Berita

Catatan Hatta: Politik Dinasti yang Berbahaya tapi Trendy

RABU, 12 SEPTEMBER 2012 | 09:25 WIB | OLEH: M. HATTA TALIWANG

KEMARIN saya dengar dari tetangga saya di Cimahi, bahwa isteri Wali Kota Cimahi terpilih menggantikan suaminya. Dalam hati kecil saya berkata, hebat betul perempuan ini. Ini melengkapi "kekaguman" saya pada isteri isteri bupati atau walikota di berbagai tempat di Indonesia yang sedang membangun dinasti.

Seperti  Bupati Kendal Widya Kandi Susanti, istri mantan Bupati Kendal Hendy Boedoro atau Bupati Kutai Kertanegara, anak kandung mantan Bupati Kukar  Syaukani HR. Kemudian Rycko Mendoza, putra Gubernur Lampung Sjachruddin ZP, yang terpilih sebagai Bupati Lampung Selatan. Juga ada anak Bupati Tulang Bawang, Aries Sandi Dharma yang terpilih sebagai Bupati di Pesawaran.

Di Tabanan, Bali, ada Ni Putu Eka Wiryastuti yang juga anak Bupati sebelumnya. Sedangkan di Kediri ada Haryanti Sutrisno yang tak lain adalah istri sang Bupati terdahulu yang heboh karena bersaing dengan istri pertama sang Bupati.

Di Cilegon, Banten, ada Imam Aryadi yang juga Putra Walikota. Sedangkan di Bantul, Yogyakarta, ada Sri Suryawidati yang juga istri Bupati sebelumnya, Idham Samawi. Di Indramayu, ada nama Anna Sophanah yang juga terpilih sebagai Bupati. Suami Anna, sebelumnya juga Bupati yang sekarang mau maju jadi Gubernur Jabar.

Mungkin pernah dengar Zumi Zola artis yang putra Gubernur Jambi menjadi bupati pula.

Mungkin Anda bisa memperpanjang daftar tersebut.

Terdengar juga yang akan bertarung adalah isteri Walikota Malang dan isteri Bupati Probolinggo. Keduanya berambisi mengganti suaminya masing-masing.

Benar-benar isteri dan anak yang hebat!

Maka pertanyaan yang muncul apakah demokrasi yang kita bangun ini menuju demokrasi yang sehat atau menuju dinasti yang akan berpuncak menjadi neofeodalisme?

Apakah antinepotisme yang diperjuangkan diawal reformasi menjadi tinggal slogan?

Apakah persaingan tidak sehat ini, dimana salah satu calon dengan sadar atau tidak sadar telah memanfaatkan popularitas, fasilitas suami atau bapaknya (baca fasilitas negara juga!) untuk mengalahkan pesaingnya, dapat dibiarkan?

Siapa yang menjamin bahwa isteri atau anak tersebut tidak dalam kendali suami atau bapaknya mengatur kekuasaan yang dengan demikian bisa saja "menyembunyikan" kebusukan pengelolaan pemerintahan sebelumnya?

Belum lagi bila ini ditinjau dari segi etika dan moral politik. Kiranya DPR RI harus segera merumuskan aturan main yang sehat dalam pilkada juga pemilihan presiden demi pembangunan demokrasi di tanahair.

H. Tb. Khasan Sochib adalah ayahanda dari Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Almarhum dulu adalah salah seorang senior kami waktu kami masih aktif di HIPMI Jabar.

Beliau orang hebat karena dari " rumpun" beliau lahir begitu banyak pejabat penting di Banten.

Sumber saya dua tahun yang lalu menyebut ada lebih kurang 20 pejabat penting di Banten yang merupakan keluarga H. Tb. Khasan Sochib.

Misalnya, kalau ada yang sudahberubah jabatan tolong koreksi ya, anaknya adalah Walikota Serang, H. Jaman. Anak lainnnya Wakil Bupati Serang, Hj. Ratu Hasanah. Menantunya jadi Walikota Tangerang Selatan, Airin Rahmi Diani.

Menantu lainnya jadi Wakil Bupati Pandeglang. Dia adalah suami Hj. Heryani. Ada menantunya yang jadi Ketua Golkar Banten dan anggota, DPR RI, H. Hikmat Tomet. Menantunya jadi anggota DPRD Banten, H. Aden. Cucunya jadi anggota DPD Banten, Andika Hazrumi. Cucu menatunya jadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Serang, Ade Rossy Chaerunnisa. Dan lain-lain.

Tentu kita minta maaf ke pejabat-pejabat tersebut, karena menyebutkan nama-nama mereka. Bukan maksud kita mendiskreditkan. Tetapi ini dalam konteks studi kasus politik dinasti untuk tinjauan pembangunan politik dan demokrasi di Indonesia.

Mungkin data nama dan jabatan ada yang keliru. Namun yang penting substansinya bahwa ada fakta politik dinasti akan sangat trendy di Indonesia. [***]

Penulis adalah mantan anggota DPR RI, aktivis 1977/78

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Tak Patuhi Instruksi Megawati

Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:26

Bunga Utang Tinggi, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Langgar Konstitusi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 11:12

KPK Harus Proses Kasus Dugaan Korupsi Jokowi dan Keluarga, Jangan Dipetieskan

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:23

UPDATE

Siang Ini Prabowo Resmikan Bank Emas Pertama di Indonesia

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:39

Gara-gara DeepSeek, China Borong Chip AI Nvidia H20

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:34

Gulung Southampton 4-0, Chelsea Tembus 4 Besar

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:30

Bursa Asia Dibuka Bervariasi, IHSG Diperkirakan Hadapi Tekanan

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:25

Ukraina Setuju Izinkan AS Akses Mineral Langka

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:24

Bank Sentral Korsel Pangkas Proyeksi Pertumbuhan hingga Suku Bunga

Rabu, 26 Februari 2025 | 09:07

Wall Street Ditutup Variatif Saat Kepercayaan Konsumen Melemah, Nvidia Jatuh 2,8 Persen

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:48

Komisi I DPR Minta Prajurit TNI yang Terlibat Penyerangan Polres Tarakan Dihukum Berat

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:30

Ini Kronologi Meninggalnya Legenda Persebaya Bejo Sugiantoro

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:29

Ekonomi AS dan Jerman Goyah, Harga Minyak Anjlok hingga 2 Persen

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:20

Selengkapnya