boediono/ist
boediono/ist
RMOL. Wakil Presiden Boediono mengajak masyarakat untuk melihat kembali sejarah terbentuknya Pancasila.
Ajakan itu disampaikan Wakil Presiden Boediono saat menyampaikan pidato kebangsaan pada peringatan Hari Lahir Pancasila di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta hari ini (Jumat, 1/6).
"Tiga tahun yang lalu saya berkunjung ke NTT, Flores. Disinilah Bung Karno diasingkan. Namun justru dari sini ide-ide persatuan Indonesia muncul dan bertransformasi menjadi Pancasila," katanya.
Boediono juga menekankan persatuan Indonesia yang plural harus tetap terjaga.
"Kekuatan kita adalah kekuatan yang dijalin dari perbedaan suku, agama dan daerah. Sebuah jalinan yang tidak didominasi oleh satu unsur. Alhamdulillah sampai sekarang kita masih seperti itu," jelasnya.
"Kita mengantarkan ketahanan bangsa semua berkat Pancasila. semangat Pancasila selalu menyatukan dan membangkitkan rasa kebangsaan," ungkapnya.
Dijelaskannya, Pancasila bukan didapat Bung Karno setelah membaca buku-buku. Pancasila juga bukan hasil penerawangan sang proklamator tersebut.Tapi Bung Karno merumuskan Pancasila dari realitas yang hidup di bumi Indonesia untuk menghadapi keharusan sejarah.
Meski begitu, dikatakan Wapres, Pancasila bukan sesuatu yang sakral. Sebab, Pancasila bukan turun dari langit. Justru kalau disakralkan, Pancasila akan jauh dari kehidupan sehari-hari.
Pada kesempatan tersebut, Wapres membeberkan beberapa konflik yang terjadi di beberapa negara. Negara Yugoslavia pecah karena kekejaman terhadap umat Islam Bosnia. Sedangkan konflik terus terjadi di Timur Tengah karena perbedaan suku dan agama.
Konflik juga pernah mendera Indonesia, seperti terjadi di Maluku dan Kalimantan karena persoalan suku dan agama beberapa tahun lalu.
Mendengar dan melihat berbagai tragedi tersebut, lanjut Wapres, pernyataan Bung Karno kembali bergema hari ini. Kata Bung Karno, dalam menghadapi perbedaan yang ada pada kita, kita perlu mencari modus bersama.
"Modus itulah kebangsaan kita," beber Wapres.
Kata Wapres, tapi kebersamaan akan rasa kebangsaan saja tidak cukup. Karena kebangsaan itu perlu dirawat dan diperkuat. Tak hanya itu, rasa kebangsaan itu juga perlu dievaluasi.
Hal itu disampaikan Wapres karena saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan. Seperti tumbuhnya egoisme kedaerahan, suku, dan praktik korupsi kolusi dan nepotisme.
"Sudah saatnya kita meyusun agenda kebangsan ke depan," ucapnya seraya menambahkan bahwa kitra harus berterima kasih kepada para pendiri bangsa utamanya Bung Karno, karena tekah menyumbangkan fondasi Bangsa yaitu, Pancasila.
"Kita punya Pancasila. Sebuah fondasi penopang eksistensi bangsa kita. Apabila kita menghayati Pancasila, Insya Allah kita siap menghadapi semua tantangan," tutupnya.
Sebelumnya, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin, Ketua MPR Taufiq Kiemas mengajak rakyat Indonesia untuk menyegarkan kembali ingatan pada sejarah masa lalu.
"Mari kita bercermin dari masa lalu, baik sisi buram atau jernih untuk merevitalisasi, dan reaktualisaikan nilai Pancasila dalam kehidupan. Tidak ada gunanya bicara UU kalau melupakan Pancasila. Pancasila yang mendasari UU, Pancasila mewarnai Indonesia," tandasnya. [zul]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14
Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02
Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53
Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50