Berita

ilustrasi

Agar DPR-Masyarakat Terjepit, Pemerintah Jadikan Alasan Harga Minyak Dunia Meroket

RABU, 14 MARET 2012 | 09:59 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Ekonom Dahnil Anzar Simanjuntak sepakat, dalam jangka panjang, subsidi bahan bakar minyak (BBM) harus dicabut secara perlahan untuk menjaga dan mengendalikan konsumsi energi yang berlebihan dan menggeser alokasi APBN untuk subsidi BBM kepada alokasi sektor pelayanan publik. Tapi pencabutan subsidi BBM sehingga harus menaikkan harga BBM saat ini tetap tak disetujui.

"Yang lebih penting tetap pilihan waktu kenaikan pada saat ini sangat tidak tepat," ujar Dahnil kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Rabu, 14/3).

Menurut Dahnil, kalaupun beban subsidi bertambah sebesar Rp50 triliun dari total subsidi saat ini Rp123 triliun, masih bisa diantisipasi pemerintah dengan cara mengalihkan alokasi belanja birokrasi yang mencapai 52 persen dari total APBN sebesar 1400 triliun. Sekaligus pemerintah memperbaiki daya serap anggaran yang selama ini selalu memiliki sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) lebih dari 15 persen dari total APBD.

"Toh silpa ini masih bisa menutupi subsidi BBM sehingga pembangunan ekonomi via APBN sama sekali tidak terhambat," ungkap dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten ini.

Karena itu, sambung Dahnil, kenaikan harga minyak mentah dunia mencapai 105 dolar per barel sengaja dijadikan argumentasi oleh pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Agar posisi masyarakat dan DPR terjepit.

"Pilihan dilematis tersebut sengaja diskenariokan pemerintah. Apabila DPR dan masyarakat menolak kenaikan BBM Rp1500 per liter seperti  yang diajukan di APBN-P, seolah kita harus kembali ke APBN murni dengan skema pembatasan premium dan beralih menggunakan Pertamax untuk kendaraan pribadi," demikian Dahnil. [zul]


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya