RMOL. Dua plang nama berjejer di depan gedung yang terletak di Jalan Latuharhary Nomor 4B, Jakarta Pusat. Plang yang ada di sebelah kiri terbuat tembok yang dilapisi granit hitam.
Bertuliskan Komisi NaÂsioÂnal Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Plang yang ada di sebelah kanannya berukuran lebih kecil. Terbuat dari seng yang dicat puÂtih. “Komnas Perempuan,†begitu tulisan di plang.
Di alamat ini memang ada dua baÂngunan. Bangunan di depan berÂlÂÂantai tiga. Posisinya di bagian kiri. Walaupun sudah “dipermak†masih terlihat jelas bahwa baÂnguÂnan itu sudah berusia puluhan taÂhun. Lubang-lubang angin berÂbenÂtuk bulat di atas kaca meruÂpaÂkan ciri khas bangunan era 1960-an.
Di sinilah Komnas HAM berÂkantor. Bangunan yang terletak di bagian belakang merupakan kantor Komnas Perempuan. Pintu masuk ke kantor Komnas HAM tak menghadap ke muka, meÂlainÂkan ke samping. Di depan pintu itu terdapat jalan yang mengÂhuÂbungkan ke bangunan di belakang.
Melewati pintu masuk yang terbuat dari kaca terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai lobby. Meja resepsionis yang selalu dijaga petugas diletakkan di sudut ruangan menghadap ke arah meja kaca. Meja ini juga membelakangi tangga yang biasa diguanakan untuk akses naik ke lantai dua.
Sejumlah anggota staf SekÂretariat Jenderal Komnas HAM di lantai satu tampak mondar-manÂdir. Ada juga yang serius meÂngerjakan sesuatu di depan layar komputernya. Meja dan kursi bagi staf dan lemari berkas yang ditata berderet nyaris berimpitan dalam ruangan yang tidak terlalu luas dan sedikit suram.
Lantai dua merupakan tempat komisioner dan stafnya berÂkanÂtor. Pada 2010 lalu, tata ruang dan bangunan di lantai dua ini selesai direnovasi. Ketua, wakil ketua, dan komisioner mendapatkan ruaÂngan yang lebih luas dibanÂdingkan ruangan pegawai lainnya yang ada di bawah.
Sebelum masuk ruang kerja Ketua Komnas HAM terdapat satu ruang staf yang sekaligus juga berfungsi untuk menerima tamu. Untuk staf yang lain, mereÂka diberi bilik kerja yang terbiÂlang tertata rapi dan nyaman.
Di belakang gedung yang berÂdekatan dengan bangunan kantor Komnas HAM ditemÂpatkan ruang pengaduan. Meja kayu cokÂlat yang terbuat dari bahan serat kayu lengkap dengan tiga kursi yang diukir akan dijumpai bila mendatangi ruangan pengaÂduan. Dinding belakang ruang ini semuanya dilapisi keramik hitam.
Beberapa tahun lalu, kantor Komnas HAM cukup lengang lantaran pegawainya sedikit. Kini lembaga itu sudah memiliki 200 pegawai. Semuanya berstatus peÂgawai negeri sipil (PNS). Jumlah personel Komisi masih bisa berÂtambah karena setiap tahun diÂbuka penerimaan pegawai.
Lantaran kantornya mulai sesak, Komnas HAM pun berniat pindah dari gedung yang telah ditempati sejak 1996 itu. Niat Keinginan disampaikan saat rapat dengan Komisi III DPR beberapa waktu lalu.
Wakil Ketua Komnas HAM Yosef Adi Prasetyo menuturkan, sejak tahun 2007 pihak sudah mengajukan permintaan gedung baru. Tapi ditolak DPR dengan alasan gedung yang ditempati saat ini masih memadai.
Yosef pun membeberkan alaÂsanÂnya pindah kantor. Kata dia, kantor yang sekarang sudah tak lagi menampung semua pegawai yang berjumlah ratusan orang.
“Sumpek. Apalagi, kondisi di lantai dua, banyak staf dan pegaÂwai yang memiliki jabatan straÂtegis tidak punya meja sendiri. Satu komputer bisa digunakan unÂtuk dua orang,†ujarnya.
Ia juga mengeluhkan sulitnya menyimpan arsip-arsip karena sudah tak ada lagi ruang. Hingga kini, Komnas HAM belum meÂmiliki ruang mediasi. Ruang raÂpat sering kali dipakai untuk meÂdiasi. “Kami menginginkan geÂdung baru,†tandas Yosef.
Tak sekadar kepengen, KomÂnas HAM ternyata sudah melihat-lihat gedung yang dianggap cocok jadi kantor barunya. Ada tiga gedung yang sudah disurvei. Yakni di daeÂrah Cawang, MatÂraman dan lantai 16 sampai 18 Wisma Hayam WuÂruk. “Mudah-mudahan dapat diÂsetujui,†harap Yosef.
Lantai 16, 17, 18 Sudah Dibersihkan
Seperti apa gedung yang diincar Komnas HAM untuk jadi kantor barunya? Rakyat MerÂdeka pun berkunjung ke WisÂma Hayam Wuruk. GedungÂnya tinggi menjulang. Terletak di jalan yang bernama sama. Di seberangnya terdiri Gajah Mada Plaza juga membelah langit.
Komnas HAM mengincar lanÂtai 16,17 & 18 di W
isma HaÂyam WuÂruk untuk dijadikan kanÂtor baru. Menurut Yuri, staf bagian peÂngelolaan dan peraÂwaÂtan geÂdung, tak sembarang orang boleh menginjak lantai-lantai itu. Kata dia, ketiga lantai berstatus sitaan.
Informasi yang diperoleh, keÂtiga lantai itu adalah bekas milik debitor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). LanÂtaran debitor tak bisa memenuhi kewajiban, kantor ini lalu disita pemerintah.
“Kalau mau ke lantai tersebut haÂrus dapat izin dari KemenÂterian Keuangan. Kami di sini haÂnya sebatas mengamankan aset dan merawatnya, bukan pemÂberi izin,†ujar Yuri yang diÂtemui di kantornya di lantai 5.
Menurut Yuri, pihak Komnas HAM pernah beberapa kali melakukan survei di lantai terÂsebut. “Dengar-dengar sih meÂmang lantai itu mau dipakai jadi kantor mereka.â€
Diam-diam Rakyat Merdeka naik ke lantai 16. Ternyata benÂtuk tak berbeda dengan lantai lima maupun lobby. Dinding ruaÂngan terbuat dari marmer warÂna abu-abu ukuran besar yang dipadu dengan keramik warna hitam membentuk garis panjang di bagian tengahnya.
Pelapis lantainya juga dari marmer dengan warna dan coÂrak yang sama. Pelapis lantai baru berbeda ketika memasuki koridor dan ruangan-ruangan yang ada di lantai tersebut.
Persis di kiri dari pintu lift terÂdaÂpat beberapa ruangan yang moÂdel dan bentuknya juga sama deÂngan yang ada di lantai 5. Di sini dua ruangan digunakan unÂtuk pantry. Juga terdapat dua toilet.
Bunyi vacuum cleaner mengÂgema di lantai itu. Suara mesin penyedot debu tanpa menggema di ruangan yang tak berpengÂhuÂni itu. Suara itu berasal dari saÂlah satu lorong yang di bagian kiri. Terlihat seorang pria petuÂgas cleaning service sedang mengÂgerakkan selang vacuum cleaner.
Ia tampak tak terganggu deÂngan suara mesin itu. Sambil berÂgeÂrak ke kiri dan ke kanan, seÂsekali kepalanya mengangÂguk-angguk. Layaknya orang sedang berjoget.
Ketika didekati ternyata earÂphone menempel di kedua daun telinganya. EarÂphone tersamÂbung ke telepon genggam yang dipasangkan di ikat pinggang pria muda itu.
Setelah beberapa lama dia baru menyadari ada orang. “Maaf Pak saya tidak menÂdeÂngar. Saya bersama teman meÂmang sedang membersihkan lantai 16 ini. Kalau mencari orang, di lantai ini sampai 18 suÂdah lama tidak di tempati,†kata pria itu sambil melepas earÂphone di telinganya.
Tak lama seorang wanita muda yang juga petugas cleaÂning service keluar dari salah satu sudut ruangan. Sambil memÂbawa lap dan alat pemÂbersih kaca, wanita ini sempat tersenyum ke rekannya.
Wanita yang mengenakan keÂruÂdung warna hijau ini lalu meÂnuju ke depan lift. Ia mulai memÂberÂsihkan pintu dan dinÂding lift yang terbuat dari aluÂminium. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30