Berita

Jafar Hafsah

On The Spot

Jafar Hafsah Tempati Bekas Ruang Kerja Tere

Angkat Kaki Dari Markas Fraksi Di Lantai 9
JUMAT, 22 JUNI 2012 | 08:57 WIB

RMOL.Dinding ruangan di lantai 21 gedung Nusantara I DPR itu polos tanpa papan nama. Satu-satunya cara mengenali ruangan itu dari nomor 2126 yang dipasang di pintu berkaca buram.

Di atas nomor ruangan itu di­tempel stiker bergambar bintang mercy, lambang Partai Demokrat. Di bawah nomor ada bekas lem berbentuk persegi empat panjang. Sepertinya di situ bekas dipasang papan nama. Tapi sekarang sudah dicopot.

Pintu ruangan itu tertutup ra­pat. Gagang diputar, pintu tak jua terbuka. Dikunci rupanya. Di­ke­tuk beberapa, tak ada suara me­nyahut dari dalam.

Dinding ruangan itu memiliki bagian yang terbuat dari kaca. Po­s­isinya di bagian atas dinding. Dari sini bisa dilihat bahwa lam­pu ruangan menyala terang.

Lantai 21 merupakan ruangan kerja bagi anggota Fraksi Partai Demokrat. Dulu ruangan 2126 itu ditempati Theresia EE Pardede. Dua pekan lalu, artis yang akrab di­sapa Tere itu mengundurkan diri dari DPR karena alasan ke­luarga. Ia juga keluar dari Partai Demokrat yang telah meng­han­tar­kan ke Senayan.

Hingga Rabu lalu (20/6), papan na­ma Tere masih terpasang di pin­tu ruangan. Namun saat Rak­yat Merdeka datang ke sini ke­ma­rin, papan nama itu sudah dicopot.

“Memang benar itu dulu bekas ruangan Ibu Tere. Karena orang­nya sudah mengundurkan diri, sekarang ruangan itu jadi milik Pak Jafar,” kata petugas Pamdal bernama Adriansyah. Nama ter­akhir yang disebutnya adalah Ja­far Hafsah, bekas ketua Fraksi Par­tai Demokrat DPR.

Setelah dicopot dan diganti Nur­hayati Ali Assegaf, Jafar ha­rus angkat kaki dari ruang kerja ketua fraksi yang terletak di lantai 9 gedung Nusantara I DPR. Jafar lalu menempati ruang 2126.

“Senin lalu (18/6), stafnya su­dah memindahkan barang-barang milik Pak Jafar ke ruangan ter­se­but. Berarti sejak itu pula, rua­ngan tersebut merupakan ruang kerja bagi Pak Jafar,” kata Ad­riansyah.

Pria berambut cepak itu juga menuturkan belum pernah seka­lipun melihat Jafar ke ruangan 2126 sejak pindah dari lantai 9. Bahkan, kata Adriansyah, tenaga ahli Jafar hanya sesekali datang ke sini.

Kalaupun datang hanya sebe­nar. Tak lama keluar lagi. “Hanya hari Senin dan Selasa saja saya melihat staf ahlinya lumayan lama di ruangan. Karena mereka harus menata barang-barang yang dibawa dari ruangan sebelum­nya,” ungkapnya.

Adriansyah menuturkan Kamis pagi, staf Jafar sempat datang. Sebentar di dalam ruangan, orang itu keluar dan tak kembali lagi. “Tidak ada orang di dalam mas,” katanya.

Informasi yang diperoleh, Jafar lebih memilih menempati rua­ngan kerjanya yang ada di Ge­dung Nusantara V DPR. Di sini ada ruangan yang disediakan un­tuk para ketua fraksi MPR. Se­te­lah dicopot dari posisi Ketua Frak­si Partai Demokrat DPR, Ja­far ditempatkan sebagai ketua fraksi partai itu di Majelis Per­musyawaratan Rakyat.

Jafar mengaku ikhlas dicopot dari ketua fraksi. Termasuk ikhlas angkat kaki dari lantai 9. Kata Jafar, sebagai kader Demokrat dia sudah mewakafkan dirinya untuk partai.  “Posisi di mana saja yang dianggap baik dan optimal bagi saya, saya siap. Dan saya ikhlas dengan jabatan sekarang,” kata Jafar.

“Alhamdulillah di DPR saya sudah melalui perjalanan sebagai anggota kemudian jadi pimpinan Komisi IV dan dipercayakan men­jadi Ketua fraksi DPR. Seka­rang Ketua Fraksi MPR,” kata dia.

Ruang kerja fraksi Partai De­mokrat DPR di lantai 9 telah di­tempati Nurhayati Ali Assegaf, pengganti Jafar Hafsah. Di lantai ini pula sekretariat fraksi berada.

Sebelum menjabat sebagai ketua Fraksi Demokrat, Nur­ha­ya­ti menempati ruangan kerja no­mor 0902 yang juga terletak di lantai yang sama dengan ruang ketua dan sekretariat fraksi.

Ruangan ketua fraksi yang kini bekas staf Ani Yudhoyono itu hampir sangat besar. Luasnya hampir setengah lorong sebelah kanan. Ruangannya bersebelahan dengan ruang rapat fraksi.

Lantai bagaimana ruangan kerja Nurhayati sebelumnya? Saat Rakyat Merdeka mendatangi ruangan bernomor 0902, ternyata papan nama bertuliskan DR. Nur­hayati Ali Assegaf M.Si masih ada. Letaknya persis di sebelah pintu kaca. Sayangnya saat diketuk, tidak ada seorang pun yang ada di dalam ruangan. Pintunya pun juga dalam keadaan terkunci.

Menurut seorang petugas Pamdal yang berjaga di lanta ini, ruangan tersebut masih milik Nurhayati yang kini sudah pindah di ruang khusus ketua fraksi. Kata dia, sehari-hari Nurhayati sudah bekerja di ruang ketua fraksi.

“Ruangan yang lama itu sehari-hari hanya ditempati staf ahli milik Ibu Nurhayati. Sekarang stafnya sedang keluar dan belum kembali lagi,” jelas Pamdal tersebut.

Rakyat Merdeka pernah me­ngintip ruangan lama Nurhayati. Ruangan itu dibagi dua. Bagian depan untuk tempat kerja tempat kerja bagi sekretaris dan tenaga ahli. Di ruangan ini hanya terdiri dari tiga meja kayu yang dileng­kapi dua komputer dan satu me­sin printer.

Di belakangannya adalah tem­pat kerja Nurhayati. Di sebelah kiri dekat pintu masuk terdapat tiga sofa lengkap dengan satu meja dari kayu.

Meja kayu panjang tempat Nur­hayati bekerja berada sedikit ke belakang. Persis menghadap ke arah pintu masuk. Monitor komputer dengan tipe layar datar lengkap dengan keyboard dan mouse diletakkan di pinggir meja sebelah kiri.

Lukisan besar berpigura kayu warna kuning gading dipajang pada dinding ruangan persis di sebelah kiri meja kerja miliknya. Nurhayati yang mengenakan ke­rudung merah hati dilukis me­ne­ngadah ke atas.

Selain lukisan dinding ruangan juga dipenuhi berbagai foto Nur­hayati dan keluarganya. Di ba­gian tengah dinding ter­dapat foto Presiden SBY dan Ibu Ani saat meng­hadiri resepsi per­nika­han anak Nurhayati.

Lantai 21 Menyeramkan?

Ruang kerja baru Jafar Hafsah berada di lantai 21 gedung ge­dung Nusantara I DPR. Tempat ini me­nyimpan sejumlah cerita misteri. Banyak kejadian aneh di sini.

Suasana sepi langsung me­nyergap begitu keluar dari lift. Di lobby lantai ini terdapat meja kayu yang ditunggui seorang petugas Pengamanan Dalam (Pamdal).

Hanya beberapa lampu di langit-langit lobby yang di­nya­lakan. Suasana sama juga ter­lihat ketika berjalan menyusuri lorong-lorong di lantai ini. Ruang kerja anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat berada di kanan dan kiri lorong.

“Kalau siang, memang hanya sebagian saja yang dinyalakan. Katanya dalam rangka hemat energi, makanya tidak semua lam­pu tidak dinyalakan,” kata Adriansyah, petugas Pamdal yang sedang bertugas di lantai itu.

Walaupun masih siang suasa­na di lantai ini tampak sepi. Men­jelang senja suasana makin sepi karena staf dan tenaga ahli ang­go­ta DPR satu per satu pulang.

“Saya nggak berani sampai malam di sini. Katanya sering ada yang aneh-aneh,” kata Euis Puspitasari, seorang sekretaris pribadi seorang anggota DPR dari Partai Demokrat.

Pernah suatu ketika ibu satu anak ini harus bekerja sampai ma­lam karena bosnya mengikuti ra­pat penting. “Saya minta sopir Bapak menemani. Takut. Soal­nya di sini kan sepi banget,” kata Euis.

Adriansyah, petugas Pamdal juga sering mendengar cerita ke­jadian aneh di lantai ini. “Ham­pir semua petugas yang ada di­sini pasti sudah tahu. Tapi saya belum pernah mengalaminya langsung. Kebetulan saya belum pernah ditugaskan jaga malam di sini,” katanya.

Yana, petugas cleaning ser­vice mengamini omongan Ad­rian­syah. “Memang benar di lan­tai ini sering terdengar hal-hal aneh yang terjadi. Tapi karena kerja, kami coba mengabaikan hal-hal tersebut dengan memilih bekerja saja,” terang pria yang tengah menyantap nasi bungkus di pantry ini.

Sambil menghabiskan nasi den­gan lauk daging rendang, Yana menuturkan kejadian aneh di sini. “Ada suara pintu yang dibu­ka atau ditutup, tapi tidak ada orangnya. Ada suara kran air yang keluar dengan deras dari dalam toilet. Itu sering terjadi di lantai ini,” kata pria yang me­nge­nakan seragam biru itu.

Lantaran kejadian itu, Yana memilih bekerja sesuai jam yang telah ditentukan saja. Jam lima sore dia sudah pulang. Ia hanya mau lembur karena ada perintah dari atasannya. “Untungnya kalau lembur bukan satu atau dua orang petugas cleaning service saja, tapi bisa 4-5 orang. Takut sih tidak, tapi terkadang suka iseng saja,” tuturnya sambil tersenyum. [Harian Rakyat Merdeka]



Populer

UPDATE

Selengkapnya