Berita

PRESIDEN SBY

PELANGGARAN HAM

Ketua Komnas HAM: Klarifikasi Dulu, Baru Presiden Minta Maaf

KAMIS, 31 MEI 2012 | 14:19 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

RMOL. Rencana Presiden SBY meminta maaf atas nama negara kepada para keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lalu disambut baik. Rencana Presiden SBY itu harus ditindaklanjuti secara konkret.

"Kalau pengadilan jelas tidak mungkin (memberikan maaf). Karena banyak sekali kasusnya. Untuk  itu diambil langkah yang lebih memenuhi kewajiban negara kepada korban. Antara lain ya itu, permintaan maaf itu," ujar Ketua Komnas HAM Ifdhal kasim di DPR, Senayan Jakarta, Kamis (29/5).

Permintaa maaf itu, kata Ifdhal, harus dilakukan atas dasar kebenaran. Maka, sebelum ada permintaan maaf perlu direkam terlebih dulu dimana letak yang salah. Sehingga bagi para pihak korban juga menjadi jelas. Untuk itu kata Ifdhal, terlebih dahulu pemerintah mengklarifikasi peristiwa-peristiwa pada masa lalu tersebut.

"Ini yang kita sebut dengan mengungkapkan kebenaran. Setelah itu berdasakan kebenaran yang ditemukan itu. Kalau memang perlu ada permintaan maaf Presiden selaku kepala negara, ya minta maaf," ujarnya.

Selanjutnya kata Ifdhal, mesti dijelaskan pelanggaran HAM yang terjadi ketika itu bukan karena keinginan seseorang. Tapi karena sistem politiknya waktu itu.

"Misalnya saja, seorang sersan yang membunuh di Aceh. Itu bukan karena keinginannya, tapi karena sistemnya. Tidak adil jika kita minta tanggung jawab personal kepada dia. Nah, oleh karena itu ada permintaan maaf oleh negara terhadap warga negaranya," bebernya.

Masih kata Ifdhal, permintaan maaf itu pun mesti disertai dengan langkah nyata terhadap korban. Yaitu dengan memberikan rehabilitasi, kompensasi dan restitusi.

"Sehingga permintaan maaf itu menjadi bermakna bagi seluruh masyarakat. Dengan itu, kasus masa lalu itu bisa ditutup. Dan Kita tidak lagi terus bicara masalah kasus-kasus lalu," tandasnya. [zul]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya