Berita

Kejak­saan Agung

On The Spot

Tak Ada Papan Proyek, Pekerja Keluar Masuk Dari Pintu Belakang

Berkunjung Ke Lokasi Proyek Adhyaksa Center
KAMIS, 15 MARET 2012 | 10:14 WIB

RMOL. Truk dengan bak tertutup terpal melaju pelan-pelan mendekati pintu masuk proyek Adhyaksa Center yang berada di Kelurahan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa siang (13/3).

Kendaraan sarat muatan itu kemudian berhenti depan di pos penjagaan. Kenek truk turun dari kabin dan menghadap sat­pam di pos. Tak lama portal sepanjang lima meter dibuka dan truk bero­da enam itu masuk ke lokasi proyek.

Keinginan Rakyat Merdeka untuk melihat lokasi proyek yang menelan biaya lebih dari Rp 500 miliar itu dihalangi satpam. “Ka­lau ingin masuk harus izin dulu ke pejabat Kejagung. Kalau nggak ada izin nggak boleh ma­suk,” kata seorang satpam.

Satpam di pos jaga juga mela­rang Rakyat Merdeka mengambil gambar proyek tersebut.  “Kami diminta pejabat di Kejagung un­tuk melarang siapapun m­e­ngambil gambar di proyek ini,” kata satpam yang bertubuh tinggi dan berbadan tegap itu.

Informasi mengenai kondisi di dalam proyek itu diungkapkan Edi, pekerja instalasi listrik. Ia me­ngungkapkan, Adhyaksa Cen­ter sudah dikerjakan sejak per­tengahan 2009. “Kemungkinan besar proyek ini baru akan selesai dua tahun lagi,”  kata pria berkulit putih itu.

Ia mengungkapkan, di kom­pleks ini akan dibangun 12 ge­dung yang akan difungsikan se­ba­gai rumah sakit, pusat pendi­dikan dan auditorium. “Masing-masing bangunan berbeda ting­gi­nya. Yang paling tinggi bertingkat 12 yang digunakan untuk pusat pendidikan,” katanya.

Edi mengaku pemasangan ins­talasi listrik di kompleks ini be­lum selesai lantaran desain ge­dung berubah-ubah.

“Sebulan lalu kami sudah pasang listrik, tapi diminta di­bong­kar kembali karena desain­nya diubah,” katanya.

Pria yang mengenakan helm pelindung ini mengatakan kon­traktor utama di proyek ini adalah Pembangunan Perumahan (PP) yang mempekerjakan ribuan orang.  “Kami kerja di sini normal saja. Masuk jam 7 pagi, selesai jam 10 malam,” katanya.

Adhyaksa Center menempati lahan 7,8 hektar di Ceger, Jakarta Ti­mur. Letaknya berada di te­ngah-tengah pemukiman penduduk.

Ada dua pintu masuk ke dalam lokasi proyek. Pintu utam meng­hadap ke Jalan TB Simatupang. Pintu lainnya menghadap Jalan Ceger Raya.

Pintu utama memiliki lebar lima meter. Tidak ada papan pro­yek atau petunjuk apapun yang memberitahukan bahwa di lokasi ini sedang dibangun Adhyaksa Center. Mendekati lokasi proyek terdapat portal sepanjang lima meter dengan tinggi satu meter dari jalan.

Di pintu belakang yang meng­hadap Jalan Ceger Raya lebih lebar. Sekitar 15 meter. Pintu itu ditutupi pagar seng setinggi dua meter. Sama seperti pintu utama yang menghadap Jalan TB Simat­upang, di pintu masuk ini juga tak dipasang papan proyek.

Di sini terdapat pintu selebar satu meter untuk keluar masuk pe­kerja proyek. Sementara, se­mua truk mengangkut barang ha­rus melalui pintu utama.

Sebuah truk kuning mencoba ma­suk dari pintu ini. Seorang sat­pam lalu mencegatnya dan me­nyuruh kendaraan itu memutar masuk dari pintu depan. Di pintu ini dibangun pos jaga yang di­tunggui seorang satpam.

Dari kejauhan Rakyat Merdeka mengamati puluhan pekerja se­dang menyelesaikan pembangu­nan gedung setinggi 12 lantai. Gedung sudah berdiri namun belum jelas bentuknya. Gedung itu dikeliling tiang-tiang besi yang berfungsi sebagai tempat ber­pijak pekerja.

Di tengah-tengah area proyek terdapat gedung setinggi enam lantai yang juga belum selesai dibangun. Puluhan kerja terlihat menutupi dinding bangunan yang terbuat dari batu bata dengan plesteran semen.

Di sekeliling lokasi proyek yang berbatasan langsung dengan rumah warga dibangun tembok setinggi tiga meter, sehingga tak terlihat aktivitas pekerjaan di dalam lokasi proyek.

“Hati-hati Jebakan Batman”

Tak banyak yang tahu Kejak­saan Agung tengah membangun kompleks terpadu yang diberi nama Adhyaksa Center di timur Jakarta.

Proyek yang menelan biaya lebih dari setengah triliun rupiah ini menjadi heboh setelah me­nyeret nama Azis Syamsuddin, Wa­kil Ketua Komisi III DPR.

Bermula dari pengakuan Min­do Rosalina Manulang, anak buah M Nazaruddin kepada pe­nyidik KPK. Saat dikonfirmasi me­ngenai pembicaraan dengan bosnya via BlackBerry, Rosa menyebutkan Mr A adalah Azis.

Nama Azis pun disebut-sebut dalam dalam catatan keuangan perusahaan Nazaruddin yang disita KPK. Dalam dokumen itu terdapat dua kali pengeluaran pada 24 April 2010 untuk Azis. Masing-masing 250 ribu dolar AS dan 50 ribu dolar AS.

Menanggapi hal itu, Azis me­minta semua pihak jangan mu­dah percaya. Ia menilai, isu ini di­gu­lirkan untuk menjatuhkan di­ri­nya. “Hati-hati jebakan Bat­man. Makin ke atas, angin makin ken­cang,” katanya.

Politisi Golkar ini mengaku tak pernah duduk di Badan Anggaran (Banggar) sehingga tak terlibat dalam meloloskan anggaran un­tuk Adhyaksa Center. Ia me­nya­rankan agar bertanya ke Ketua Komisi III Benny K Harman mengenai anggaran proyek itu.

Azis mengaku tahu siapa da­lang di balik penggelontoran isu ini. Namun saat ditanya lebih jauh, dia enggan mem­b­e­ber­kan­nya.

Ketua Fraksi Partai Golkar Setya Novanto mengatakan telah meminta konfirmasi dari Azis mengenai isu itu.

Kepada Novanto, Azis men­jelaskan bahwa itu fitnah. “Kita sudah tanya (Azis). (Katanya) semua fitnah,” ujar Novanto.

Fraksi Partai Golkar, kata No­vanto, mempersilakan aparat pe­negak hukum untuk mendalami tudingan itu. “Siapapun yang ter­libat silakan diproses.Dalam perca­ka­pan Rosa denga Naza­ruddin juga sempat me­nyinggung nama Iskamto, Jaksa Agung Bidang Pembinaan (JAM Bin),” ujar Novanto.

Wakil Jaksa Agung Darmono enggan menanggapi dugaan kong­kalikong dalam pemba­ngu­nan Adhyaksa Center. Ia ber­ala­san tak tahu detail mengenai proyek itu. “Kalau masalah pem­bangunan itu yang mena­nga­ni JAM Bin,” kata Darmono.

Ia pun mempersilakan war­tawan bertanya kepada Iskamto. “Kalau ada kecurigaan lain, kita tidak dalam kapasitas me­nilai­lah,”  kata Darmono yang pernah duduk sebagai JAM Bin ini.

Mimpi Hendarman Menciptakan Jaksa Berintegritas

Pembangunan Adhyaksa Center dimulai di era Jaksa Agung Hendarman Supandji. Saat peletakan batu pertama 16 Juli 2009, Hendarman me­nyam­paikan alasannya meres­tui pembangunan ini.

Menurut dia, Kejaksaan Agung dituntut meningkatkan kemampuan institusi maupun kualitas sumber daya manu­sia­nya. Pembangunan Adhyaksa Center ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan itu.

Di Adhyaksa Center yang me­nempati lahan milik Kejak­saan Agung seluas 7,8 hektar di Ceger, Jakarta Timur ini ba­kal dibangun pusat pendidikan jaksa yang dilengkapi tugu nu­rani jaksa, rumah sakit pusat ke­sehatan, puri dan auditorium.

Selain itu, Adhyaksa Center akan dilengkapi fasilitas pen­dukung yakni transportasi shuttle bus, sarana jalan seke­liling kompleks, fasilitas drai­nase/sistem pengairan, danau, fasilitas keamanan yang leng­kap, generator set yang handal, rambu-rambu petunjuk arah lalu lintas di seluruh kawasan, toilet umum, jaringan internet wire­less, sarana pejalan kaki dan lampu penerangan jalan. Seba­gian lahan di lokasi ini diren­canakan akan dijadikan kawasan hutan kota.

Hendarman mengatakan, pem­bangunan Adhyaksa  Center ada­lah upaya pengembangan aset lahan yang dimiliki Kejagung.

Pembangunan kawasan ter­pa­du ini, kata dia, memper­hatikan konsep kesimbangan, keserasian dan keselarasan antara alam dan manusia.

Nuansa religius juga hendak di­bangun di sini. Dengan me­nye­diakan tempat beribadah se­mua agama dan tugu nurani jak­sa se­ba­­gai tempat perenungan. Hen­darman berharap dari tempat ini ba­kal lahir jaksa-jaksa yang bri­lian dan berintegritas tinggi.

KPK Masih Butuh Data

Komisi Pemberantasan Ko­rupsi (KPK) belum akan me­nyelidiki proyek Adhyaksa Center senilai Rp 567 miliar.

“Informasi tersebut muncul dalam perkara kasus suap Wis­ma Atlet. Jadi kita masih mem­butuhkan data dan infor­masi tentang perkara itu (Adhyaksa Center),” kata Juru Bicara KPK Johan Budi.

Menurut dia, data dan info bisa berasal dari mana saja, ter­masuk dari laporan ma­sya­ra­kat. “Kalau ada masyarakat yang mau memeberian data proyek Adhyaksa Center, kami siap menerima,” katanya.

Bila telah menemukan indi­kasi dugaan korupsi,  kata Johan, KPK akan melakukan penelu­­suran lebih jauh.

Mindo Rosalina Manulang sempat ditanya penyidik KPK mengenai Mr A yang ter­tera da­lam percakapan dengan bos­nya, M Nazaruddin via BlackBerry.

Rosa lalu menyebut nama yang dimaksud adalah Azis Syam­suddin, politisi Partai Gol­kar yang kini duduk sebagai Wa­kil Ketua Komisi III DPR. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya