Berita

tomcat/ist

Yuk, Kenali Tomcat dan Cara Atasi Serangannya

RABU, 21 MARET 2012 | 20:40 WIB | LAPORAN:

RMOL. Wabah Tomcat bukan saja membuat teror di Jawa Timur, tapi sudah mengakibatkan kegelisahan di Tasikmalaya. Namun, jumlah penderita tidak masif, berkisar satu kelurahan dengan ratusan korban.  Apa sebenarnya Tomcat? Yuk kita mengenalinya.

Serangga Tomcat atau kumbang rove yang dimaksud itu  biasa disebut semut semai atau semut kayap. Serangga ini digolongkan Ordo Coleoptera (kelompok kumbang), Sub ordo  Rove Beetle (kelompok kumbang kecil) dari  famili Staphylinidae.  Secara fisik Tomcat memiliki panjang sekitar 1 cm, badan berwarna oranye denganbagian bawah abdomen dan kepala berwarna gelap.

Tomcat sendiri memiliki sepasang sayap namun tersembunyi, sepintas mirip semut. Bila merasa terancam akan menaikkan bagian perut (abdomen) sehingga nampak seperti kalajengking.  Ada 622 spesies yang menyebar di seluruh dunia. Spesies di Indonesia yang menyebabkan dermatitis adalah Paederus peregrines.


Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama  mengungkapkan, Tomcat
pernah dilaporkan menimbulkan wabah dermatitis di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ecuador dan India.

Serangan Tomcat pernah terjadi di Tulungagung tahun 2008 di areal perumahan di kelilingi  kebun tebu dengan  penderita  260 orang, kemudian terjadi lagi  di Tulungagung,  Kecamatan Besuki di daerah pedesaan dengan habitat sekitarnya  tanaman padi dan jagung dengan jumlah  penderita  60 orang dan gejala  gatal-gatal  didahului panas/iritasi, bintik-bintik, gatal, berair dan  bekas hitam pada kulit

Serangga jenis ini, menyukai tempat  lembab dan tanaman seperti padi dan jagung, yang merupakan salah satu predator wereng. Serangga ini merupakan kelompok serangga pertanian, predator dari hama pertanian seperti wereng. Tetapi dalam 3-4 tahun terakhir dilaporkan adanya gangguan kesehatan manusia.

Sebenarnya, kata Tjandra,  serangga tersebut bersifat kosmopolitan, artinya berada dimana-mana dan suka daerah  lembab, bisa di lantai tanah maupun lantai keramik.

Penyakit yang ditimbulkan pada manusia adalah Dermatitis Contact Irritant, akibat racun “paederin” (C25 H45O9N)  di dalam badan, kecuali disayap.
Dermatitis terjadi bila bersentuhan secara langsung dengan serangga ini atau  tidak langsung, misalkan melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun paederin.

Sejumlah gejala klinis yang dirasakan kulit yang terkena (biasanya daerah kulit yang terbuka)  dalam waktu singkat terasa panas. Setelah 24-48 jam muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah  menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar.   

"Jika itu Lesi pada mata menyebabkanconjunctivitis dan disebutdengan Naerobi’s Eye," terangnya.

Bagaimana menangkal dan mengobatinya?  jika menemukan serangga ini, jangan dipencet agar racun tidak mengenai kulit. Masukan ke plastik dengan hati-hati, terus buang ke tempat  aman. Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka. Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk mencegah kumbang ini masuk.

Tidur menggunakan kelambu jika memang di daerah sedang banyak masalah ini. Bila serangga banyak sekali dapat juga lampu diberi jaring pelindung  mencegah kumbang jatuh ke manusia. Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kumbang ini terkena kulit.

"Bila kumbang ini berada di kulit kita, singkirkan dengan hati-hati dengan meniup atau mengunakan kertas mengambil kumbang dengan hati-hati," terangnya.

Lakukan inspeksi ke dinding dan langit langit dekat lampu sebelum tidur. Bila menemui, segera dimatikan dengan menyemprotkan racun serangga.  Segera beri air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga ini dan bersihkan lingkungan rumah terutama tanaman  tidak terawat yang ada di sekitar rumah yang menjadi tempat kumbang Paederus.[dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya