Kisruh Daftar Pemillih Tetap (DPT) bukan cuma terjadi pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah DKI Jakarta, yang dihelat Juli nanti. Kejadian serupa, sudah berlangsung ratusan kali di setiap pelaksanaan pilkada. Bahkan juga dalam pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, persoalan DPT ini juga mengemuka.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Senin, 21/5) terkait temuan Pusat Pergerakan Pemuda Indonesia (P3I) bahwa setidaknya ada 1,4 juta pemilih fiktif (ghost voters) dikhawatirkan akan berpartisipasi dalam Pilkada DKI Jakarta yang akan digelar Juli mendatang.Sebab, 1,4 juta pemilih fiktif masuk dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS).
"Jakarta sendiri sudah mengalaminya untuk kali kedua," jelas Hasan menguatkan.
Sebab pemilihan gubernur Jakarta tahun 2007 lalu juga muncul kisruh serupa. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia dan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) waktu itu mencatat bahwa ada 20-23 persen pemilih DKI yang tidak terdaftar.
"Posisi mereka digantikan oleh pemilih yang terdaftar lebih dari satu kali (pemilih ganda) dan pemilih fiktif atau orang yang masuk dalam daftar pemilih, sementara ketika dicari di alamat yang bersangkutan, mereka sudah tidak ada lagi," tandas Hasan.
Pada pilgub tahun 2007 itu, pasangan Fauzi Bowo-Prijanto mengalahkan pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Karena itu, Fauzi Bowo yang sebelumnya menjadi wakil gubernur naik menjadi orang nomor 1 di Ibukota menggantikan Sutiyoso. [zul]