Berita

sby/ist

Tak Ada Alasan Untuk Tidak Turun Ke Jalan Melawan Rezim Karbon SBY

SELASA, 27 MARET 2012 | 17:00 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

RMOL. Periode ke dua SBY berkuasa semakin menunjukan secara paripurna bagaimana rakusnya sebuah rezim karbon. Menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) makin menunjukan kemesraan hubungan antara negara dengan para pemodal transnasional dalam mengendalikan sumber-sumber minyak dan gas bumi untuk kepentingan mereka.

Begitu disampaikan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka, Jawa Barat, Kyai Maman Imanulhaq kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Selasa, 27/3). Kyai Maman, begitu ia disapa, selama ini memang telah banyak menyampaikan kritiknya kepada pemerintahan SBY-Boediono.

Agenda liberalisasi sektor energi terjadi mulai tahun 2001 yang dikemas dalam program restukturisasi sektor energi diawali dengan lahirnya UU Migas 22/2001. Sejak saat itu, hulu hingga hilir sektor energi khususnya minyak dan gas, telah diserahkan bulat pada pasar.


Parahnya, kata Kyai Maman, pemerintah malah mempeti-es-kan  hasil pembatalan Mahkamah Konsitusi atas 3 pasal UU Migas. Perubahan UU Migas disegel rapat-rapat.

"Dampak korupsi akut di sektor sumber daya alam untuk ongkos-ongkos politik kembali dibebankan pada rakyat Indonesia. Nelayan, petani, buruh dan masyarakat kecil dipaksa merogoh kantong lebih dalam, padahal begitu susahnya mereka mengumpulkan rupiah demi rupiah," kata dia.

Negara dalam gegaman aparatur yang dipimpin SBY, lanjutnya, berjalan tanpa dignity. Tidak ada visi membagun kedaulatan energi, pangan dan air. Ketiga pilar tersebut secara bergelombang dilepas pada mekanisme pasar. Kebohongan demi kebohongan kemudian bergulir untuk menutupi busuk dan rakusnya rezim karbon.

"Tidak ada alasan lagi untuk tidak turun ke jalan, menyampaikan aspirasi demi keselamatan negara dan bangsa. Lawan kebijakan liberalisasi sektor energi. Batalkan segera UU Migas Nomor 22 tahun 2001. Tolak kenaikan BBM," serunya.[dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya