Buat umat Muslim di ibukota, adalah keistimewaan tersendiri jika melaksanakan Shalat Ied di Masjid Istiqlal, Jakarta. Masjid bersejarah ini adalah kebanggaan bangsa Indonesia dan menjadi salah satu simbol Bhineka Tunggal Ika.
Masjid raksasa berkapasitas 100 ribu jamaah itu adalah masjid nasional yang pertama. Terletak di Taman Wijayakusuma, Jakarta Pusat. Istiqlal berarti kemerdekaan. Nama itu diberikan oleh Presiden pertama Soekarno.
Mengapa jadi lambang toleransi agama, karena arsiteknya adalah seorang pria Tapanuli, yang kebetulan pemeluk Kristen, bernama Frederik Silaban. Dia juga terletak berseberangan dengan Gereja Katedral.
Dari berbagai sumber tercatat, masjid raksasa yang dibangun mulai 1961 itu, dibangun di atas tanah seluas 12 hektare. Bangunannya seluas 7 hektare, terdiri atas bangunan induk bertingkat lima, gedung pendahuluan, dan selasar penghubung, teras raksasa, emper keliling, dan emper tengah, menara, jalan, dan tempat parkir, serta jembatan dan taman air mancur. Luas lantainya mencakup 72.000 meter persegi dan luas atapnya 21.000 meter persegi.
Ipoeng Mustari, salah seorang warga Jakarta yang sengaja memilih Istiqlal sebagai tempat shalat Idul Fitri mengakui ada perasaan berbeda kalau menyembah Allah SWT di masjid indah itu.
"Karena banyak umatnya, mujur kalau Presiden SBY kelihatan," kata Ipoeng saat berbincang santai dengan
Rakyat Merdeka Online sesudah Shalat Ied di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (19/8).
Pria usia 69 tahun itu adalah warga Pantai Mutiara Jakarta Utara, dan aslinya asal Surabaya. Dia Shalat Ied bersama Istri, anak dan cucu. Sesampai di Istiqlal, mereka berpisah untuk memilih sisi ternyaman untuk beribadah.
"Mana yang enak saja, selesai shalat kita janji jumpa di sini (tempat parkir). Saya sendiri shalat di dalam. Tadi saya sudah dapat tempat yang enak, agar bisa lihat Presiden. Tapi saya sebentar wudhu, lalu tidak kebagian tempat lagi, saya lalu di pinggir," ceritanya.
"Kita bangga pada masjid ini. Selain besar, masjid ini juga dibangun Bapak Soekarno. Kalau tidak shalat disini, perasaan kurang mantab," ungkap.
Mengenai kemanan, kata Bapak ini, sangat ketat. Bahkan ceritanya, pas memasuki pintu masuk terjadi antri karena dijaga Paspampres.
"Tapi tidak apa-apa, karena ada bapak SBY," tambahnya.
[ald]