Berita

Dewi-Rini-Arzeti-Shahnaz

Blitz

Lucu, Unyil Kok Direbutin

MINGGU, 22 APRIL 2012 | 09:05 WIB

RMOL.Sengkarut hak cipta Si Unyil yang dipanasi Pak Raden alias Drs Suryadi menimbulkan efek beragam. Ada yang sedih, simpati dan juga antipati kenapa serial boneka ternama itu sekarang jadi konflik industrial. Beberapa selebriti kepada Rakyat Merdeka mengemukakan pendapatnya.

Dewi Sandra, Melek Hukum Sebelum Kontrak

Permasalahan hak cipta Si Unyil tak ubahnya masalah lain yang sering terjadi di negeri ini. Itu mengapa Dewi Sandra dingin saja saat tahu Pak Raden berjuang sendiri dapatkan hak cipta Si Unyil.

 â€œDi negara ini banyak masalah yang hitam putihnya kurang jelas. Banyak yang abu-abu. Komitmen dan rasa tanggung jawab nggak ada, entah siapa yang diuntungkan, entah siapa yang dirugikan. Padahal hati nurani yang bicara. Banyak hal yang cukup disayangkan,” ujar penyanyi blasteran  ini.

Belajar dari kasus ini, Dewi Sandra mengingatkan kepada semua seniman agar didampingi lawyer saat meneken kontrak kerja. Tujuannya agar hak-hak seniman atau pelaku yang terlibat seni bisa dilindungi.

“Belajar lah soal hukum. Minimal cari tahu dan pahami sebelum menan­datangani sesuatu. Jaga-jaga agar tidak merugikan di lain waktu,” jelas Dewi.

Pemahaman kontrak kerja sama itu menurutnya sangat penting. Khususnya bagi pekerja seni muda dan belum lama nyemplung. Pasalnya, seni semakin hari identik dengan industrialisme.

“Ini satu pelajaran untuk kami yang muda-muda, semua pekerja seni, bahwa hak cipta ada aturannya dan sebaiknya kita juga memahami. Kadang-kadang kita mem-publish sesuatu tapi kita tidak memahami apa isi kontraknya seperti apa,” kata Dewi.

Pelantun Melayang ini yakin Si Unyil adalah tokoh penting dalam sejarah pendidikan anak-anak di Indonesia. Sebab itu, Dewi merasa heran jika Pak Raden atau pihak lain yang terlibat pada masanya itu sekarang jadi merasa terabaikan.

“Unyil itu hiburan, harus dijaga dan dibuat lagi yang seperti itu. Dimulai dari perhatian terhadap sejarah masa lalu kan,” cetus istri Agus Rahman ini.

Teringat olehnya, saat duduk di bangku SD, dia selalu setia menonton Unyil tiap hari Minggu di televisi.

 â€œDulu pas kecil aku di Singapura. Dan tiap liburan ke Indonesia aku pasti bilang, ‘I want watch Unyil. Karena di situ juga pelajaran bersosial dan bermasyarakat yang luar biasa banget,” kenangnya.  

Selain edukatif dan menghibur, dirasanya Si Unyil sangat relevan dengan kehidupan anak-anak masa itu.

“Kan lucu, ada jitak-jitakannya. Ada Pak Ogah yang minta duit cepek, Bu Bariah dan teman-temannya. Filmnya mencerminkan anak-anak masa itu yang mainannya petak umpet, petak jongkok. Sekarang mainannya laptop, dikit-dikit i-Pad,” keluhnya.

Rini ‘Idol’, Ide Itu Priceless

Detil kasus hak cipta Si Unyil tak diketahuinya pasti. Yang Rini tahu bahwa ide itu sesuatu yang sangat berharga, tidak bisa dibayar dengan sejumlah uang.

“Hak cipta tuh penting ba­nget. Rumit kalau bermasalah di lain waktu. Soalnya ide itu me­nurut aku priceless,” kata je­bolan Indonesian Idol jilid 4 ini.

Rini tak tahu siapa sebenar­nya yang berhak mendapat ro­yalty Si Unyil. Apakah Pak Ra­den atau PFN (Perum Film Negara). Ia berharap segera ada titik terang agar tidak berlarut-larut. Terlebih usia dan kondisi Pak Raden sudah uzur.

“Siapapun pencetusnya, ide itu nggak ada harganya. Setuju ba­nget kalau dia harus mene­ri­ma semua yang berhak dan yang telah dikeluarkannya,” cetusnya.

Sejak Pak Raden berkoar-koar di media, Rini berjanji le­bih concern lagi dalam me­neken sebuah kontrak kerja. Ia pun berusaha membenahi ma­na­jemen artisnya agar lebih tertib dalam administrasi dan ti­dak melanggar aturan atau kesepakatan.

“Beruntung aku nggak per­nah kena tipu urusan kontrak kerja. Aku punya manajemen. Me­reka yang ngurus hal-hal yang kayak gitu. Jadi hak cipta juga terpenuhi dengan hak aku berapa,” tutur bekas pacar Anjie Drive ini.

Saat banyak orang hafal se­gala seputar Si Unyil, dara asal Medan Sumut ini justru se­baliknya. Ia sudah lupa karena masih terlalu kecil saat Si Unyil lagi berjaya.

“Inget tapi samar-samar. Nggak terlalu banyak karena pas film itu aku kecil banget. Yang paling ingat cuma Pak Ogah aja,” tukasnya.

Makanya itu dia berharap serial Si Unyil bisa dilanjutkan dan kontinyu lagi di layar televisi. Ini penting daripada anak-anak sekarang yang kebanyakan dijejali film kartun dan sejenisnya.

“Mungkin beda generasi, beda tema kali ya. Unyil versi dulu beda dengan versi Unyil yang sekarang. Mungkin versi se­karang campur globalisasi. Tapi tetap positif sih dalam pendidikan anak,” pungkasnya.

Arzeti Bilbina,Tak Baik Dilihat Anak

Arzeti minta Pak Raden dan PFN (Perum Film Negara) tidak saling ngotot mengklaim hak cipta Si Unyil. Ia minta segera ada urung rembug kedua belah pihak untuk men­cari win-win solution.

 â€œBiar lah mereka yang ber­sengketa dapetin solusinya. Aku nggak mau ikut campur tapi sebaiknya jangan terus diri­butin ya,” tegasnya.

Diingatkan bekas perawa­gati papan atas ini, kasus hak cipta Si Unyil sudah ditonton se­luruh masyarakat Indonesia. Per­hatian yang sebegitu besar menunjukkan harapan agar kasus itu bisa cepat selesai.

“Tak baik contohkan ini sama anak-anak. Unyil itu kan milik semua anak Indonesia. Daripada ribut nggak jelas, lebih baik mikirin tayangan yang mendidik tapi edukatif,” harapnya.

Seperti kebanyakan orang, Arzeti pun pencinta Si Unyil. Tak cuma rajin nonton tapi juga hafal tokoh dan karak­ternya masing-masing.

“Apalagi Pak Raden, hafal banget dia kayak apa. Tapi yang kurang baik dicontoh itu Pak Ogah. Dia selalu minta ce­pek dulu, ngajarin anak kita ma­las. Nah kalau Pak Raden ngo­mel melulu itu nandain orangtua suka marah,” tuturnya.

Meski begitu, ibu tiga anak ini merasa Si Unyil kalah dengan Upin-Ipin, serial Malaysia.

“Anak-anakku selalu aku arahkan nonton Unyil (versi baru), tapi sebentar-sebentar ganti Upin-Ipin. Dari situ aku perhatiin. Emang dari gambar (visual), audio, promosi iklan, hingga publikasi lebih sering. Apalagi lebih banyak jual t-shirt Upin-Ipin dibanding Unyil,” jelas Arzeti.

Oleh karenanya, kelebihan dari Upin-Ipin itu jangan malu dicontoh. Sebisa mungkin dibuat lebih baik agar Unyil-Unyil lain-nya bisa lebih bagus dan variatif. “Kita punya talent ke­situ kok,” tukasnya.

Shahnaz Haque, PFN Jangan Terlalu Ambisius

Dimanapun hanya ada satu pihak yang berhak mendapat hak cipta. Makanya itu, kata Shahnaz Haque, di antara Pak Raden dan PFN (Persatuan Film Nasional) ada yang salah. Pastinya semua harus segera diselesaikan, jangan berlarut.

“Lihat perjanjian sebelumnya, hak milik harus ada di satu pihak. Telusuri dan dipelajari biar beres. Kalau perlu pakai kuasa hukum. Kalau memang Pak Raden nggak sanggup bayar. Seharusnya negara menye­diakan. Itu kan warga negara Indonesia juga,” ujarnya.

Artis dan presenter ini kawakan ini merasa tak pantas Unyil Cs diperebutkan. Sebabnya, mereka itu simbol pendidikan bagi anak-anak Indonesia.

“Biarpun mulai berkonsep modern tapi tak me­ninggalkan eksplorasi seni budaya lokal. Sikap mereka ini selalu mengayomi kita hingga sekarang,” ucapnya.

Meski permasalahannya pelik, Shahnaz minta sengketa hak cipta Unyil tidak sampai ke ranah hukum. Pak Raden atau PFN harus legowo mengalah.

“Nggak usah lah nguasain Unyil, berdermawan lah. Itu kan nggak hanya punya dia aja. Sudah punya rakyat Indonesia. Jangan habiskan waktu buat rebutin itu aja,” cetus istri drummer Gilang Ramadhan ini.

Secara khusus, Shahnaz ingatkan PFN jangan terlalu ambisius. Bila kelihatan terlalu ngotot rebut hak cipta Si Unyil, citra lembaga negara itu bakal makin merosot.

“Aku sebenarnya ngerti juga mereka sangat pertahanin Unyil sebagai harta kekayaan mereka. Mereka kan badan industri, mereka juga ingin cari keuntungan dan balik modal dari keuntungan siaran Unyil yang mulai menggeliat lagi,” tuturnya.

Lebih jauh, Shahnaz ingin melihat Pak Raden eksis lagi di dunia seni, tak berhenti cuma di Unyil.

“Usia boleh tua, tapi Pak Raden masih produktif. Tindakannya perjuangkan Unyil perlu didukung, tapi beliau jangan malah vakum. Bikin tokoh di luar Unyil sebagai sumber inspirasi dan bisa bahagiakan anak-anak, bukan komoditi industri,” sokongnya.

 Shahnaz miris dengan nasib seniman tempo dulu yang sekarang hidup berkesulitan ekonomi. Mestinya negara atau pihak terkait tidak melupakan jasa mereka, minimal memberi perhatian kalau tidak bisa secara materi.

“Tak maksud menjustifikasi, Pak Raden nyiptain Unyil Cs, nggak mikirin duit, cuma mau bahagiain anak-anak. Itulah kepuasan dirinya,” tutupnya. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya