Berita

rizal ramli/rmol

Seminar di Amerika: Standar Etika Yudhoyono Rendah

RABU, 13 JUNI 2012 | 11:59 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Salah satu penyebab fundamental mengapa korupsi di Indonesia tampak semakin merajalela adalah karena standar etika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono relatif rendah.

Benar bahwa anti-korupsi adalah tema utama kampanye Partai Demokrat dalam pemilu yang lalu. Namun Presiden SBY tampak terlalu permisif dan cenderung membiarkan praktik korupsi. Belakangan, berbagai kasus korupsi yang menyeret sejumlah petinggi Partai Demokat dan yang mengenai menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II ditanggapi SBY dengan ringan.

"Responnya (SBY) adalah menunggu sampai perkara korupsi itu (yang melibatkan petinggi Partai Demokrat dan menteri KIB II) memiliki kekuatan hukum yang tetap. (Dan) itu bisa memakan waktu yang begitu lama," ujar tokoh oposisi Indonesia, DR. Rizal Ramli, dalam seminar mengenai prospek ekonomi dan masa depan demokrasi Indonesia di East West Center (EWC), Washington DC, Amerika Serikat, Selasa siang waktu setempat (12/6).

Pernyataan Rizal Ramli itu disampaikan untuk menjawab pertanyaan seorang peserta. Direktur EWC di Washington DC, DR. Satu Lemiye, menjadi moderator dalam seminar itu. Sementara audiens yang memadai ruangan seminar berasal dari berbagai institusi yang bergerak di sektor ekonomi keuangan juga lembaga think thank.

"Standar etika Yudhoyono sangat rendah," sambung Rizal Ramli.

Menurut Ketua Dewan Pembina Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara ini, seharusnya SBY mengambil tindakan tegas terhadap tokoh Partai Demokrat maupun menteri KIB II yang tersangkut kasus korupsi. Misalnya dengan menghentikan mereka untuk sementara dari jabatan yang sedang mereka duduki. Rizal Ramli yakin sikap tegas seperti itu akan mengurangi secara signifikan keinginan pejabat baik di pusat maupun di daerah untuk korupsi.

Karena tindakan tegas itu tidak ada, tidak aneh bila korupsi dianggap sebagai persoalan yang biasa saja.

Selain itu, untuk mengurangi korupsi, SBY seharusnya juga berani menciptakan terobosan positif yang dapat mengurangi praktik korupsi dan membantu meningkatkan performa pemerintah.

Rizal Ramli menceritakan pengalamannya saat memimpin Badan Urusan Logistik (Bulog) di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid yang lalu. Ketika itu Bulog dikenal luas sebagai institusi terkorup kedua di era Orde Baru setelah PT. Pertamina.

"Saya menciptakan shock. Saya mengevaluasi pucuk pimpinan Bulog. Sekitar 200 pejabat dari daerah yang dikenal basah saya pindahkan ke daerah kering. Begitu juga sebaliknya, sekitar 200 pejabat Bulog di daerah kering dipindahkan ke daerah basah," masih kata Rizal Ramli.

Langkah ini diambil Rizal Ramli karena ia menyadari bahwa penempatan pejabat Bulog tergantung pada besar atau kecil setoran yang diberikan kepada pejabat di tingkat lebih tinggi. Banyak pejabat Bulog di daerah kering ketika itu yang sebetulnya profesional dan memiliki kinerja yang baik. Tetapi karena menolak memberikan sogokan, mereka "dibuang" ke daerah-daerah yang kering.

Selain menciptkan shock, Rizal Ramli juga membenahi sistem keuangan Bulog menjadi lebih transparan. Rekening-rekening liar di tubuh Bulog dirapikannya. [guh]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya