RMOL.Spanduk besar dibentangkan menutupi dinding ruang rapat Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di lantai 18 Gedung Nusantara I DPR. Di depannya meja disusun memanjang dan dilengkapi dengan lima kursi.
Lima mikrofon di tempatkan di atas meja pembicara. Juga lima boÂtol air mineral disediakan di atas meja yang menghadap baÂrisan kursi peserta diskusi dan para tamu undangan itu.
Tak hanya menyediakan air miÂnum, panitia itu juga menyiapkan makanan ringan (snack) untuk para peserta diskusi. Konsumsi itu dimasukkan dalam boks karÂdus yang diletakkan di meja yang ada persis di sebelah pintu masuk ruang itu.
Sekitar pukul 13.00, peserta disÂkusi yang berasal dari kader PKB, mahasiswa dan staf ahli anggota Dewan mulai memeÂnuhi kursi tamu yang disediakan. Tak berapa lama, lima orang yang diÂunÂdang sebagai pembiÂcaÂra meÂnemÂpati kursi di bagian paÂling depan.
Kursi paling tengah diduduki Ketua Fraksi PKB DPR Marwan Jafar yang mengenakan kemeja panÂjang abu-abu. Ia diapit KaÂporÂlantas Mabes Polri Royke LuÂmowa dan Ketua Umum DPP OrÂganda Eka Sari Lorena Soerbakti. SeÂmenÂtara pembicara lainnya Dirjen PerÂhubungan Darat KeÂmenÂteri PerÂhuÂbungan Hotman Simanjuntak dan anggota Komisi V DPR dari Fraksi PKB M Toha duduk di ujung.
Karena seluruh pembicara suÂdah menempati kursi masing-maÂsing, Marwan selaku tuan rumah meÂngambil mikrofon di deÂpanÂnya. DisÂkusi yang bertema “KeÂselamaÂtan Transportasi Angkutan Darat, Tanggung Jawab Siapa?†pun dibuka.
Diskusi itu digelar Kamis 8 MaÂret lalu. Selang satu hari, di ruang Badan Legislasi DPR yang terleÂtak di lantai dasar, Gedung NuÂsanÂtara I juga digelar diskusi. Adalah Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) yang meminjam ruang itu untuk menggelar disÂkusi berÂtema “Rapuhnya Politik Energi di Balik Kenaikan Harga BBM.â€
Kegiatan diskusi atau seminar yang digelar fraksi-fraksi meÂruÂpaÂkan hal yang biasa terjadi di SeÂnÂÂayan. Lewat diskusi atau seÂmiÂnar itu, fraksi mencoba menjaring masukan atas isu yang berkemÂbang. Diskusi juga digelar untuk menyikapi proses legislasi suatu perÂaturan yang sedang digodok di panitia kerja (Panja) maupun paÂnitia khusus (Pansus).
Namun bagi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), kegiatan diskusi dan seÂminar yang digelar fraksi-fraksi di DPR berpotensi merugikan neÂgara. Soalnya, anggarannya diÂambil dari uang negara.
“Anggaran untuk kegiatan frakÂsi-fraksi DPR sebesar Rp 9,5 miÂliar untuk Tahun 2011, dan seÂbesar Rp 12,5 miliar untuk Tahun 2012,†kata Koordinator InÂvestigasi dan Advokasi FITRA, Uchok Sky Khadafi.
Uchok merasa aneh atas adaÂnya jatah anggaran untuk fraksi-fraksi di DPR. “Dengan demikiÂan, keuangan negara yang harus meÂnanggung anggaran partai poÂlitik dan fraksi di DPR,†ujarnya. “Sebaiknya, dana miliaÂran rupiah untuk parpol dan fraksi di DPR itu dialihkan ke mÂaÂsyaÂrakat misÂkin yang akan mengÂhaÂdaÂpi damÂpak pemaksaan kenaiÂkan harga BBM oleh pemeÂrinÂtah,†ujarnya.
Benarkan tudingan FITRA itu? Rakyat Merdeka coba cari tahu dari dua fraksi yang belum lama menggelar diskusi. Seorang staf di Sekretariat Fraksi PKB di DPR membenarkan hal tersebut. MeÂnurut pria yang enggan diseÂbutÂkan namanya ini setiap kegiatan diskusi dan seminar yang dilakuÂkan fraksi anggarannya dari neÂgara. Untuk bisa menggunakan daÂna itu, fraksi mengajukan proÂposal kepada Sekretariat Jenderal (Setjen) mengenai diskusi yang hendak digelar.
Berapa anggarannya? Kata dia, besar anggarannya berbeda terÂgantung jumlah peserta yang diundang. Semakin banyaknya peserta yang diundang, semakin besar anggaran yang diajukan.
“Kalau banyak yang datang, tentu fraksi selaku panitia yang meÂngadakan acara harus menyeÂdiakan konsumsinya. Bila peserta banyak, maka anggaran untuk konÂsumsi yang dikeluarkan akan besar pula,†jelas pria tersebut.
Anggaran untuk uang transpor pembicara dalam setiap diskusi tak berubah. Untuk satu pemÂbiÂcara dianggarkan Rp 3 juta.
“Dana itu juga berasal dari pihak Setjen DPR dan biasanya dibaÂyar di muka sebelum acara diÂgelar. Untuk laporannya, kuiÂtanÂsi yang telah ditandatangani naÂrasumber akan dikirim ke Setjen,†jelasnya.
Untuk uang transpor naraÂsumÂber, kata dia, Setjen hanya memÂbatasi paling banyak dua orang. Bila yang menjadi pembicara leÂbih dari itu, sisanya menjadi tangÂgungan fraksi.
“Kegiatan seminar atau diskusi juga dibatasi pihak Setjen DPR. Dalam satu kali masa sidang, SetÂjen hanya menanggung kegiaÂtan diskusi sebanyak empat kali saja. Lebih dari itu tidak akan diÂbiaÂyai,†tegasnya.
Ia juga mengakui bahwa Setjen menyediakan anggaran untuk konsumsi menjamu tamu mauÂpun rapat-rapat fraksi. “Ada konÂsumsi yang disediakan langsung oleh pihak Setjen DPR. Tapi ada juga yang kami pesan dari luar dan nanti pembayarannya diÂtujukan pada Setjen DPR,†jeÂlasnya.
Duit Bisa Cair Bila Ada Proposal
Berbeda dengan Fraksi PKB, Fraksi Partai Hanura tak menampik menikmati anggaran yang disediakan Setjen DPR unÂtuk kegiatan fraksi. Namun untuk menjamu para tamu, frakÂsi itu memilih mengÂguÂnaÂkan uang kas.
Sekretaris Fraksi Hanura DPR Saleh Husin mengatakan, ada yang perlu diluruskan meÂngenai informasi yang dilansir FITRA. Ia menjelaskan, angÂgaran itu tak dikucurkan langÂsung ke fraksi setiap tahun. Namun Setjen DPR menyeÂdiaÂkan anggaran bila fraksi ingin menggelar kegiatan. Dananya bisa dicairkan bila fraksi meÂngajukan proposal rencana kegiatan.
“Jadi bukan berupa uang tuÂnai yang mencapai miliaran ruÂpiah dari Setjen DPR kepada fraksi-fraksi. Kalau fraksi tidak mengajukan, tentunya angÂgarÂan tersebut tidak diberikan dan dicairkan dalam bentuk uang cash,†jelasnya kepada Rakyat Merdeka.
Selama ini fraksi Hanura, kata dia, mengajukan permoÂhonÂan kepada pihak Setjen hanya untuk kegiatan seminar dan diskusi. Salah satu conÂtohÂnya, kata dia, diskusi publik yang digelar Jumat 9 Maret lalu dengan tema “Rapuhnya Politik Energi di Balik Kenaikan Harga BBM.â€
“Untuk acara tersebut, seluÂruh anggaran dibiayai pihak SetÂjen DPR, seperti konsumsi hingÂga uang transpor untuk paÂnitia. Karena sebelumnya kami sudah ajukan permohonan pada Setjen DPR,†tutur anggota Komisi V DPR ini.
Menurut Saleh, penggunaan anggaran itu tak menyalahi aturÂan. Sebab, pihak Setjen DPR memang memberikan jatah bagi setiap fraksi untuk mengadakan diskusi atau seÂminar sebanyak empat kali dalam setahun. Bahkan Setjen juga menyediakan anggaran untuk jamuan tamu.
“Hanya untuk jamuan bagi tamu fraksi ini, sampai saat ini kami tidak pernah mengajukan pada Setjen DPR. Semua biaya yang dikeluarkan untuk jamuan seperti konsumsi makanan dan snack diambil dari kas fraksi,†tegasnya.
Kenapa? Menurut Saleh, dana yang dikeluarkan untuk jaÂmuan tamu jumlahnya kecil. Karena itu, malu kalau sampai fraksi meminta kepada Setjen DPR hanya untuk menjamu tamu yang datang.
“Masak cuma ratusan ribu saja kami kirim surat pada SetÂjen DPR untuk dikeluarkan anggarannya. Itu sih malu-malui saja,†katanya sambil tertawa.
“Malu Dong Minta Ke Setjen DPR...â€
Ketua Fraksi PKB Marwan JaÂfar tidak tahu mengenai adaÂnya anggaran untuk kegiatan fraksi. Selama ini, kata dia, diskusi yang digelar fraksinya mengÂgunakan dana pribadi.
“Kami di fraksi juga punya angÂgaran sendiri untuk memÂbiayai seluruh kegiatan opeÂrasional yang dilakukan, terÂmaÂsuk acara seminar dan diskusi,†ujaÂrnya kepada Rakyat MerÂdeka.
Marwan menegaskan, selaku pimpinan tertinggi Fraksi PKB di DPR dia tahu betul mengenai keÂuangan di fraksi. Sebab, semua kegiatan dan angÂgarÂanÂnya harus mendapat perÂseÂtujuan darinya.
“Saya memang tidak nguÂrusin hal-hal yang teknis, sebab itu pekerjaan sekretariat fraksi. Tapi izin dan disposisi kegiatan yang dilakukan, saya yang tanda tangani,†akunya.
Menurut dia, setiap kegiatan diskusi yang digelar oleh frakÂsinya bertujuan untuk pengÂayaÂan informasi. Misalnya, diskusi yang berkaitan dengan pemÂbaÂhasan legislasi yang sedang digarap di tingkat komisi.
“Dari diskusi tersebut, setiÂdakÂnya anggota kami yang berÂhubungan dengan legislasi yang sedang dibahas dapat tamÂbahan informasi. Hal inilah yang bisa dijadikan masukan untuk membuat daftar inventarisasi masalah,†jelasnya.
Bagaimana dengan honor pembicara? Anggota Komisi V DPR mengatakan pihaknya tak menyediakan honor untuk pembicara.
“Kita kan menjalin perteÂmanÂan dengan banyak kalangan. Biasanya narasumber itu adalah kawan dari para anggota Fraksi PKB di DPR. Makanya kami mengundang mereka secara gratis,†tegasnya.
Karena itu, Marwan mengaku heran FITRA melansir adanya aliran dana dari Setjen DPR untuk fraksi-fraksi. Ia mengaku setiap kegiatan yang dilakukan fraksinya selalu menggunakan uang pribadi.
“Apalagi jamuan untuk tamu itu dari fraksi kami semua. MaÂsak tamu datang ke fraksi, lanÂtas kami minta jamuan dari Setjen DPR malu dong,†imÂbuhnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44