Berita

ilustrasi, hutan gundul

Bisnis

6.000 Kuasa Pertambangan Jadi Penyebab Hutan Gundul

Korupsi Dan Mafia Kehutanan Picu Kerugian Negara 2 Miliar Dolar AS
SABTU, 08 DESEMBER 2012 | 08:00 WIB

.Pemerintah diminta melakukan pembaruan tata kelola sektor kehutanan untuk mengurangi laju penggundulan hutan.

Direktur Eksekutif Ke­mi­traan bagi Pembaruan Tata Pe­merintahan (Partnership for Go­vernance Reform) Wicaksono Sarosa mengatakan, maraknya perizinan tambang di kawasan hutan yang tidak terbendung menjadi salah satu penyebab hutan gundul.

Menurutnya, hingga kini ada 6.000 Kuasa Pertambangan (KP) yang diterbitkan di ka­wasan hu­tan menjadi salah satu penye­bab percepatan peng­gun­dulan hutan.

“Di Kalimantan, Sumatera dan Papua konsesi ini mencakup 15 juta hektar kawasan hutan,” kata Wicaksono, kemarin.

Apalagi, menurutnya, kawasan hutan selama ini menjadi rebutan kepentingan berbagai pihak. Dampaknya, lahan hutan terus mengalami penurunan baik kuan­titas maupun kualitasnya.

Salah satu pemicunya adalah tumpang tindihnya kebijakan pe­nataan ruang wilayah dan ka­wasan hutan. Kementerian Ke­hutanan (Kemenhut) melalui Un­dang-Undang (UU) No.41/1999 ten­tang Kehutanan, memaknai ke­wenangan penentuan kawasan hutan sebagai otoritasnya. Se­mentara Pemerintah Daerah (ka­bupaten dan atau provinsi) meng­klaim hal yang sama de­ngan da­sar UU Oto­nomi Daerah (Otda).

Padahal, menurut Wicaksono, Mahkamah Konstitusi (MK) melalui Putusan No. 45/PUU-IX/2011 telah mengoreksi  pe­nger­tian kawasan hutan pada Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 41/1999 tentang Kehutanan, dan mengubah ketentuan tersebut menjadi kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk diper­ta­hankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Berkaitan dengan aspek pe­nguasaan lahan di sektor kehu­tanan, pihaknya menekan­kan tiga ranah perubahan yang men­jadi prioritas untuk dido­rong, yai­tu percepatan pengu­kuh­an ka­wa­san hutan, penyele­saian kon­flik kehutanan dan pe­ning­katan ruang kelola masya­rakat terhadap ka­wasan hutan.

Selain itu, Wicaksono juga me­nyoroti persoalan transparansi dan penanganan kejahatan sektor kehutanan. Menurutnya, kajian KPK pada akhir 2010 menun­juk­kan rendahnya kinerja penata ba­tasan kawasan hutan Indonesia.

Menurutnya, hanya 14,2 juta hektar dari total 120 juta hektar hutan Indonesia yang sudah di­tetapkan. Artinya, hanya 11,8 per­sen kawasan hutan Indonesia yang menurut putusan Mah­ka­mah Konstitusi sah dan mengikat.

Anggota Badan Pekerja In­donesia Corruption Watch (ICW) Emerson Juntho meminta pe­merintah tegas menindak pelaku illegal logging.

Menurut Emerson, riset Hu­man Rights Watch pada 2009 menemukan, praktik korupsi dan mafia kehutanan di Indonesia menyebabkan kerugian negara 2 miliar dolar AS (sekitar Rp 20 triliun) tiap tahun. Apalagi, In­donesia salah satu negara yang memiliki tingkat penggundulan hutan  tertinggi.

“Indonesia dilaporkan meraup 6,6 miliar dolar AS dari ekspor sektor kehutanannya yang sa­ngat menguntungkan,” katanya.

Namun, kata Emerson, kondisi penegakan hukum di sektor ke­hutanan memprihatinkan di te­ngah kondisi 48 juta hektar dari 133 juta hektar hutan Indonesia dalam kondisi kritis. Data K­e­men­terian Kehutanan me­nye­butkan, laju penggundulan hutan (deforestasi) Indonesia mencapai 1,08 juta hektar per tahun.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) me­minta Satuan Tiugas (Satgas) Pemberantasan Mafia Hukum mengurangi bah­kan menghen­tikan mafia kasus penanganan illegal logging di Indonesia. [Harian Rakyat Mereka]



Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya