RMOL. Ini cara Ketua DPR Marzuki Alie memberantas praktik calo anggaran: membongkar coffee shop yang ada di lingkungan gedung parlemen. Kedai kopi itu dianggap menjadi kongkow para mafia anggaran.
“Pihak kafe sudah dipanggil dan nanti akan ditutup. Karena di sana tempat duduk calo, makanya lebih baik kami bongkar. PimÂpinan punya wewenang untuk itu dan dalam waktu dekat akan diÂbongkar,†ujar Marzuki.
Penutupan coffee shop ini usul dari Badan Kehormatan (BK). PraÂkosa, ketua BK DPR mengaÂkuinya. Tapi, menurut dia, penuÂtupan ini tak terkait dengan upaya memberantas praktik calo angÂgaÂran. Melainkan untuk memÂberÂsihkan lingkungan DPR.
“Harusnya untuk nongkrong jangan di situ tempatnya. Karena di situ banyak orang minum, meÂrokok yang akan dilihat oleh siÂapa yang lewat, termasuk tamu Dewan,†jelasnya.
Kata Prakosa, di parlemen neÂgara lain tidak ada tempat nongÂkrong yang letaknya bisa dilihat siapa pun.
“Makin lama terlihat makin tiÂdak sehat. Apalagi ada kabar tiÂdak baik dari kegiatan yang ada disitu,†tegasnya.
Coffee shop yang dipersoalkan Marzuki dan Prakosa terletak di depan gedung Nusantara II. RakÂyat Merdeka pun menyambangi keÂdai kopi bernama Bengawan Solo, kemarin.
Tidak ada tanda-tanda cafe ini akan ditutup. Semua kursi dan meja masih tetap berada di temÂpatnya. Begitu juga perabotan untuk meracik makanan maupun minuman. Bahkan, cafe ini maÂsih beroperasi seperti biasanya.
Hanya saja, pengunjung yang datang ke sini tidak terlalu ramai. Maklum setiap Jumat tidak ada agenda rapat komisi-komisi DPR dengan mitra kerja. Biasanya, hari itu digunakan fraksi-fraksi untuk menggelar rapat internal.
Seorang perempuan berusia sekitar 40 tahun berjalan santai memasuki coffee shop Bengawan Solo. Setelah memesan miÂnuÂman, wanita ini memilih duduk di bangku yang berada di luar, deÂkat tangga yang menuju arah Gedung Nusantara I.
Tangan wanita bermata sipit dan berkulit putih ini memegang beberapa map plastik yang meÂnyimpan berkas. Tas warna ungu miliknya diletakkan pada kursi di sebelah tempat dia duduk.
Sambil menunggu pesanan datang, wanita yang mengenakan baju blazer coklat dan rok panÂjang hitam ini membuka berkas yang dibawa. Sesekali tangannya mengutak-atik BlackBerry. Dari gerakan jari tangannya, wanita ini sepertinya sedang sedang memÂbalas pesan pendek (sms) atau BlackBerry Messeger (BBM).
Sekitar 15 menit berada disitu, BlackBerry-nya menerima pangÂgilan masuk. “Iya Pak, saya suÂdah bawa. Oke. Saya ke sana seÂkarang, kebetulan ini lagi di baÂwah,†katanya.
Tanpa menunggu lama, waÂnita ini segera merapikan baÂrang-baÂrang bawaannya dan berÂgegas pergi. “Saya cuma tamu diÂsini dan ada perlu saja,†jeÂlasÂnya saat dikonfirmasi kedÂaÂtanÂganÂnya ke DPR.
Tak lama berselang, seorang pria bertubuh tambun menemÂpati tempat duduk yang diÂtingÂgalÂkan wanita tadi. Pria yang dari paraÂsÂnya terlihat berasal dari timur Indonesia ini tidak memÂbawa berkas.
Sambil menyalakan rokok filÂter yang diambil dari saku bajuÂnya, pria ini kemudian mengÂeÂluarkan iPad dari tas kecil yang dibawanya. Selama duduk, lelaki berpakaian rapi ini terus meÂmainkan komputer tablet miÂliknya tanpa memesan minum maupun makanan.
“Saya mau nyantai saja. KeÂbetulan sedang menunggu orang, makanya saya disini,†katanya keÂpada Rakyat Merdeka, kemarin.
