Impor Minyak Indonesia
Impor Minyak Indonesia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero WaÂcik mengaku pemerintah segera menyelesaikan pembaÂngunan kilang baru.
Menteri asal Partai Demokrat itu mengatakan, pihaknya menarÂgetkan pembangunan kilang baru selesai pada 2018. Kilang baru tersebut berkapasitas 900 riÂbu baÂrel per hari. “Jika ada tamÂbahan kilang, maka masalah BBM seÂdikit teratasi. Disamping kita juga terus mengurangi keterganÂtungan terhadap BBM,†ujarnya.
Untuk diketahui, pemerintah menelan pil pahit saat pemÂbaÂhasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBÂNP) 2012 Maret lalu. PaÂsalnya, usulan peÂmerintah untuk menaikÂkan harga BBM subsidi sebesar Rp 1.500 per liter ditolak DPR.
Menteri Perindustrian (MenÂperin) MS Hidayat mengatakan, nilai impor minyak Indonesia suÂdah sangat mengkhawatirkan dan mengganggu Neraca PerdaÂgaÂngan Indonesia (NPI). MenuÂrutÂnya, saat ini nilai impor miÂnyak IndoÂnesia sudah mencapai 14 miliar dolar AS.
“Impor minyak yang tinggi itu harus dikurangi dengan pemÂbaÂngunan kilang baru di Balongan dan Tuban,†kata Hidayat.
Menurutnya, saat ini sudah ada investor yang berminat membaÂngun kilang di Indonesia, yakni Kuwait Petroleum Corporation (KPC) dan Saudi Aramco. Di TuÂban, Jawa Timur, dilakukan PerÂtamina dengan Saudi Aramco, sementara di Balongan, Jawa BaÂrat akan dilakukan dengan KPC. Hidayat mengatakan, investasi untuk kedua kilang tersebut menÂcapai 20 miliar dolar AS. Kilang tersebut juga akan menghasilkan minyak 300 ribu barel per hari. Jika kilang tersebut disegara diÂbangun tahun ini, maka Indonesia bisa menghemat 14 miliar dolar AS kegiatan impor BBM tahun depan.
Selain itu, keberadaan kedua kilang juga akan menghemat angÂgaran 6 miliar dolar AS dari impor petrokimia. Sebab, IndoÂnesia saat ini masih harus impor petrokimia karena sedikit inÂvestor yang tertarik untuk memÂbangun kilang karena keunÂtungan sedikit.
Karena itu, menteri asal Partai Golkar ini meminta Kementerian Keuangan segera menyelesaikan permintaan insentif dari kedua investor tersebut. Saat ini KemenÂterian Keuangan masih memÂbaÂhas persetujuan final insentif pemÂbangunan kilang tersebut.
“Mereka minta tax holiday seÂlama 15 tahun, tapi pemerintah biÂsanya kasih 10 tahun. Agus MarÂto (Menteri Keuangan Agus Martowardojo) jaÂngan menyeÂrah, jangan mau ditekan habis,†tegas Hidayat.
Vice President Fuel Marketing & Distribution Pertamina SuÂharÂtoko mengaku, pihaknya setiap buÂlan harus mengimpor 10 juta baÂrel premium. Menurutnya, seÂlain untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, impor juga unÂtuk menjaga stok BBM naÂsional, terutama premium, agar cukup hingga 17 hari ke depan.
“Impor premium sebanyak itu tujuannya untuk memenuhi keÂbutuhan BBM yang cukup besar di dalam negeri,†katanya.
Anggota Komisi VII DPR Rofi’ Munawar mengatakan, teÂrus membengkaknya perminÂtaan BBM subsidi karena peÂmerintah tidak sungguh-sungguh mengeÂlola sektor energi sesuai dengan pertumbuhan ekonomi.
Over kuota yang dialami setiap tahun ini menyedot anggaran yang cukup besar. Pada akhir 2011 volume BBM kembali meÂngalami over kuota hingga menÂcapai 1,3 juta kiloliter (KL) atau setara dengan Rp 3 triliun.
Padahal sebelumnya, dalam APBNP 2011 sudah ditetapkan kuota BBM 40,49 juta KL. NaÂmun kenyataannya, pengguÂnaÂan BBM subsidi hingga akhir taÂhun 2011 membengkak hingÂga menÂcapai 41,79 juta KL. SeÂcara total subsidi BBM taÂhun 2011 pun mencapai angÂka yang sangat fantastis, Rp 167 triliun. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19
Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54