jadi ancaman bagi keutuhan NKRI karena mereka semakin jauh dari cita-cita para pendiri negara," tegas Kasino, kepada Rakyat Merdeka Online, Jumat (21/12).


Menurutnya, Presiden SBY tidak pernah serius dalam pemberantasan korupsi. SBY masih memagari kasus-kasus korupsi yang melibatkan kalangan Istana Negara dari penegakan hukum. Pemerintahannya juga terkesan membiarkan konflik horizontal mewabah di tengah masyarakat. Kondisi diperparah dengan kebijakan pemerintah yang lebih mengakomodir kepentingan asing.

Intinya, ada empat hal yang menurut Kasino menjadi titik lemah pemerintahan SBY. Mulai dari upaya mensejahterakan rakyat, pemberantasan korupsi, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan peran dalam menjaga ketertiban di dunia.

Kelemahan di berbagai sektor itu jelas berdampak pada semakin tingginya angka kemiskinan. Dan bukti paling kuat untuk mengatakan rakyat menyesal adalah rakyat tidak lagi menganggap adanya peran pemerintah, tidak percaya hukum dan punya cara sendiri untuk menyelesaikan persoalan mereka di tengah himpitan ekonomi yang semakin keras.

"Karena pemerintah lemah, masyarakat yang mayoritas miskin dan tak terdidik menyelesaikan persoalan kehidupan mereka dengan cara sendiri. Kekerasan dan konflik horizontal semakin banyak," ungkapnya.

Tak lupa dia menambahkan, wabah kekerasan dan konflik di antara masyarakat adalah dampak elite-elite politik yang mempertontonkan cara berpolitik tidak beradab. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya