RMOL.Tak hanya menindak anggota DPR nakal, kini Badan Kehormatan DPR mulai ngurusi juga pemandangan gedung DPR. Mereka kecewa karena pemandangan gedung DPR semrawut, tak mencerminkan gedung yang terhormat. Anehnya, yang disalahkan justru para rakyat kecil yang biasa mencari sesuap nasi di gedung rakyat tersebut.
Apa reaksi para pedagang di Gedung DPR? Benarkan Gedung DPR semrawut? Kamis (1/3), Rakyat Merdeka mengelilingi Gedung DPR, sekaligus ngobrol dengan salah satu tukang soto, yang biasa mangkal di DPR.
Santo, sibuk meracik bumbu di gerobaknya yang berada di depan pintu gerbang masuk Gedung DeÂwan Perwakilan Rakyat (DPR) Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, kamis siang (1/3)
Selesai meracik, pria penjual soto ayam ini kemudian menyeÂrahÂkan semangkok soto yang masih panas kepada pembeli yang sedari tadi menunggu.â€Lagi sibuk melayani pembeli saja mas,†kata pria asli Kudus ini.
Santo mengaku sudah berjuaÂlan di depan gerbang DPR sejak tahun 1992 tanpa mengganggu akÂtifitas anggota dewan yang terÂhormat karena berjualan di pingÂgir pintu gerbang yang tertutup. “Kita tidak mengganggu keluar masuk kenÂdaraan anggota DPR yang keluar masuk gedung,†katanya.
Malahan bila ada acara penting di DPR yang mengundang tamu negara, semua pedagang yang mangkal di depan gerbang DPR diminta libur oleh polisi. “Kalau diminta libur, ya nurut saja soalÂnya kami sadar diri,†katanya.
Santo menolak anggapan bahÂwa banyaknya pedagang di depan pintu gerbang DPR mengganggu pemandangan dan membuat geÂdung menjadi tidak terhormat lagi. “Kami di sini hanya mencari maÂÂkan, kalau diminta pindah haÂrus dicarikan solusinya,†imbuhnya.
Pria berkaos hitam ini mengaÂtaÂkan, berjualan makanan di gerÂbang DPR tidak selalu meÂngunÂtungkan, karena jarang ada pemÂbelinya. “Paling anggota Pamdal (Pengamanan Dalam DPR) sama orang yang kebetulan lewat sini saja. Kalau lagi mujur anggota DPR juga sekali makan di tempat ini,†katanya.
Ia menuturkan, keuntungan berjualan paling banyak Rp 50 ribu setiap harinya. “Kadang tiÂdak dapat sama sekali, bila pemÂbeli lagi sepi,†ujarnya. KeÂunÂtuÂngan besar didapat bila ada demo di gerbang DPR karena biasanya mereka pasti kehausan dan keÂlaÂparan, dan tidak mau jauh-jauh mencari makan.
Santo mengaku terpaksa berÂjualan di depan gedung DPR kaÂrena tidak punya tempat lain. “Saya hanya ingin para anggota dewan yang terhormat memÂperÂhatikan nasib kita dan jangan teÂrus mengusik keberadaan para peÂdagang yang berjualan di seÂkiÂtar komplek DPR,†katanya. Ia berdagang hanya ingin mencari sesuap nasi untuk kelangsungan hidup keluarganya.
Selama berdagang di depan gerbang DPR, yang paling ditaÂkutinya hanya razia dari petugas Satpol PP yang dilakukan sebulan sekali. “Mereka biasanya langÂsung angkut gerobak beserta isiÂnya tanpa ampun,†katanya,
Untuk mengambil gerobak, biasanya diharuskan mengikuti sidang dan membayar denda seÂbeÂsar Rp 300 ribu. “Dari pada amÂbil gerobak yang disita, menÂdingan bikin baru lagi dengan utang dulu ke tetangga,†katanya.
Bagaimana dengan kondisi di dalam gedung DPR? Di Gedung Nusantara I DPR, tembok-temÂbokÂnya bersih. Hanya papan pengumuman di sekitar lift anggota DPR terlihat tidak rapi. Pemandangan juga terganggu dengan beragam undangan disÂkusi, rapat, sampai sejumlah agenÂda di seputar DPR dipasang dengan kertas beraneka ragam.
Sisa-sisa tempelan yang sebeÂlumnya pun terlihat sangat kotor. Kertas-kertas liar itu dipasang sembarangan dan menyisakan kertas yang menempel karena diÂlem sangat erat.
Yang paling semrawtut meÂmang di area parkir. Tidak hanya di parkir mobil, pemandangan di parkiran motor juga tidak rapi. Ratusan motor diparkir di haÂlaman belakang gedung DPR. Pembangunan parkir motor yang memakan dana lebih dari Rp 2 miliar ini yang dimulai perÂteÂngaÂhan 2011 belum kelar juga.
Gedung DPR memang meÂnyeÂdiakan tempat parkir teduh di bawah gedung Nusantara I dan II DPR, namun hanya diperÂunÂtukÂkan untuk anggota DPR.
Bau Pesing Toilet Tercium Dekat Badan Legislasi
Toilet mampet dan pesing yang sebelumnya banyak dikeÂluhÂkan anggota DPR saat ini sudah tidak ada lagi. Proyek yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 2 miliar saat ini sudah meÂnunÂjukkan hasilnya. Baunya wangi dan pencahayaan terang.
Untuk mengetahui kondisi toilet yang berada di lantai satu GeÂdung Nusantara 1 DPR, RakÂyat Merdeka melihat lebih dekat kedalam toilet yang berada loÂrong sebelah kanan ruang rapat Badan Legislasi DPR.
Menuju ke toilet harus meleÂwati lorong selebar satu meter. Terdapat dua toilet, di sebelah kanan untuk pria dan sebelah kiri untuk wanita.
Masuk kedalam toilet tersedia pintu masuk yang terbuat dari kaca putih yang diburamkan. Cara membukanya dengan diÂgeÂser. Dibelakang pintu masuk seÂbelah kiri tersedia ruangan seÂleÂbar satu meter untuk tempat wudlu. Hanya satu kran yang disediakan.
Di depan tempat wudlu, diseÂdiakan dua westafel yang dilengÂkapi dengan cermin didepannya. Tak lupa tisu dan cairan pengÂhuÂlang bau tersedia di depan westafel.
Di bagian dinding toilet dilapiÂsi dengan batu granit warna hitam dengan pencahayaan berasal dari lampu yang diletakkan dibelaÂkang cermin.
Tempat kencing tersedia empat toilet berdiri dalam keadaan baik. Didepannya ditempatkan tisu gulung. Tak lupa mika juga dileÂtakkan dibagian depan toilet unÂtuk menghindari najis.
Untuk buang air besar disediaÂkan tiga toilet dengan model bilik setinggi dua meter dengan mengÂguÂnakan kaca putih yang dibuÂramkan. Tiga toilet yang ada daÂlam kondisi baik.
Kondisi lantai juga terlihat berÂsih karena petugas cleaning serÂvice selalu sigap memÂbeÂrsiÂhkan lantai. Bau ruanganpun terasa waÂngi dan tidak pesing lagi.
Marzuki Alie Diminta Rapikan Gedung DPR
Anggota Badan KehorÂmaÂtan DPR, Fahri Hamzah menilai gedung-gedung megah di DPR, Senayan, Jakarta Pusat, jauh dari kesan terhormat, dan hal ini harus menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Marzuki Alie untuk meÂrapikan gedung DPR.
“BK sudah pernah menÂdisÂkuÂsiÂkan suasana umum gedung DPR kita yang jauh dari tampak terhormat. Terlalu banyak peÂmandangan yang membuat kita langsung bisa berkesimpulan bahwa banyak yang tidak terÂurus,†katanya.
Menurut politisi PKS ini, baÂnyak pihak tak bertanggung jaÂwab berpartisipasi meronÂtokÂkan kewibawaan gedung DPR. Seperti tempelan sembarangan, dan beberapa orang yang parkir sembarangan di depan Gedung Nusantara I DPR.
“Tempelan sembarangan, makan sembarangan, rokok semÂbarangan, dagang semÂbaÂraÂngan, parkir sembarangan, dan lain-lain,†katanya.
Membutuhkan energi ekstra bagi DPR untuk mereformasi total secara kelembagaan. UnÂtuk urusan rumah tangga DPR, seÂpenuhnya menjadi tanggung jaÂwab Ketua BURT Marzuki Alie.
“Ini memerlukan pemikiran yang komprehensif dan meÂmerlukan manajer parlemen yang handal dan professional,†katanya.
“Pak marzuki karena sekaÂrang ketua DPR merangkap ketua BURT jadi seharusnya urusan rumah tangga bisa diÂselesaikan cepat meski saya tiÂdak setuju ketua DPR jadi ketua BURT. Tapi mumpung dipeÂgang harusnya dipakai untuk meÂlakukan percepatan penaÂtaan,†tambahnya.
BK sudah merekoÂmenÂdaÂsiÂkan ke BURT dan pimpinan DPR. Tinggal menunggu langÂkah kongkret pengembalian wibawa gedung DPR. “Semua usulan sudah diajukan BK ke pimpinan DPR kami tinggal menunggu implementasi,†katanya.
Puntung Rokok Bertebaran di Lorong-lorong
Lantai di DPR yang sejatinya harus bersih dan membuat nyaman anggota DPR maupun tamu yang datang, nampaknya pikiran tersebut harus dibuang jauh-jauh. Pemandangan tidak sedap banyak dijumpai di lorong di ruang-ruang komisi terutama komisi III DPR.
Di tempat ini banyak dijumÂpai puntung rokok yang berÂseÂrakan di lantai, padahal telah disediakan tong sampah. Hal ini membuat orang tidak nyaman untuk duduk berlama-lama di ruangan yang ber-AC ini.
Petugas kebersihanpun kuÂrang sigap dalam memÂbeÂrÂsihÂkan puntung rokok di lorong-lorong tersebut dan hanya terÂfokus di ruang-ruangan yang lebih besar.
Dalam tatib DPR Ban XVI paÂragraf 5 pasal 252 tentang Tata Cara Pelaksanaan PersiÂdaÂngan dan rapat, berbunyi: dalam setiap rapat di gedung DPR, seÂtiap orang tidak diperÂkeÂnanÂkan untuk: a. makan, b. merokok, dan/atau c. mengaktifkan nada dering atau berbicara dengan alat telekomunikasi seluler.
Aturan tersebut diperkuat oleh Peraturan Gubernur NoÂmor 88 Tahun 2010 Tentang Kawasan Dilarang Merokok (TKDM) yang telah ditetapkan 6 Mei 2010. Pergub itu berisi aturan agar penanggung jawab gedung dan bangunan di Jakarta segera membongkar tempat khuÂsus merokok (TKM).
Tidak cukup sampai disitu, delapan anggota Badan KehorÂmatan (BK) DPR juga pernah melakukan studi banding ke Yunani dalam rangka larangan merokok di DPR.
Namun kenyataannya, semua aturan dan studi banding itu sia-sia belaka karena sampai saat ini kebiasaan buruk tersebut maÂsih banyak di jumpai di geÂdung legislatif tersebut.
Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR Refrizal mengatakan, upaya perbaikan terhadap kesemrawutan yang ada di gedung DPR merupakan kewenangan sepenuhnya SekÂretariat Jenderal DPR.
“Nantinya Setjen yang melist kebutuhannya apa saja dan berapa biayanya kemudian diÂserahkan ke BURT untuk diÂbahas lebih lanjut,†katanya.
Ia mengatakan, selama ini gedung DPR memang terlihat kotor karena banyaknya putung rokok yang berserakan di lantai, padahal dalam tatib sudah ada larangan anggota DPR untuk melakukan kegiatan makan dan merokok di ruang rapat.
Untuk ia menyarankan keÂpada Setjen DPR agar meÂnyeÂdiakan ruang rokok khusus di gedung DPR agar tidak mengÂganggu anggota lainnya yang tiÂdak merokok.â€Yang lebih penÂting lagi kebersihan DPR bisa teÂtap terjaga,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44