Agus Martowardojo
Agus Martowardojo
Nilai tukar rupiah yang meleÂmah terhadap dolar Amerika SeÂrikat (AS) dalam beberapa buÂlan belakangan, nampaknya tiÂdak mamÂpu mengangkat ekspor InÂdonesia. Hal tersebut terlihat dari defisit Neraca Perdagangan IndoÂnesia (NPI) yang cukup tinggi.
Agus Marto mengungkapkan, NPI harus dijaga sehingga defisit transaksi berjalan dapat berada di kisaran 2,2-2,5 persen. Dia menilai, deÂngan NPI tetap di kisaran terÂseÂbut, maka neraca perdagangan akan stabil.
“Tentu itu harus diupayakan dengan melihat neraca perdaÂgaÂngÂan, juga melihat jasa dan lain lain, Desember Natal impor, NoÂvember kemungkinan naik,†tamÂbah Agus di Kantor Ditjen Pajak, JaÂkarta, kemarin.
Menurut Agus, dari sektor perÂdagangan, piÂhakÂnya memang tidak dapat berÂbuat banyak. “Tapi kalau dari sisi inflasi dan kalau kita lihat curÂrency impor seharusÂnya tidak daÂÂlam jumlah besar, karena curÂrency-nya melemah, yang saya lihat seÂcara umum akan kita kenÂdalikan neraca akhir tahun,†beber Menkeu.
Sebelumnya, Badan Pusat StaÂtistik (BPS) mencatat, NPI pada periode Oktober 2012 mengalami defisit 1,55 miliar dolar AS. SeÂdangÂÂkan NPI sebelumnya, SepÂtember 2012, mengalami surÂplus 552,9 juta dolar AS dan Agustus surplus 248,5 juta dolar AS.
“Neraca perdagangan OktoÂber defisit 1,55 miliar dolar AS, deÂngan impor 17,21 miliar dolar AS dan ekspor 15,67 miliar dolar AS,†beber Direktur Statistik HarÂga BPS Sasmito Hadi Wibowo.
Secara kumulatif neraca perÂdagangan pada periode Januari-September 2012 mencapai defisit 516,1 juta dolar AS. Dengan imÂpor 159,18 miliar dolar AS dan ekspor 158,66 miliar dolar AS.
“HaÂrus diakui, ini defisit terÂbesar seÂpanjang sejarah perdagaÂngan Indonesia,†ujar Sasmito.
Data BPS menunjukkan, nilai ekspor sepanjang Oktober 2012 sebesar 15,67 miliar dolar AS. Angka ini turun 7,61 persen diÂbanding periode Oktober 2011 sebesar 16,96 miliar dolar AS.
“Salah satu penyebabnya yakÂni karena ada penurunan harga CPO (crude palm oil),†kaÂtanya.
Dengan realisasi tersebut, maÂka akumulasi kinerja ekspor seÂpanjang Januari-Oktober 2012 mencapai 158,66 miliar dolar AS, turun 6,22 persen dibanding peÂriode sama tahun lalu yang seÂbesar 169,18 miliar dolar AS.
Sementara itu, arus impor meÂngalir makin deras ke Indonesia seÂpanjang Oktober 2012. Data BPS mencatat, realisasi impor naik signifikan sebesar 10,82 perÂsen mencapai 17,21 miliar dolar AS. “Kenaikan ini karena impor unuÂsual (tidak biasa), seperti peÂsawat terbang dan BBM yang cukup besar,†ujarnya.
Sementara, menurut Sasmito, nilai mata uang ruÂpiah tertekan kondisi neraca perÂdagangan, seÂhingga perlu depÂreÂsiasi agar daÂpat memÂperkuat ekspor.
“Bila dibanÂdingkan dengan maÂÂta uang di Asia, depresiasi ruÂpiah adalah yang terbesar saat ini,†kata Head of Research KSK Financial Group David Cornelis.
Dalam jangka pendek-meneÂngah, rupiah masih flat sejak akhir kuarÂtal III lalu, di zona semÂpit Rp 9.581-Rp 9.664, dan saat ini berÂada pada rata-rata kuartalÂan di Rp 9.613 per dolar AS. Sementara meÂnurut yahoofiÂnanÂce, rupiah ada di Rp 9.615 per doÂlar AS. Di maÂÂna kisaran perÂdagangan ada di level Rp 9.602-9.627 per dolar AS.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan KeÂmenÂÂterian Perdagangan BahcÂrul Chairi menyatakan, perlamÂbatan eksÂpor terjadi akibat tuÂrunnya harÂga komoditas mentah. SeÂmenÂtara InÂdonesia masih terÂganÂtung deÂngan komoditas terÂsebut. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
UPDATE
Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09
Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51
Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35
Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25
Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45
Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39
Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09
Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00