Mau ketemu anggota DPR? “Tidak semua yang ke sini itu ingin ketemu anggota dewan. Di sini kan ada banyak orang, mulai dari anggota Dewan, staf, karyaÂwan DPR sampai wartawan,†katanya sambil tertawa.
Setengah jam kemudian pria ini pergi setelah pesan singkat di handphone-nya. Ia melangkah ke gedung Nusantara I, tempat angÂgota DPR berkantor.
Agus, supervisor di Bengawan Solo mengatakan, setiap Jumat memang sepi pengunjung. “Saya dengar kalau hari Jumat memang jarang anggota Dewan yang daÂtang ke kantor karena memang tidak ada rapat,†katanya saat berÂbincang dengan Rakyat Merdeka.
Namun pada hari kerja biasa, kata Agus, pengunjung lumayan ramai. Apalagi kalau di DPR seÂdang ada acara yang bisa meÂnyedot banyak tamu untuk daÂtang. Tentu pengunjung coffee shop ini jauh lebih ramai lagi.
Berapa omsetnya? Agus tak tahu. Kata dia, yang tahu bagian manajemen dan administrasi. Di sini dia bertugas bertugas meÂngaÂwasi kinerja tiga orang pegawai coffee shop.
“Itu bukan wewenang saya untuk menjawab. Dan saya juga tidak tahu karena memang tidak diberikan kewenangan untuk mengkalkulasi pendapatan per bulannya,†jelasnya.
Agus menjelaskan coffee shop Bengawan Solo adalah bisnis waÂralaba (franchise). Ia yakin memÂbuka kedai di lingkungan DPR menguntungkan. “Kalau sepi mungkin tidak lama berÂopeÂrasi lagi,†tuturnya.
Pemiliknya Anggota DPR Dari Partai Demokrat
Ternyata coffee shop BengaÂwan Solo yang terletak di NuÂsanÂtara II DPR yang akan dibongkar adalah milik anggota Dewan.
Hal ini dibeberkan anggota DPR dari Fraksi Demokrat Ruhut Sitompul. “Kafe Bengawan Solo memang milik salah satu kader kami di Fraksi Demokrat. Teman kami itu punya franchise dan dia menyewa tempat ini,†ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Siapa dia? Kata Ruhut, rekan partainya selaku pemilik BeÂngawan Solo itu bernama Albert YaÂputra yang duduk sebagai anggota Komisi VII. Albert juga tercatat sebagai anggota DPR dari daerah pemilihan KaliÂmantan Barat.
“Kalau benar sekarang ada rekomendasi Badan Kehormatan DPR dan disetujui oleh pimpinan untuk menutup warkop tersebut. Tentunya kami sangat patuh deÂngan semua yang punya keweÂnangan. Tapi nanti saya akan teÂmui dia dulu,†kata Ruhut.
Albert Yaputra tak bisa dihuÂbungi. Teleponnya tidak angkat. Pesan singkat yang dikirim RakÂyat Merdeka tak dibalas.
Bantahan mengenai Albert seÂbagai pemilik kedai ini datang dari Marta, Kepala Personalia BeÂngawan Solo di DPR. Kata dia, peÂmiliknya bukan anggota DeÂwan melainkan pengusaha murni.
“Ini punya pengusaha yang sudah sejak lama merintis usaha seperti ini,†tegasnya.
“Kalau ada anggota juga yang bilang ini milik anggota DPR, itu saya tidak tahu. Sepanjang yang saya tahu, pemilik sama sekali buÂkan orang yang berasal dari partai politik,†tegas lagi.
Marta juga heran dengan sikap pimpinan dewan yang mengÂkaitkan keberadaan kafe dengan masalah politik. Padahal, kafe tempatnya bekerja tersebut mÂeÂnyewa ruangan di Nusantara II murni kepentingan bisnis.
“Agak lucu saja, kalau kafe kok dikaitkan dengan masalah politik. Saya saja yang sudah lama disini, tiÂdak pernah ikut masalah politik kaÂrena sibuk bekerja,†ungkapnya.
Karena itu, Marta menganggap keputusan DPR tersebut sangat tidak fair dengan menyalahkan lokasi usahanya. Padahal, samÂbungnya, pegawai hanya meÂlaÂyaÂni setiap konsumen yang meÂmeÂsan dan tidak berhak mempÂerÂtaÂnyÂakan identitas konsumen.
“Sangat tidak fair, apa iya temÂpat yang disalahkan. Kami hanya melayani, lebih dari itu tidak. BuÂkan kapasitas kami menaÂnyÂaÂkan identitas konsumen kita, karena ini tempat umum,†ujarnya.
“Kami Di Sini Bayar Sewaâ€
Pimpinan DPR memutuskan membongkar coffee shop di gedung Nusantara II yang diÂanggap sebagai tempat kongÂkow calo anggaran. Namun beÂlum ada pemberitahuan keÂpada pengelola kedai itu.
Wakil Ketua DPR Anis Matta mengatakan pembongÂkaran itu bukan berarti kedai kopi tak boÂleh beroperasi di lingÂkungan parÂlemen. Tapi haÂnya untuk meÂrelokasi dari temÂpatnya sekarang.
“Sudah kita putuskan (untuk dibongkar). Pimpinan dewan sudah menyepakati hal ini. Dalam waktu dekat akan segera dilaksanakan,†kata Anis Matta.
Direlokasi ke mana? Menurut Anis, itu tergantung kesepatan antara pihak DPR dengan peÂngelola coffee shop.
“Nanti bisa dipindah atau bagaimana, tapi tak boleh di tempat terbuka, apaÂlagi di jalan seperti itu,†kata Sekjen Partai Keadilan SeÂjahtera (PKS) ini.
Agus, supervisor coffee shop BeÂngawan Solo-yang dituÂding cari tempat calo angÂgaÂran-meÂngaku tak tahu atas renÂcana pemÂbongkaran terseÂbut. PihakÂnya belum mendapat pembÂeÂritahuan tertulis maupun lisan dari DPR mengenai rencana itu.
“Saya justru baru mendengar hari ini (kemarin-red) dari teman-teman wartawan yang mengatakan kalau Bengawan Solo mau dibongkar,†katanya saat berbincang kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Lantaran belum ada pembeÂritahuan, pihaknya tetap memÂbuka coffee shop seperti biasa. Sebab, Bengawan Solo tidak graÂtis membuka kedai di lingÂkungan DPR.
“Kami bayar berdasarkan keÂtentuan peraturan yang ada diÂsini. Tapi berapa besar sewanya, saya tidak tahu,†tegasnya.
Apakah pemilik coffee shop sudah diberitahu pihak DPR? Menurut Agus, kalaupun pihak DPR sudah berkomunikasi deÂngan pemilik tentu akan diteÂruskan kepada para pegawai. “Tapi saya belum dikasih tahu sampai sekarang,†katanya
Kepala Personalia Bangawan Solo cabang DPR, Marta meÂnyatakan siap direlokasi dari DPR. Menurut dia, Bengawan Solo yang sudah tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia dan sudah memiliki pangsa pasar tersendiri.
“Kalau pun mau dibongkar dan dipindah, kami tidak khaÂwatir akan kehilangan pelangÂgan. Jadi kami siap saja, namaÂnya juga kami menyewa tempat disini. Kalau sekarang tidak bisa ditempati dan mau dipinÂdah kami terima,†jelasnya.
Mengenai tudingan pimÂpinan dan Badan Kehormatan DPR bahwa kedai ini tempat kongkow calo anggaran, menuÂrut Marta, itu di luar tanggung jawabnya. Selaku pedagang, pihaknya tak memikirkan siapa saja pengunjung kedai ini.
“Pembeli itu adalah raja. Kami tidak berhak untuk bertaÂnya dia siapa dan apa kepenÂtingannya. Tugas kami tentu hanya memberikan pelayanan yang maksimal pada pembeli,†tegasnya.
Marta tidak menampik baÂnyak tamu yang datang kerap melanggar aturan saat berada di kedai. Kata dia, Bengawan Solo melarang bagi pengunjung meÂrokok di dalam cafe maupun tempat yang berada di pinggir jalan. Tempat untuk merokok disediakan di bagian luar yang menghadap tempat parkir.
“Tapi namanya pengunjung, tetap saja nakal meskipun sudah kami tegur. Daripada pengunÂjung marah, lebih baik kami diam saja. Yang penting kami suÂÂdah beritahu,†jelasnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44