Berita

Politik Partai Nasdem Menjijikan, Perburuk Masa Depan Demokrasi

SENIN, 11 JUNI 2012 | 01:48 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

RMOL. Langkah Partai Nasdem membiayai tiap calegnya Rp10 miliar tidak memberikan pendidikan politik yang benar dan merupakan pembodohan politik bagi rakyat.
 
Begitu disampaikan pengamat politik dari Masyarakat Pemantau Kebijakan Eksekutif dan Legislatif (Majelis), Sugiyanto, kepada Rakyat Merdeka Online (Sabtu, 10/6).
 
"Langkah itu menegaskan politik transaksional dimana jadi anggota dewan harus pakai duit, sementara yang tidak punya duit tidak bisa mewakili rakyat," kata dia.
 

 
Ditambahkan, sepintas maksud dari langkah yang direncanakan partai baru besutan bos media Surya Paloh dan Hary Tanoesoedibjo itu agar kalau terpilih para calegnya tidak melakukan korupsi adalah benar adanya. Tapi jika dikaji lebih dalam lagi, kata dia, maka jelas-jelas langkah tersebut sangat keliru dan menyesatkan. Sebab sejatinya, jadi anggota legislatif adalah mewakili rakyat.
 
Substansi mewakili rakyat, sambung dia, adalah bahwa seorang caleg itu harus betul-betul dari masyarakat dan dipilih masyarakat. Bukan dipilih karena modal ekonomi sebesar itu dan dengan cara-cara yang transaksional pula.
 
"Berpolitik memang butuh dana, tapi dana bukan modal dasar bahkan jadi tujuan. Ini benar-benar pendegradasian moral, seolah-olah selama ini politik berlaku transaksional. Ini benar-keliru, menjijikan dan akan berdampak buruk bagi demokrasi dan perpolitikan ke depan," tutur dia.
 
Sebagai partai baru yang katanya mengusung agenda restorasi, sambung Sugiyanto, seharusnya Partai Nasdem membangun politik rasional, dimana mesin maupun kader partainya  menggunakan prosedur dan langkah-langkah yang benar dalam mencari simpati dan dukungan rakyat.
 
"Tidak akan ada jaminan kalau mereka terpilih tidak akan korupsi. Yang ada justru mereka punya hutang budi kepada partai dan membuat mereka menjadi boneka atau zombie-zombie atas kepentingan partai dunia akhirat. Bukan pada kepentingan masyarakat yang memilihnya," tandas dia.[dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya