Johnny Darmawan
Johnny Darmawan
Kepala Biro Humas KPK JoÂhan Budi Sapto Prabowo memÂbeÂÂnarkan, penyidik ingin meÂmanggil dan memeriksa Johnny seÂbagai saksi kasus tersebut. HaÂnya saja, lanjut Johan, “Surat pangÂgilannya belum disampaikan.â€
Akan tetapi, Johan menampik kabar bahwa penyidik telah mengÂgeledah ruang kerja bos PT Toyota Astra Motor (TAM) itu. “TiÂdak pernah, dan tidak ada renÂcana menggeledah kantor TAM,†katanya saat dikonfirmasi Rakyat Merdeka, kemarin.
Johnny Darmawan mengaku heÂran mendengar informasi, peÂnyiÂdik KPK ingin mengorek keÂteÂraÂnganÂnya sebagai saksi. Soalnya, Johnny merasa sama sekali tidak meÂngetaÂhui proyek tersebut. Dia juga meÂngaku tidak pernah berÂhubungan dengan tersangka kaÂsus ini, bekas Walikota Cilegon Aat Syafaat.
Lantaran itu, Johnny lagi-lagi meÂnyatakan heran, kenapa peÂnyidik KPK ingin memanggilnya sebagai saksi. Apalagi, sejauh ini, dia belum menerima surat pangÂgilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi. “Tidak ada surat pangÂgiÂlan apapun kepada saya,†kataÂnya saat dikonfirmasi, kemarin.
Rencana pemeriksaan Presiden DiÂrektur PT Toyota Astra Motor, awalnya dikemukakan Kepala Bagian Pemberitaan Komisi PemÂbeÂrantasan Korupsi Priharsa Nugraha. “Johnny dipanggil seÂbagai saksi terkait kasus CiÂleÂgon,†jelasnya.
Orang dalam PT TAM yang enggan disebut namanya, mengaÂku akan mengklarifikasi kepada KPK mengenai rencana pemangÂgilan bosnya itu. Dia juga meÂneÂpis kabar bahwa KPK sudah perÂnah menggeledah kantor TAM. “Tidak ada penggeledahan sama sekali,†tegasnya.
Kendati begitu, dia mÂeÂnyaÂtaÂkan, PT Toyota Astra Motor akan mematuhi prosedur hukum yang berlaku. Dengan kata lain, jika ada surat panggilan pemeriksaan dari KPK, pihaknya tentu akan datang.
Dia menambahkan, upaya menÂdatangi KPK itu penting unÂtuk mengklarifikasi persoalan terÂsebut. Tapi sejauh ini, katanya, piÂhak TAM belum bisa bicara baÂnyak. Soalnya, TAM belum tahu apa yang menjadi dasar KPK meÂngaitkan perusahaan otomatif ini dalam kasus pembangunan peÂlaÂbuhan di Cilegon. “Kami akan klaÂrifikasi ke KPK dulu. Tunggu hasilnya setelah ada klarifikasi.â€
Sebelumnya, sumber di lingÂkuÂngan KPK menyebutkan, peÂnyiÂdik pernah mendatangi kanÂtor WaliÂkota Cilegon untuk menÂcari doÂkuÂmen proyek terseÂbut. NaÂmun, sumÂber itu menolak memÂÂbeÂberkan, benda atau doÂkumen apa yang disita penyidik dalam pengÂgeÂleÂdahan tersebut. “Banyak dokumen yang disita. Sampai sekarang ini masih diÂpelajari,†tuturnya.
Sumber tersebut menjelaskan, penggeledahan itu dilakukan untuk mengetahui pihak-pihak yang diduga menyuap tersangka.
Dikonfirmasi mengenai kabar penggeledahan di kantor WaliÂkota Cilegon dan kantor saksi di PT Krakatau Steel, Juru Bicara KPK Johan Budi belum mau berkomentar.
REKA ULANG
Jadi Tersangka Gara-gara Tukar Guling
KPK menetapkan bekas Walikota Cilegon Aat Syafaat sebagai terÂsangka kasus tukar guling lahan milik Pemerintah Kota Cilegon dengan lahan milik PT Krakatau Steel (KS) untuk pembangunan Pelabuhan Kubangsari, Cilegon, Banten pada April 2012.
Penyidik Komisi PemÂbeÂranÂtasan Korupsi menyangka, Aat menyalahgunakan wewenang daÂlam tukar guling lahan itu, seÂhingga menimbulkan kerugian neÂgara sekitar Rp 11 miliar. Aat keÂmudian disangka melanggar Pasal 2 Ayat 1 dan Pasal 3 UnÂdang Undang Pemberantasan TinÂdak Pidana Korupsi (Tipikor).
Aat yang menjabat Walikota Cilegon periode 2005-2010 itu, menandatangani nota kesepaÂhaÂman dengan PT KS dalam hal tuÂkar guling lahan untuk pemÂbaÂngunan pabrik Krakatau Posco dan Pelabuhan Kubangsari, Kota Cilegon.
Dalam tukar guling itu, Pemkot Cilegon menyerahkan lahan seÂluas 65 hektar di Kelurahan KuÂbangsari kepada PT KS untuk membangun pabrik Krakatau Posco. Sedangkan PT KS meÂnyeÂrahkan tanah seluas 45 hektar keÂpada Pemkot Cilegon untuk pemÂbangunan dermaga pelabuÂhan. Di balik tukar guling itu, Aat diduga menyalahgunakan weweÂnangnya sebagai Wali Kota Cilegon.
Selain menetapkan Aat sebagai tersangka, KPK telah memeriksa Direktur Utama PT Krakatau Steel Fazwar Bujang dan Wakil WaliÂkota Cilegon Edi Hariadi sebagai saksi kasus ini. Pada pemeriksaan tersebut, Fazwar diminta menjeÂlaskan proses tukar guling lahan peÂlabuhan hingga teknis pemÂbaÂngunan Pelabuhan Kubangsari.
Seusai dimintai keterangannya oleh penyidik KPK, Wakil Wali Kota Cilegon Edi Hariadi meÂnyaÂtaÂkan bahwa pemeriksaannya tiÂdak lama. “Saya ditanya soal tuÂgas pokok dan fungsi,â€katanya di Gedung KPK, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu, 6 Juni lalu. Dia mengaku menjawab 15 pertanyaan. “Saya kan dulu ketua tim anggaran. Tapi, itu diakhir, waktu mau seÂlesai,†katanya.
Data KPK menyebutkan, kerÂjasama Pemerintah Kota Cilegon dan PT Krakatau Steel pada pembangunan pelabuhan ini saÂngat jelas. KPK menyangka, proÂses tukar guling lahan Kubangsari milik Pemkot Cilegon dengan laÂhan di Warnasari milik PT KS diÂketahui tersangka dan saksi. Hal itu terlihat dari dokumen tukar guling lahan yang ditandatangani tersangka dan saksi.
KPK juga telah memeriksa pihak pemenang tender, yakni PT Galih Medan Perkasa (GMP) seÂbagai saksi. PT GMP dinyatakan sebagai pemenang tender karena mendapat nilai tertinggi dalam evaluasi administrasi dan teknis terÂhadap 240 peserta lelang. PeÂnilaian teknis peserta lelang ini, diÂlakukan tim dari Dinas PekerÂjaÂan Umum.
KPK Masih Proporsional
Asfinawati, Bekas Direktur YLBHI
Nama Presiden Direktur ToÂyota Astra Motor (TAM) Johnny Darmawan masuk agenda peÂmeriksaan sebagai saksi di KPK, kemarin. Tapi, surat pangÂÂgilan belum dilayangkan Komisi Pemberantasan Korupsi kepada Johnny.
Bekas Direktur Yayasan LemÂbaga Bantuan Hukum InÂdoÂnesia (YLBHI) Asfinawati menyayangkan jika memang terjadi kesalahan administratif seperti itu di KPK. Jika bentuk keÂsalahan seperti ini sifatnya maÂsif, dia meminta KPK meÂngambil langkah tegas.
“Pada prinsipnya, kesalahan ini termasuk persoalan adÂmiÂnisÂtrasi. Sifatnya kecil, tapi tidak bisa dibiarkan. Jika ke deÂpanÂnya kesalahan seperti ini terÂulang atau bersifat masif, keÂmungÂkinan ada sesuatu yang terjadi di KPK. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan,†katanya, kemarin.
Lebih jauh dia berharap, kaÂsus dugaan korupsi pemÂbaÂnguÂnan Pelabuhan Kubangsari, CiÂlegon, Banten akan dituntaskan KPK secara proporsional. Dia pun menilai, KPK mempunyai teknis atau metode tersendiri daÂlam menyelesaikan suatu perkara korupsi sampai tuntas.
Lantaran itu, dia yakin, siapa pun yang diduga terkait masaÂlah ini, pasti sudah dikantongi KPK. “Saya melihat penguÂsuÂtan kasus ini masih berjalan proÂposional. Jadi, saya rasa kita tiÂdak perlu terlampau khawatir bahwa kasus ini tidak akan seÂlesai,†ucapnya.
Pada waktunya nanti, lanjut Asfinawati, KPK akan meÂnyamÂpaikan kemajuan penguÂsuÂtan kasus ini kepada maÂsyaÂrakat. Dia merasakan, penyidik KPK sangat mengetahui posisi kasus ini serta mengetahui langkah apa yang sebaiknya ditempuh.
Jadi, katanya, sangat riskan meÂnilai KPK kurang cepat daÂlam menentukan siapa terÂsangÂka lain kasus ini. “Kecuali kasus ini berhenti pengusutannya hingÂga lama. Di sini kan jelas, KPK berkomitmen menuntasÂkan masalah yang ada. Jadi, biarkan mereka bekerja dulu,†ujarnya.
Ingatkan KPK Agar Hati-hati
M Taslim Chaniago, Anggota Komisi III DPR
Anggota Komisi III DPR Taslim Chaniago meminta KPK segera menyelesaikan kasus duÂgaan korupsi pembangunan PeÂlabuhan Kubangsari, CileÂgon, Banten. Namun, dia meÂngiÂngatkan, KPK juga mesti hati-hati dalam menangani kasus.
Hal itu disampaikan Taslim setelah nama Presiden Direktur Toyota Astra Motor (TAM) Johnny Darmawan masuk agenÂda pemeriksaan sebagai saksi di KPK, kemarin. Tapi, surat pangÂgilan belum dilaÂyangÂkan Komisi PemÂberanÂtasan Korupsi kepada Johnny. Jika tidak dibeÂnahi, lanjutnya, masalah seperti itu dapat meÂnuÂrunkan kreÂdiÂbiÂlitas KPK. “MaÂsalah itu henÂdaknya menjadi acuan KPK unÂtuk membenahi diri,†katanya, kemarin.
Jika tidak dibenahi, lanjÂutÂnya, pihak yang akan dipanggil KPK bisa dirugikan nama baikÂnya karena seolah-olah mangkir dari panggilan. Padahal, surat panggilan saja belum dilaÂyangÂkan KPK. Hal seperti itu, kaÂtaÂnya, memang terkesan sederÂhana. Namun, bisa mencederai prinsip keadilan. “Itu bisa meÂngancam kredibilitas dan nama baik seseorang,†ujar anggota DPR dari Fraksi PAN ini.
Selain itu, dia menghargai langÂÂkah pihak Toyota Astra MoÂtor (TAM) yang ingin segera mengklarifikasi hal tersebut ke KPK. Langkah klarifikasi itu menÂjadi penting, mengigat, efek dari kesalahan prosedur peÂmangÂgilan dan penjadwalan peÂmeriksaan saksi ini tidak bisa diÂanggap remeh. “Idealnya, kesalaÂhan kecil seperti ini tidak terjadi.â€
Setidaknya, kesalahan teknis seperti itu tidak terulang. KenÂdati begitu, dia menilai, peÂnaÂnganan kasus ini sudah berjalan on the track. Lantaran itu, saÂngat disayangkan jika ternoda akibat ketakÂprofesionalan pihak tertentu. “Kesalahan prosedur ini sifatnya manusiawi. Namun, hal ini tidak boleh dibiarkan teÂrus terjadi. Karena itu, KPK mesÂti lebih berhati-hati.†[Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
UPDATE
Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03
Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58