Aksi premanisme yang berujung maut di RSPAD Gatot Soebroto kemarin pagi sungguh tragis. Leluasanya preman bahkan membunuh pengunjung menunjukkan negara sudah lumpuh.
"Preman bisa masuk dan bunuhi orang, berarti preman sudah tidak takut lagi dengan tentara. Karena wibawa (tentara) sudah jatuh," ungkap Ketua Dewan Direktur Sabang Merauke Circle Syahganda Nainggolan kepada Rakyat Merdeka Online (Jumat, 24/2).
Wibawa tentara dan aparat kepolisian jatuh karena disinyalir para preman selama ini bekerja sama dengan para preman. Karena itu, jangan-jangan aparat juga kecipratan dari hasil uang aksi premanisme.
"Kita tahu bahwa pelacur dari China, Kazakstan dan dari negara eks Uni Soviet lainnya marak di Indonesia. Narkoba makin marak, judi juga. Nah semua ini ada preman disitu," jelasnya.
Nah, yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah preman itu dipelihara oleh alat negara atau tidak. Makanya, untuk menjawab hal itu, Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan dan Komisi Pemberantasan Korupsi harus menyelidiki dan mengungkap rekening gendung para jenderal, yang pernah mencuat beberapa waktu lalu.
"Disinilah sebenarnya perlu diungkap, rekening gendut polisi ini apakah terkait dengan maraknya preman," tukas Syahganda.
Kalau memang ditemukan ada keterkaitan rekening gendut dengan aksi premanisme, maka harus dilakukan reformasi total di korps aparat penegak hukum itu.
"Potong satu generasi. Jadi jenderalnya semua dipensiunkan. Itu yang mayor, AKBP dinaikkan jadi jenderal-jenderal baru. Jadi harus ada reformasi total," tegasnya. [zul]