Ruhut Sitompul jadi buah bibir bukan lagi karena sikapnya yang bak koboi "pasang badan" membela Partai Demokrat dan SBY, tapi kali ini karena dia diasingkan oleh partai yang selama ini dibelanya.
Karakter advokat dan bintang film nyentrik itu dikenal baik oleh Martin Hutabarat, rekannya di Komisi III DPR dan sesama putra Sumatera Utara.
"Saya kenal Ruhut hampir 35 tahun, sejak sama-sama aktif di KNPI dulu. Dia orangnya ramah dan mudah bergaul. Dia sebenarnya lebih cocok menjadi publik figur atau tokoh utama dalam film, daripada seorang politisi," ujar Martin soal rekannya yang sudah beberapa hari jadi bulan-bulanan media massa itu.
Menurut petinggi DPP Gerindra itu, karakter Ruhut berbeda dengan karakter politisi Indonesia umumnya. Jika politisi lokal, apa yang dikatakannya belum tentu itu yang dipikirkannya. Sedangkan Ruhut, apa yang diucapkannya itulah yang di hatinya.
"Selalu blak-blakan kalau bicara. Kadang seperti tidak tahu tempat dan waktu," tambah Martin.
Martin cukup heran dengan sikap "Si Poltak" yang belakangan ini sangat frontal terhadap Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Padahal, awalnya Ruhut amat mengidolakan Anas sebagai pemimpin muda, bahkan berkampanye habis-habisan untuk menjadikan Anas sebagai Ketum Partai Demokrat. Terhadap rekan-rekan politisi non-Demokrat, Ruhut gencar meyakinkan agar jangan menyebut-nyebut kekurangan Anas di jelang pemilihan Ketum Demokrat tahun 2010 silam.
Pencopotannya dari DPP Partai Demokrat, karena berlawanan dengan Anas, tentu sangat memprihatinkan. Sebab, Anas adalah orang yang pernah sangat diidolakannya.
"Kita tahu, kalau Ruhut membela orang yang dianggapnya panutan, bukan main beraninya. Akbar Tanjung dulu, dalam kasus korupsi Bulog, dibelanya habis-habisan, meskipun berhadapan dengan opini publik. Presiden SBY juga dalam kasus Bank Century," katanya.
Di Komisi III, lanjut Martin, Ruhut adalah salah seorang dari sedikit anggota DPR yang membela KPK. Dia selalu berusaha ikut memperjuangkan pemberantasan korupsi di rapat Komisi IIII, meskipun harus berbeda sendiri.
Sekarang Ruhut sudah dicopot dari DPP Demokrat. Penggantinya adalah seorang mantan pelawak tulen yang jarang bicara di media massa. Banyak orang mengharapkan SBY akan membela Ruhut melihat bagaimana kefanatikan Ruhut selama ini dalam membela SBY. Dia pun tdk pernah marah atau ambil pusing kalau dicap sebagai "herder"nya SBY. Pendek kata, SBY itu seolah sudah "setengah dewa" di mata Ruhut.
"Terlepas dari kasusnya di internal Partai Demokrat, saya berharap Ruhut dapat belajar dari kejadian ini. Ruhut perlu mengevaluasi diri, apakah menjadi politisi itu adalah sesuai dengan panggilannya? Kalau tidak, lebih baik Ruhut kembali ke habitatnya semula sebagai publik figur yang sangat populer," tutup Martin.
[ald]